Kaskus

Story

donnjuannAvatar border
TS
donnjuann
"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!" - The Untold Story.
INDEKS UPDATED



Personal Literature: The Not so Sweet Life from Don Juan

Bab 1 - The Intro


Bab 2 - Ujian Awal Kehidupan
Bab 3 - In Cewek Jegeg We Trust


Bab 4 - Kelas Kakap on Facebook


Bab 5 - Tipe-tipe cowok yang membuat hati cewek Bergejolak


Bab 6 - Kost Terkutuk


Bab 7 - Pasangan yang Romantis


Bab 8 - Hati yang atletis


Bab 9 - Beberapa PDKT yang Sebaiknya Jangan Dilanjutkan



Bab 10 - THE HANDSOMOLOGY


Bab 11 - Changing Room


Bab 12 - The Unfinished Bussines


Bab 13 - The last: A Message from God


Spoiler for HARAP DIBUKA:




Cerpen-cerpen Don Juan

Never Try You Will Never Know


True Gamer Never Cheating


Memusuhi kok ngajak-ngajak


Selingkuh Yang Tidak Biasa


How i met your Mother


When a Girl Takes The Bill


Yang Nyakitin Yang Dipertahanin


The Jomblonology


5 Kenyataan Pahit dalam Hidup


The Long Distance Religionship






Ini ada cerita tak seberapa dariku untukmu.




"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!"


-Sebuah kisah memilukan Facebooker pencari jodoh-


Enjoy!



Spoiler for Tokoh dan Karakter:



Spoiler for How to enjoy this story:
emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh donnjuann 20-09-2013 01:05
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
52.1K
355
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
donnjuannAvatar border
TS
donnjuann
#3
CHAPTER 3 - "Kambing lo, mbing!"
Yap. Jejaring sosial gak cuma buat gaya-gayaan. Buat gue, jejaring sosial bisa jadi sarana mematikan untuk mengakhiri kejombloan yang memang sudah sangat mendarah daging.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memasang foto terganteng yang gue punya. Jujur ini menjadi problem. Gue yakin ini bakal makan waktu berjam-jam cuma buat milih-milih foto untuk dijadiin profil picture. Maklum ganteng semua, njrit!

Tiga detik kemudian gue pun selesai memilih foto.

Sesederhana itukah?

Ganteng itu Sederhana.

Gue pun nge-add akun-akun cewek yang cakep. Dan itu banyak. Gue punya target sehari minimal bisa chattingan sama tiga cewek cakep. Untuk bisa chattingan akrab sama tiga cewek cakep, sehari minimal harus di-approve friend request sama dua puluh lima cewek. Itu perbandingannya.

Sumpah niat abis.

Jujur, ini gampang banget. Kalau gue sehari bisa chatting akrab sama tiga cewek cakep, nah kalau sebulan bisa jadi sembilan puluh cewek. Lah, masa dari sembilan puluh cewe cakep, satu aja nggak ada yang nyantol?

Akhirnya empat bulan berlalu, gue masih hening. Damn. Krik. Nggak ada hasil.

Gue lupa, ternyata nggak semua cewek yang gue deketin itu berstatus jomblo. Ada yang lagi berhubungan tanpa status, ada yang sedang berhubungan tanpa hasil, ada juga yang berhubungan arus pendek, dan yang paling parah adalah yang sedang berhubungan intim.

Wow!

Akhirnya, perlahan namun nggak pasti, satu demi satu mulai memperlihatkan hasil. Ada sembilan cewek yang mulai deket sama gue. Tiap hari SMS-an. Tiap kali gue makan diingetin. Tiap kali gue mau bobo diingetin. Tiap kali gue lupa ingatan, juga diingetin. Pokoknya udah deket banget.

Yang jadi masalah di sini adalah sembilan cewek itu. Iya, sembilan cewek itu! Ibarat kata memacari personil Cherrybelle secara bersamaan, dan walau gue dikutuk jadi Brad Pitt pun, itu tetap gak mungkin terjadi.

Balik ke cerita, gue punya lima nomor ponsel berbeda. Semua provider gue pake. Jadi tiap hari beli pulsa. Tiap hari gue bolak-balik ke tukang pulsa. Sampai akhirnya ada suatu kejadian di mana abang pulsanya nggak lagi bisa menyembunyikan rasa bahagia, ketika gue kembali, kembali, dan kembali lagi beli pulsa di sana. Terakhir kali gue ketemu, dia udah naik mobil. Omsetnya jualan pulsanya meledak dahsyat tak terkendali semenjak gue melakoni aksi punya pacar yang niat banget kek gini.

Ampuni dia, ya Tuhan..

Nggak bisa gini terus, gue pun menerapkan sistem baru. Karena gue ganteng (in my horrible opinion), eumm sorry, gue harus seleksi yang mana dulu harus gue ajak ketemuan. Dari sembilan cewek itu, ada enam yang sekota di tempat gue kuliah. Dan yang tiganya lagi di Jakarta. Oke, gue putuskan untuk ketemuan sama yang deket-deket dulu lokasinya.

