- Beranda
- Stories from the Heart
My Girlfriend = My Big Boss
...
TS
Biji.Salax
My Girlfriend = My Big Boss
My Girlfirend = My Big Boss
Tiba-tiba aku merasa
Telah begitu lama mengenalmu
Bukan hanya akrab
Tetapi dekat
Pada suatu masa
Jauh sebelum aku mati
Bahkan lama setelah aku lahir
Dan pada jarak antara kelahiran dan kematianku
Aku merasa pernah bersatu denganmu
Entah dimana
Telah begitu lama mengenalmu
Bukan hanya akrab
Tetapi dekat
Pada suatu masa
Jauh sebelum aku mati
Bahkan lama setelah aku lahir
Dan pada jarak antara kelahiran dan kematianku
Aku merasa pernah bersatu denganmu
Entah dimana
Quote:
Miss Jongkok
My First Day, My Doomsday
Destiny Lucky 7 [777]
I know you now "Internet"
One Step Closer With You
Laras=Totally Perfect
Laras oh Laras
Dark Side Fika
Si miskin & Si kaya
Waiters
Girl Hate Yes-Men ?
PRT ? Siapa takut
That's you fika ?
Casa Grande - UGM
One Night 2 Love [Part 1]
One Night 2 Love [Part 2]
One Night 2 Love [Final Part]
Nasi Goreng Cinta
Tragedi Gunung Merapi [PART I]
Tragedi Gunung Merapi [Final Part]
Little Rendi
Home Sweet Home [Part 1]
Home Sweet Home [Part 2]
Home Sweet Home [Final Part]
Trust Me
Can I ?
Title "Mahasiswa"
Biji Salak [Part 1]
Biji Salak [Part 2]
Merapi - Parangtritis, am I "Jogja" ?
"family"
Fix The Day [Part 1]
Fix The Day [Part 2]
C.A.R.E
Break The Wall
Rebound
Bona
Indirect Kiss
Sin To Be Twin
My Way
In The Hill
Promise
Ordinary Night
Eruption
Her, Her, and Her
Graduation
Resign
Re-Confession
Cursed Place
Joy of Bothering
Emotion
Feeling Warm
Untouchable Dream [Part 1]
Untouchable Dream [Part 2]
Learn To Get Up
Big Wave
My Girlfriend = My Big Boss
My First Day, My Doomsday
Destiny Lucky 7 [777]
I know you now "Internet"
One Step Closer With You
Laras=Totally Perfect
Laras oh Laras
Dark Side Fika
Si miskin & Si kaya
Waiters
Girl Hate Yes-Men ?
PRT ? Siapa takut
That's you fika ?
Casa Grande - UGM
One Night 2 Love [Part 1]
One Night 2 Love [Part 2]
One Night 2 Love [Final Part]
Nasi Goreng Cinta
Tragedi Gunung Merapi [PART I]
Tragedi Gunung Merapi [Final Part]
Little Rendi
Home Sweet Home [Part 1]
Home Sweet Home [Part 2]
Home Sweet Home [Final Part]
Trust Me

Can I ?
Title "Mahasiswa"
Biji Salak [Part 1]
Biji Salak [Part 2]
Merapi - Parangtritis, am I "Jogja" ?
"family"
Fix The Day [Part 1]
Fix The Day [Part 2]
C.A.R.E
Break The Wall
Rebound
Bona
Indirect Kiss
Sin To Be Twin
My Way
In The Hill
Promise
Ordinary Night
Eruption
Her, Her, and Her
Graduation
Resign
Re-Confession
Cursed Place
Joy of Bothering
Emotion
Feeling Warm
Untouchable Dream [Part 1]
Untouchable Dream [Part 2]
Learn To Get Up
Big Wave
My Girlfriend = My Big Boss
Quote:
Saya bercerita disini dengan memaparkan lokasi-lokasi yang bisa mempermudah reader mungkin yang tinggal dijogja atau pernah ke jogja dapat merasakan langsung suasana tempat itu.
tapi bukan berarti dengan begitu bisa mengganggu kehidupan TS. Tolong hargai kehidupan TS dan semua karakter yang ada dicerita.
