- Beranda
- Fanstuff
AI : Because February is A Month of Love [February Romance Fic Compilation Thread]
...
TS
st_illumina
AI : Because February is A Month of Love [February Romance Fic Compilation Thread]
"When the power of Love Conquer the Love of Power,
World Will Know True Peace"
World Will Know True Peace"
Spoiler for Doki-Doki Suru:
Spoiler for Ai no Chikara:
Thread Kompilasi Cerita Romance.
Bagi yang mau ikutan, cukup posting ceritanya di sini,
yang mau komen ceritanya juga cukup posting di sini juga,
yang mau diskusi juga posting di sini aja dulu.
Ini hanyalah Thread buat para penghuni FS mengekspresikan cinta nya.
Cerita cinta yang kayak apa? Terserah.
yang penting one-shot, langsung tamat, karena capek juga baca cerita cinta fitri yang sampe 8 season.....
Well Lets Get Started
Bagi yang mau ikutan, cukup posting ceritanya di sini,
yang mau komen ceritanya juga cukup posting di sini juga,
yang mau diskusi juga posting di sini aja dulu.
Ini hanyalah Thread buat para penghuni FS mengekspresikan cinta nya.
Cerita cinta yang kayak apa? Terserah.
yang penting one-shot, langsung tamat, karena capek juga baca cerita cinta fitri yang sampe 8 season.....
Well Lets Get Started
Spoiler for Index Librorum Amor Fabula:
-
- The Anomaly One Elf.qiwil
- Me & The Shy Girl - Mca_Trane
- Letter From The Heart - Shian
- Bottle - BiasaAjaKale
- The Unwritten - VermilionHelix
- Hetalia : Another Point in Timeline : Nengpuu3
- Pantai - Baliwa
- Hana - ChronosXIII
- This Might Be NIJIKON Love Story - Ekka
- Minggu - Ucokberingas
- Sadness - Raivac
- Satu Milimeter - Dantd
- Erodere - Its Yourdoom so Deal With It
- The Lost One - Doomreaper
- Suara Tak Berbunyi - Sangar
- Memori - Giande
- Pieces - Lea Han
- Aku Benci Valentine - Approach (temannya Kerdus)
- A Princess in My Sight - AnglerfishHero
- Ya Mengapa Tidak? -Striferser
- Krisantia - st_illumina
Spoiler for RULE:
Screw The Rule, You are here to show your love, not to be bound with some rule :3
If you have courage to break the rule, you better prepare an awesome Story
- Tema : The Power of Love
- Semua kisah cinta di perbolehkan, tapi karena ini forum umum, kisah cinta yang menyinggung SARA secara eksplisit (menjurus ke perendahan agama, baik agama sendiri maupun orang lain), NSFW secara eksplisit (hingga intercourse di jelaskan dengan gamblang) incest eksplisit, yuri/yaoi eksplisit (sampai intercourse) tidak di perkenankan,kecuali diberikan peringatan, spoiler berlapis, dan udah dapat persetujuan dari saya.(Untuk implisit dan borderline, just post it selama masih aman)
- Panjang kisah maksimal 3 postingan di Kaskus (30 ribu karakter) (welp, selama masih one shot gapapa lah, asal menarik)
- Dateline 25 Februari 2012 BATAS POSTING FICTION (karena kalo ga dikasih dateline kalian pada tarsok)
25 Februari-28 Februari Voting Period
1 Maret Pengumuman Pemenang (kalau ada)
Spoiler for Puresento:
Juara 1 : Id Donatur 2 Bulan
Juara 2 : Id DOnatur 1 Bulan
Juara 3 : GRP + 50
Romance Story Compilation Senbatsu
Periode Voting CLOSED
The Winner
Announcement
Selamat Buat Para Juara ^_^
Tunggu Event Fanstuff Berikutnya,
All the story here is so good...
Diubah oleh st_illumina 07-03-2013 21:42
0
12.3K
Kutip
245
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
Shangar
#87
Walau sungkan, tapi setelah d̶i̶p̶a̶k̶s̶a̶ d̶i̶b̶l̶a̶c̶k̶m̶a̶i̶l̶ diminta illu, saya post entri cerita saya yang juga diturut sertakan dalam [URL=http://www.S E N S O R/topic/show/1215829-lomba-cerbul-kasfan-februari-13]Cerbul Kasfan[/URL] [URL=http://www.S E N S O R/topic/show/1215829-lomba-cerbul-kasfan-februari-13#comment_68531479]Februari[/URL] [URL=http://www.S E N S O R/topic/show/1215829-lomba-cerbul-kasfan-februari-13#comment_68531565]2013[/URL] karena memiliki tema yang bersinggungan.