-------


Hari ini hari Sabtu. Gue ada janji sama dua cewek hari ini. Gue kudu nyeleksi dua cewek ini. Yang pertama janjinya siang, yang kedua janjinya agak malem. Gue janjian siang-siang di suatu kafe. Gue sengaja dateng lebih awal buat survey lokasi. Dua puluh menit kemudian dia SMS,

“Don dimana, aku udah di cafe nih.”

Gue, “Oh iyaa, aku pake kemeja abu-abu..”

Pas ketemu dia,

*JEEGERRRRRRRR!!!*

Langit pun menghitam.

Petir menyambar bersahut-sahutan.

Bumi bergejolak.

Roman-romannya Tsunami bakal menyapu bersih kafe ini.

“Gilakkkk kok mukanya kek begini!!!” gue ngebatin sambil menahan senyum seolah tak terjadi apa-apa.

Gue langsung buru-buru ngecek akun FB-nya. “Hanjir, kok gak mirip sama foto di akun Facebook-nya!”

Foto di facebook-nya cakep tenan, mirip Aura Kasih. Lah, tapi ini aslinya malah mirip Aura Tertindas. Nampaknya, profil picture di Facebook-nya itu adalah foto dia lima tahun yang lalu, sebelum dia mengalami kecelakaan parah seperti yang gue lihat sekarang ini.

Gue diam membisu.

Gelas minuman yang gue pegang langsung terjatuh pecah. “PYARRR!” kurang lebih begitu bunyinya.

Daun-daun pun mulai berguguran dan diterbangkan oleh angin yang entah datang dari mana.

Gue langsung sprint tunggang-langgang ke toilet. Merenung dibawah wastafel.

----

Ternyata bener apa kata Bolu, foto bisa menipu. Dan kali ini gue udah nggak kena tipu lagi namanya. Kalau boleh digambarkan, ya seperti udah terjebak, lalu terperosok, kemudian terombang-ambing di tengah kegelapan.

Tapi gue harus bersikap professional. Gue gak boleh sejahat ini. Parah banget, masa mainnya fisik begitu. Yakali, anak orang dikatain Aura Tertindas. Cuma cowok absurd yang bilang kek gitu.

Perlahan gue mulai menyapanya, sembari sedikit merapikan pecahan gelas yang jatuh berserakan di lantai.

“Halo, Ani, apa kabar?” gue berusaha menahan air mata sedih.

“Iya halo Don, wahh kamu gak seganteng yang aku kira yaa..” jawab Ani sambil nyinyir.

*Muke gile, gue kasi kaca juga nih cewek.* bisik gue dalam hati sambil memegang pecahan gelas.

“A-ha-ha-ha, Ani kamu lucu juga ya, a-ha-haha..”

Gue pun mempersilahkan dia duduk di bagian terdalam kafe, ya supaya nggak ketauan-ketauan bangetlah kalau gue lagi terjebak di kondisi yang nggak ngenakin kek gini. Lalu gue putuskan untuk ngobrol biasa aja. Gue kudu nggak boleh ninggalin bekas ke dia. Jangan sampe terlihat memberi harapan ke dia. Alhasil, 2 jam pun berlalu. Dia gue anterin ke balik kampusnya, soalnya dia ada acara sama temen kampusnya.

Fiuh.

Kali ini Tuhan nyelametin hidup gue. Tuhan bersama mahasiswa ganteng yang lagi berusaha.

Lalu gue ketemuan sama cewek yang kedua, sekitar jem sembilan malam. Agak malam memang. Gue ketemuan di kafe yang berbeda, udah nggak ngerti lagi harus bagaimana jadinya kalau bertemu manajer kafe yang kafenya gue datangi siang tadi. Gelasnya kan udah gue pecahin.

Pas ketemu dia, gue mulai ngecek langit. Apakah mulai menghitam lagi kek tadi siang apa nggak. Gue juga ngecek ramalan cuaca harian. Ah, rupanya aman. Nggak ada Tsunami yang bakalan nyapu bersih kafe ini.

Tapi itu nggak bertahan lama, perasaan gue udah mulai nggak enak. Ternyata bener, dia dateng sama temen-temennya. Bertiga lagi. Gue dalam bahaya. Pikiran kotor gue mulai menguasai sekujur tubuh.

Belum berakhir penderitaan gue disitu, dia malah arisan sama dua temennya. Heboh lagi. Pada ngakak, suaranya gede-gede pisan. Gue didiemin, dikacangin, ditelantarin, layaknya akua galon anak kosan akhir bulan.

Jujur, kambing congek pun masih kalah congek dengan kondisi gue saat itu. Di saat itu, gue jadi ngerti bagaimana perasaan kambing congek yang terlahir ke dunia untuk dibeginikan. Dan dari kejauhan, kambing congek pun tertawa nyinyir ke arah gue.

Gue cuma bisa pasrah.

“Kambing lo, mbing!”

Gue gak dapet chemistry apa-apa. Hari ini absurd banget.

Gue pulang dengan langkah gontai.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.