Enjoy and share
tapi bukan berarti dengan begitu bisa mengganggu kehidupan TS. Tolong hargai kehidupan TS dan semua karakter yang ada dicerita.
Enjoy and share
Quote:
MGF=MBB.PDF thanks untuk agan shabutaro atas PDFnya.
Quote:
Dilarang keras nge-junk / one liner di thread ini.
Komen lah yang berisi tentang cerita.
ENJOY
Komen lah yang berisi tentang cerita.
ENJOY
Polling
0 suara
Siapa yang akan menjadi "My Girlfriend" ?
Diubah oleh Biji.Salax 15-07-2014 21:01
radorada dan 37 lainnya memberi reputasi
36
2.7M
Kutip
6.7K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Biji.Salax
#946
Biji Salak [Part 2]
Quote:
[FONT="Comic Sans MS"]Gw gak mengerti maksud fika berkata demikian kenapa. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh fika. Malam itu berlanjut dengan obrolan-obrolan ringan sambil kita semua menyantap hidangan makan malam. Sebenarnhya gw kecewa dengan makan malam saat itu. Percuma gw berlibur ke thailand tapi tetap makan makanan eropa. Hingga ada suatu percakapan yang membuat gw terdiam.
Ayah Fika: fika, maret nanti ayah dan ibu akan balik kejogja untuk menyelesaikan sidang perceraian. Papah yakin kamu sudah dewasa untuk menerima hal ini
Fika: ..
Ayah Fika: rendi, tolong jaga fika ya
Gw: eh ? iya om
Wajah fika terlihat sangat muram. Beginikah sikap egois dari para orang tua tanpa memerhatikan perasaan dari anak ?. Sebenarnya dari perceraian ini perasaan yang paling tersakiti adalah si anak. Karena mereka akan hidup diantara 2 orang yang sudah tidak memiliki keterkaitan 1 dan lainnya. Gw mulai mengerti kenapa fika selama ini bersikap begini. Sosok yang terlihat kuat diluar tetapi sebenarnya didalam diri fika sedang terguncang saat ini. Beginikah kehidupan orang-orang kaya ? dibalik bergelimangkan harta, mereka mengorbankan sesuatu yang sangat berharga. Hati, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Seusai makan malam gw dan fika langsung diantarkan balik kerumah oleh supir. Sedangkan ayah fika masih ada keperluan meeting dengan client. Didalam perjalanan fika dan gw hanya diam, gw bingung mau ngomong apa. Gw serba tidak nyaman, gw mengerti gimana perasaan fika saat ini. Sesampai dirumah fika langsung pergi kekamarnya, gw pun pergi kekamar gw buat rebahan. Tapi tetap aja hati ini tidak tenang, pengen gw ngebuat fika senang. Setidaknya ada hal yang bisa gw lakukan untuk saat ini membuat fika tersenyum.
*Kreeeeek* (suara pintu kamar terbuka)
Fika: Ren keluar yuk
Gw: eh, yuk.
Kita berjalan kaki menapaki malam dikota bangkok ini. Sekitar 30 menit fika belum bicara 1 kata pun. Gw memutar otak gw gimana caranya agar fika bisa merasa tenang. Gw berjalan disamping fika lalu gw pegang tangan fika. Erat, erat sekali. Seakan gw akan selalu ada disampingnya untuk menjaganya.
Gw:
Fika:
Fika tersenyum kepada gw, gw merasa sedikit lega. Setidaknya dia percaya kalau gw ada disini untuk membuat dia merasa lebih nyaman. Kita berhenti disebuah kedai minuman dipinggir jalan. Dikedai itu disebar meja-meja ditrotoar untuk menikmati minuman yang ada.
Fika: ice lemon tea kaf, lo ren ?