Kalau sudah bisa menyempatkan diri, mungkin cerita lain akan saya komentari.
Yah, pokoknya selamat menikmati.
Suara Tak Berbunyi
Kalau sudah bisa menyempatkan diri, mungkin cerita lain akan saya komentari.
Yah, pokoknya selamat menikmati.
Suara Tak Berbunyi
Spoiler for Bagian 1:
Ruangan itu memiliki undakan-undakan kecil yang berjejer rapih dan diisi oleh orang-orang berjubah putih. Tapi tidak ada suara, tidak ada keributan. Tidak ada pula satu sosok yang melantunkan atau melafalkan ayat-ayat. Mereka hanya duduk sendirian diatas undakan kecil masing-masing dengan sebuah nampan kecil berisikan hio yang dibakar.
Setiap dari orang-orang itu, baik pria maupun wanita, hanyut dalam semedi mereka. Jiwa, raga, dan kesadaran mereka kesampingkan dari realita untuk bisa mencapai bagian terdalam dari alam bawah sadar, dan membersihkannya.
Walaupun mereka melakukannya dalam satu ruangan, mereka tidak melakukan secara berjamaah. Setiap individu memiliki takarannya masing-masing dalam usaha pembersihan benak mereka dari unsur negatif, yang juga hanya dimiliki oleh mereka masing.
Kegiatan ini, atau disebut “ibadah” sesuai dengan sebutan beberapa orang, merupakan bagian tradisi tak terpisahkan dari kehidupan para ahli nirmitstri Dratsche selama berabad-abad. Bahkan para ahli nirmitstri yang paling sekuler tetap melakukannya walaupun mereka menolak untuk menyebutnya sebagai “ibadah”. Kebersihan pikiran katanya, merupakan kunci dari nirmitstri itu sendiri.
Seorang pria muda yang terduduk di undakan barisan kedua, membuka matanya. Hio miliknya telah habis. Ini berarti, menurut dia, pikirannya sudah bersih, dan saatnya dia untuk pergi.
Si pria berdiri, mengambil mangkuknya dan berjalan keluar dengan tenang tanpa mengeluarkan suara. Menggangu semedi orang lain merupakan pelanggaran berat. Suara kecil saja dapat membuyarkan semedi seseorang dengan konsentrasi tinggi setelah berjam-jam dilakukan. Untuk menjaga ketenangan ruang semedi, setiap orang diberikan kaus kaki khusus dan engsel pintu selalu diberi minyak agar tidak menimbulkan bunyi derit.
Pria itu berjalan menyusuri lorong, menjauhi ruang semedi dengan tetap tenang. Setelah membuka satu pintu, keheningan yang dirasakannya langsung dibuyarkan oleh suara orang-orang yang berdoa dalam kuil.
Seorang pria tua menyambutnya, “Sepertinya kau sudah menyelesaikan semedimu minggu ini, journee Lavoisier.”
“Tidak ada yang aneh, zahid Patrique. Hanya semedi biasa saja.”’
Louvre Lavoisier, berdeham, memberikan mangkuknya pada si pria tua dan melepaskan jubah putih dan kaus kakinya, dan menggantinya dengan pakaian sehari-harinya, kemeja panjang, vest, dan topi bulat. Lalu dia melipat jubah putih dan kaus kakinya terebut sebelum menyerahkannya pada si zahid.
Setelah memastikan bahwa penampilannya rapih kembali seperti saat dia datang, Louvre langsung pamit diri dihadapan si zahid.
“Kalau boleh zahid, aku mohon permisi dulu.”
Si zahid hanya mengangguk, lalu membukakan pintu untuknya. Lavoisier pun keluar dari kuil menuju keramaian kota Roseau dan pergi berjalan untuk mencari makanan.
Mungkin semedi nampak tidak seperti sebuah”kegiatan” yang melelahkan karena yang perlu dilakukan hanyalah duduk dan berkonsentrasi. Tapi sesungguhnya, untuk berkonsentrasi penuh selama beberapa jam tanpa henti, terutama apabila diharuskan puasa penuh satu hari sebelumnya, merupakan hal yang sangat melelahkan.
Tapi Louvre tidak menghiraukan kedai makanan yang berada dikiri-kanannya. Bagi dia, tidak ada yang lebih pantas untuk mehilangkan rasa laparnya kecuali makanan manis, kebiasaan yang selalu dilakukan setelah semedi.
Kesukaannya pada rasa manis sudah dia miliki sejak kecil. Satu hari saja tanpa makanan manis akan membuatnya merasa pening. Tapi tidak sembarang rasa manis bisa memenuhi seleranya. Tidak setelah merasakan rasa manis kelas “tinggi” dari toko yang akan dia kunjungi sekarang.
Setelah berjalan cukup jauh sambil menahan lapar, Louvre sampai di depan toko roti dengan papan bertuliskan “Confiserie de Eric”. Dia pun melangkah masuk dan langsung merasakan ada yang tidak biasa. Namanya tidak disebut dan dia tidak disambut dengan selamat datang oleh pemiliknya yang bernama Eric. Yang dilihatnya hanyalah seorang gadis, dan dua orang anak kecil, laki-laki dan perempuan.
Gadis itu dilihatnya mengenakan baju biru dan celemek. dia berambut pirang panjang yang di kepang rapih. Louvre sadar kalau wajah si gadis terdapat bintik-bintik merah kecil. Mengapa Louvre sadar dengan hal itu? Karena baginya, gadis itu sangat memikat.
Sebagai putra ketiga bangsawan Lavoisier, Louvre sudah banyak melihat gadis cantik sebelumnya. Dan kehidupannya sebagai ahli nirmitstri yang selalu membersihkan pikirannya membuat dirinya sulit untuk bisa terpikat dengan sembarang perempuan.
Entah sadar atau tidak, Louvre belum disambut. Gadis itu mengobrol dengan dua anak di depannya. Dia memberikan sebungkus kue kepada si anak laki-laki. Tidak lama, si anak perempuan berusaha merebut bungkusan tersebut. Keduanya akhirnya berlarian sampai mereka menabrak setumpuk croissant yang sudah ditumpuk dengan rapih diatas meja, membuat roti-roti itu berceceran diatas lantai. Kedua anak itu hanya diam terpaku melihat hasil perbuatan mereka, sementara si gadis mukanya memerah karena naik pitam.
“Kalian ini sudah kubilang jangan berebutan! Gimana sih!”
Suara gadis itu begitu keras, bahkan Louvre sendiri bisa merasakan amarahnya dari tempat dia berdiri. Kedua anak itu bahkan sampai menangis. Tapi si gadis bukannya, menenangkan mereka, dia malah memunguti croissant yang berjatuhan tanpa peduli dengan dua anak yang menangis ketakutan.
Louvre yang melihatnya hanya bisa heran. Dia pun menghampiri dua anak yang menangis itu dan memungut bungkusan yang dijatuhkan si anak laki. Dilihatnya didalam hanya ada satu roti bagel.
Akhirnya Louvre mengambil sepotong roti bagel disampingnya lalu memasukkan kedalam bungkusan. Dia pun memberikannya pada si anak laki-laki sambil menenangkannya.
“Sudahlah, ini paman berikan roti bagel satu lagi. Tapi kalian harus berjanji agar gak berantem lagi, oke?”
Kedua anak itu mengangguk sambil menyeka air mata mereka. Keduanya pun berterima kasih tapi Lovure menolaknya. Dia malah meminta agar keduanya minta maaf pada si gadis.
Ketika kedua anak itu mengucapkan minta maaf, si gadis tidak menghiraukan mereka. Dia tetap sibuk mengumpulkan roti tersebut dengan wajah cemberut. Melihatnya begitu, Louvre menyuruh kedua anak tersebut untuk pulang. Keduanya pun menurut.
Dalam hatinya Louvre menjadi jengkel dengan si gadis. Mungkin kedua anak itu telah membuat tokonya berantakan hanya karena perkelahian kecil. Tapi tidak menghiraukan keduanya yang meminta maaf dengan tulus? Omong kosong!