Gw:
Sprite mbak 
Saat minum fika masih belum mau ngomong, gw kembali pegang tangan fika. Tapi fika hanya tersenyum terhadap gw. Masih belum mau ngomong sepatah katapun. Sebenarnya gw yakin, ribuan kata ingin keluar dari mulut fika. Hanya saja dia belum bertemu orang terpercaya tempat menjadi curahan hatinya. Dekapan tangan gw masih belum bisa meyakinkan dirinya untuk mencurahkan isi hatinya ke gw. Gw kembali memutar otak gw, apa yang harus gw lakukan.
Gw: tunggu sini bentar ya fik
Fika:
:
Gw menghampiri seorang pedagang dan gw gak tau dia dagan apa saat itu. Gw melihat dia sedang memasak Biji Salak didalam pasir hitam. Bentuk persis sekali dengan biji salak.
Gw: What this sir ?
Pedagang:
: Peanut
Gw: sir, one sir please
Pedagang: (lalu dia memberikan aq sebungkus biji salak itu)
Gw: Can I pay with this sir ? (gw memberikan selembar uang 10ribu rupiah)
Pedagang:
Gw: Im from Indonesia sir
Pedagang: Ooo, Indonesia.
Gw: yes yes, Indonesia. Can I get this ?
Pedagang: *mengangguk*
Gw membawa sekantong biji salak tadi ke fika.
Gw: nih
Fika: apaan nih ?
Gw: kata pedagangnya sih kacang, tapi gw baru lihat kacang segede biji salak gini. Gw kupasin ya ?
Fika: Hmmm
Saat gw bukakan buat fika, fika minta suapin tetapi tidak ngomong langsung. Dia membuka mulutnya untuk memberi tau kalau dia ingin disuapin. Gak nyangka kalau fika bisa berlaku semanja ini.
Gw: eh gw ada permainan. Mas mas sini ( gw berteriak kepada penjual kacang yang letaknya tidak jauh dari tempat kami duduk)
Pedagang: *menunjuk kearah dirinya*
Gw: iya sini (sambil gw melambaikan tangan gw)
Pedagan kacang itupun menghampiri kita.
Gw: Mas lo gila ya, masa jualan kacang segede biji salak. Jangan gila donk mas. Ntar kalau cowok makan kacang ini wajar lah mas, nah kalau cewek kek fika yang makan gimana ? misalnya ni kacang nyangkut ditenggorokannya lalu tumbuh biji salak ditenggorokan fika. Apa gak disangka ngondek nih fika ntar (omongan dan cara gw bicara bertolak belakang, jadi gw ngomong tentang kejelekannya. Tetapi tangan gw
: dan mulut gw tetap tersenyum
serta nada bicara gw yang seolah-olah kacang itu sangat enak)
Fika:
:
Pedangan: $%^&*())(*&$#$%^&*()_+_)(*&%$#$%^&*()_+ *mengangguk sambil membalas senyum seolah sedang dipuji*
Pedaganpun tampaknya sangat senang sekali seolah dia mengerti apa yang gw bicarakan tadi adalah tentang kacangnya yang sangat enak.
Gw: Lo lihat kan ? lo mau ngomong apa aja bebas. Gak bakal ada yang ngerti disini. Tuh pedagang aja cuman ngangguk senyum-senyum seolah kacang dia enak. Padahal gak tau dia gw tadi ngomong apa.
Fika:
Gw:
Fika: Ren
Gw: hmmm ?
Fika: gw minta maaf ya soal tadi, gw bilang ke papah kalau lo pacar gw.
Gw:
gak papa kok ( gw pegang kembali tangan fika)
Fika: gw boleh pinjam bahu lo gak malam ini ?
Gw:
malam ini bahu gw tersedia gratis buat lo 
Lalu fika pindah duduk disamping gw, disenderkan kepalanya dibahu gw.
Fika: ren
Gw: ya fik ?
Fika: lo masih ingat gak omongan gw dulu saat didermaga ?
Gw: yang mana ?