Tapi Louvre masih tetap terpikat dengan si gadis. Dia pun ingin tahu alasan dibalik sikap ketusnya tersebut sambil membantunya memunguti croissant yang masih berserakan dengan topinya. Dan juga agar dirinya bisa berkenalan dengan si gadis.
“Hei, setidaknya kau kan bisa mendengarkan permintaan maaf mereka. Kenapa kau begitu ketus pada mereka?”
Si gadis terdiam seolah dia tidak mendengarkannya. Sampai akhirnya dia sadar kalau Louvre berbicara pada dia.
“Mereka tidak tulus” ucapnya sambil berdiri, dengan celemeknya dijadikan keranjang untuk croissant yang dipungutinya. Dari nadanya terasa masih ada amarah.
Louvre ikut berdiri karena croissant yang berserakan dilantai sudah habis dipunguti si gadis. Hanya beberapa potong yang ada di topinya. Dia pun terheran-heran dengan jawaban si gadis.
“Apa maksudmu tidak tulus?”
Si gadis tetap diam. Dia melihat-lihat croissantnya dan meletakkan yang dianggap bersih kembali ke atas meja. Dia tidak menghiraukan pertanyaan Louvre sama sekali.
“Tidak bisakah kau setidaknya bersikap manis agar keduanya tidak nangis seperti tadi?!”
Si gadis tetap terdiam. Tapi raut wajahnya sedikit berubah. Louvre bisa melihat raut cemas di wajahnya. Si gadis tetap tidak menjawab Louvre.
Louvre menjadi jengkel. Dia melihat kedalam topinya lalu bertanya pada si gadis itu apa yang harus dia lakukan dengan roti tersebut.
“Letakkan saja di tumpukkan ini” si gadis menjawabnya dengan sangat datar.
Mendengar itu kejengkelan Louvre menjadi marah. Tidak hanya karena sikap ketus yang diberikannya pada dua anak kecil, tapi juga sikap yang ditujukan pada dirinya! Dia bahkan tidak sedikit pun berterima kasih pada Louvre yang sudah menenangkan dua anak itu dan memunguti croissant yang jatuh! Keterlaluan! Pikir Louvre.
Dengan sedikit kasar Louvre meletakkan croissant yang ada didalam topinya ke atas meja. Dia lalu langsung mengambil potongan pie apel favoritnya dan membungkusnya sendiri.
Sebelum si gadis sempat memberikan harganya, Louvre sudah meletakkan lima koin dihadapannya.
“Lima sechel, aku tahu harganya, gadis sialan” ucap Louvre dengan sangat ketus. Dia pun melangkah keluar dengan cepat dari toko itu, membiarkan si gadis tetap dengan raut wajahnya yang cemas.
Setiap dari orang-orang itu, baik pria maupun wanita, hanyut dalam semedi mereka. Jiwa, raga, dan kesadaran mereka kesampingkan dari realita untuk bisa mencapai bagian terdalam dari alam bawah sadar, dan membersihkannya.
Walaupun mereka melakukannya dalam satu ruangan, mereka tidak melakukan secara berjamaah. Setiap individu memiliki takarannya masing-masing dalam usaha pembersihan benak mereka dari unsur negatif, yang juga hanya dimiliki oleh mereka masing.
Kegiatan ini, atau disebut “ibadah” sesuai dengan sebutan beberapa orang, merupakan bagian tradisi tak terpisahkan dari kehidupan para ahli nirmitstri Dratsche selama berabad-abad. Bahkan para ahli nirmitstri yang paling sekuler tetap melakukannya walaupun mereka menolak untuk menyebutnya sebagai “ibadah”. Kebersihan pikiran katanya, merupakan kunci dari nirmitstri itu sendiri.
Seorang pria muda yang terduduk di undakan barisan kedua, membuka matanya. Hio miliknya telah habis. Ini berarti, menurut dia, pikirannya sudah bersih, dan saatnya dia untuk pergi.
Si pria berdiri, mengambil mangkuknya dan berjalan keluar dengan tenang tanpa mengeluarkan suara. Menggangu semedi orang lain merupakan pelanggaran berat. Suara kecil saja dapat membuyarkan semedi seseorang dengan konsentrasi tinggi setelah berjam-jam dilakukan. Untuk menjaga ketenangan ruang semedi, setiap orang diberikan kaus kaki khusus dan engsel pintu selalu diberi minyak agar tidak menimbulkan bunyi derit.
Pria itu berjalan menyusuri lorong, menjauhi ruang semedi dengan tetap tenang. Setelah membuka satu pintu, keheningan yang dirasakannya langsung dibuyarkan oleh suara orang-orang yang berdoa dalam kuil.
Seorang pria tua menyambutnya, “Sepertinya kau sudah menyelesaikan semedimu minggu ini, journee Lavoisier.”
“Tidak ada yang aneh, zahid Patrique. Hanya semedi biasa saja.”’
Louvre Lavoisier, berdeham, memberikan mangkuknya pada si pria tua dan melepaskan jubah putih dan kaus kakinya, dan menggantinya dengan pakaian sehari-harinya, kemeja panjang, vest, dan topi bulat. Lalu dia melipat jubah putih dan kaus kakinya terebut sebelum menyerahkannya pada si zahid.
Setelah memastikan bahwa penampilannya rapih kembali seperti saat dia datang, Louvre langsung pamit diri dihadapan si zahid.
“Kalau boleh zahid, aku mohon permisi dulu.”
Si zahid hanya mengangguk, lalu membukakan pintu untuknya. Lavoisier pun keluar dari kuil menuju keramaian kota Roseau dan pergi berjalan untuk mencari makanan.
Mungkin semedi nampak tidak seperti sebuah”kegiatan” yang melelahkan karena yang perlu dilakukan hanyalah duduk dan berkonsentrasi. Tapi sesungguhnya, untuk berkonsentrasi penuh selama beberapa jam tanpa henti, terutama apabila diharuskan puasa penuh satu hari sebelumnya, merupakan hal yang sangat melelahkan.
Tapi Louvre tidak menghiraukan kedai makanan yang berada dikiri-kanannya. Bagi dia, tidak ada yang lebih pantas untuk mehilangkan rasa laparnya kecuali makanan manis, kebiasaan yang selalu dilakukan setelah semedi.
Kesukaannya pada rasa manis sudah dia miliki sejak kecil. Satu hari saja tanpa makanan manis akan membuatnya merasa pening. Tapi tidak sembarang rasa manis bisa memenuhi seleranya. Tidak setelah merasakan rasa manis kelas “tinggi” dari toko yang akan dia kunjungi sekarang.
Setelah berjalan cukup jauh sambil menahan lapar, Louvre sampai di depan toko roti dengan papan bertuliskan “Confiserie de Eric”. Dia pun melangkah masuk dan langsung merasakan ada yang tidak biasa. Namanya tidak disebut dan dia tidak disambut dengan selamat datang oleh pemiliknya yang bernama Eric. Yang dilihatnya hanyalah seorang gadis, dan dua orang anak kecil, laki-laki dan perempuan.
Gadis itu dilihatnya mengenakan baju biru dan celemek. dia berambut pirang panjang yang di kepang rapih. Louvre sadar kalau wajah si gadis terdapat bintik-bintik merah kecil. Mengapa Louvre sadar dengan hal itu? Karena baginya, gadis itu sangat memikat.
Sebagai putra ketiga bangsawan Lavoisier, Louvre sudah banyak melihat gadis cantik sebelumnya. Dan kehidupannya sebagai ahli nirmitstri yang selalu membersihkan pikirannya membuat dirinya sulit untuk bisa terpikat dengan sembarang perempuan.
Entah sadar atau tidak, Louvre belum disambut. Gadis itu mengobrol dengan dua anak di depannya. Dia memberikan sebungkus kue kepada si anak laki-laki. Tidak lama, si anak perempuan berusaha merebut bungkusan tersebut. Keduanya akhirnya berlarian sampai mereka menabrak setumpuk croissant yang sudah ditumpuk dengan rapih diatas meja, membuat roti-roti itu berceceran diatas lantai. Kedua anak itu hanya diam terpaku melihat hasil perbuatan mereka, sementara si gadis mukanya memerah karena naik pitam.
“Kalian ini sudah kubilang jangan berebutan! Gimana sih!”
Suara gadis itu begitu keras, bahkan Louvre sendiri bisa merasakan amarahnya dari tempat dia berdiri. Kedua anak itu bahkan sampai menangis. Tapi si gadis bukannya, menenangkan mereka, dia malah memunguti croissant yang berjatuhan tanpa peduli dengan dua anak yang menangis ketakutan.
Louvre yang melihatnya hanya bisa heran. Dia pun menghampiri dua anak yang menangis itu dan memungut bungkusan yang dijatuhkan si anak laki. Dilihatnya didalam hanya ada satu roti bagel.
Akhirnya Louvre mengambil sepotong roti bagel disampingnya lalu memasukkan kedalam bungkusan. Dia pun memberikannya pada si anak laki-laki sambil menenangkannya.
“Sudahlah, ini paman berikan roti bagel satu lagi. Tapi kalian harus berjanji agar gak berantem lagi, oke?”
Kedua anak itu mengangguk sambil menyeka air mata mereka. Keduanya pun berterima kasih tapi Lovure menolaknya. Dia malah meminta agar keduanya minta maaf pada si gadis.
Ketika kedua anak itu mengucapkan minta maaf, si gadis tidak menghiraukan mereka. Dia tetap sibuk mengumpulkan roti tersebut dengan wajah cemberut. Melihatnya begitu, Louvre menyuruh kedua anak tersebut untuk pulang. Keduanya pun menurut.
Dalam hatinya Louvre menjadi jengkel dengan si gadis. Mungkin kedua anak itu telah membuat tokonya berantakan hanya karena perkelahian kecil. Tapi tidak menghiraukan keduanya yang meminta maaf dengan tulus? Omong kosong!
Tapi Louvre masih tetap terpikat dengan si gadis. Dia pun ingin tahu alasan dibalik sikap ketusnya tersebut sambil membantunya memunguti croissant yang masih berserakan dengan topinya. Dan juga agar dirinya bisa berkenalan dengan si gadis.
“Hei, setidaknya kau kan bisa mendengarkan permintaan maaf mereka. Kenapa kau begitu ketus pada mereka?”
Si gadis terdiam seolah dia tidak mendengarkannya. Sampai akhirnya dia sadar kalau Louvre berbicara pada dia.
“Mereka tidak tulus” ucapnya sambil berdiri, dengan celemeknya dijadikan keranjang untuk croissant yang dipungutinya. Dari nadanya terasa masih ada amarah.
Louvre ikut berdiri karena croissant yang berserakan dilantai sudah habis dipunguti si gadis. Hanya beberapa potong yang ada di topinya. Dia pun terheran-heran dengan jawaban si gadis.
“Apa maksudmu tidak tulus?”
Si gadis tetap diam. Dia melihat-lihat croissantnya dan meletakkan yang dianggap bersih kembali ke atas meja. Dia tidak menghiraukan pertanyaan Louvre sama sekali.
“Tidak bisakah kau setidaknya bersikap manis agar keduanya tidak nangis seperti tadi?!”
Si gadis tetap terdiam. Tapi raut wajahnya sedikit berubah. Louvre bisa melihat raut cemas di wajahnya. Si gadis tetap tidak menjawab Louvre.
Louvre menjadi jengkel. Dia melihat kedalam topinya lalu bertanya pada si gadis itu apa yang harus dia lakukan dengan roti tersebut.
“Letakkan saja di tumpukkan ini” si gadis menjawabnya dengan sangat datar.
Mendengar itu kejengkelan Louvre menjadi marah. Tidak hanya karena sikap ketus yang diberikannya pada dua anak kecil, tapi juga sikap yang ditujukan pada dirinya! Dia bahkan tidak sedikit pun berterima kasih pada Louvre yang sudah menenangkan dua anak itu dan memunguti croissant yang jatuh! Keterlaluan! Pikir Louvre.
Dengan sedikit kasar Louvre meletakkan croissant yang ada didalam topinya ke atas meja. Dia lalu langsung mengambil potongan pie apel favoritnya dan membungkusnya sendiri.
Sebelum si gadis sempat memberikan harganya, Louvre sudah meletakkan lima koin dihadapannya.
“Lima sechel, aku tahu harganya, gadis sialan” ucap Louvre dengan sangat ketus. Dia pun melangkah keluar dengan cepat dari toko itu, membiarkan si gadis tetap dengan raut wajahnya yang cemas.
======
0
Kutip
Balas