Fika: gw pernah ngomong ke lo kalau kita ini semua diciptakan berpasangan, dan ortu gw adalah 1 jenis kutub magnet yang sama. 1 sifat yang sama, setelah mendapatkan hal yang diinginkan. Muncullah hal yang baru diinginkan, terus begitu dan berulang. Begitu hingga mereka tidak pernah ada hentinya untuk mencapai keinginan mereka tersebut. Papah sibuk dengan perusahaan elektroniknya, sedangkan bunda sibuk menjadi dosen dijepang. Seberapa lama mereka menahan hubungan mereka, tetap saja 1 jenis kutub magnet itu tidak akan bisa menyatu selamanya. Pasti akan terpisah, hingga menunggu waktunya untuk berpisah.
Saat fika berkata demikian, bahu gw terasa basah. Saat itu gw memilih untuk diam dan mendengarkan. Gw pegang erat tangan fika, semoga dia mengerti kalau ada gw yang siap menjaganya. Terkadang dikeadaan seperti ini diam adalah tindakan terbaik. Menjadi pendengar dari ribuan curahan hati fika. Mungkin sudah sangat lama kata-kata ini terkunci didalam mulut fika. Dan menunggu waktu untuk keluar dan dibagikan kepada orang yang menurut dia memang layak untuk berbagi cerita hidup.
Yakinlah, bahu ini akan selalu tersedia untuk sandaran hati seorang fika.
Ayah Fika: fika, maret nanti ayah dan ibu akan balik kejogja untuk menyelesaikan sidang perceraian. Papah yakin kamu sudah dewasa untuk menerima hal ini
Fika: ..
Ayah Fika: rendi, tolong jaga fika ya
Gw: eh ? iya om

Wajah fika terlihat sangat muram. Beginikah sikap egois dari para orang tua tanpa memerhatikan perasaan dari anak ?. Sebenarnya dari perceraian ini perasaan yang paling tersakiti adalah si anak. Karena mereka akan hidup diantara 2 orang yang sudah tidak memiliki keterkaitan 1 dan lainnya. Gw mulai mengerti kenapa fika selama ini bersikap begini. Sosok yang terlihat kuat diluar tetapi sebenarnya didalam diri fika sedang terguncang saat ini. Beginikah kehidupan orang-orang kaya ? dibalik bergelimangkan harta, mereka mengorbankan sesuatu yang sangat berharga. Hati, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Seusai makan malam gw dan fika langsung diantarkan balik kerumah oleh supir. Sedangkan ayah fika masih ada keperluan meeting dengan client. Didalam perjalanan fika dan gw hanya diam, gw bingung mau ngomong apa. Gw serba tidak nyaman, gw mengerti gimana perasaan fika saat ini. Sesampai dirumah fika langsung pergi kekamarnya, gw pun pergi kekamar gw buat rebahan. Tapi tetap aja hati ini tidak tenang, pengen gw ngebuat fika senang. Setidaknya ada hal yang bisa gw lakukan untuk saat ini membuat fika tersenyum.
*Kreeeeek* (suara pintu kamar terbuka)
Fika: Ren keluar yuk
Gw: eh, yuk.
Kita berjalan kaki menapaki malam dikota bangkok ini. Sekitar 30 menit fika belum bicara 1 kata pun. Gw memutar otak gw gimana caranya agar fika bisa merasa tenang. Gw berjalan disamping fika lalu gw pegang tangan fika. Erat, erat sekali. Seakan gw akan selalu ada disampingnya untuk menjaganya.
Gw:

Fika:

Fika tersenyum kepada gw, gw merasa sedikit lega. Setidaknya dia percaya kalau gw ada disini untuk membuat dia merasa lebih nyaman. Kita berhenti disebuah kedai minuman dipinggir jalan. Dikedai itu disebar meja-meja ditrotoar untuk menikmati minuman yang ada.
Fika: ice lemon tea kaf, lo ren ?
Gw:
Sprite mbak 
Saat minum fika masih belum mau ngomong, gw kembali pegang tangan fika. Tapi fika hanya tersenyum terhadap gw. Masih belum mau ngomong sepatah katapun. Sebenarnya gw yakin, ribuan kata ingin keluar dari mulut fika. Hanya saja dia belum bertemu orang terpercaya tempat menjadi curahan hatinya. Dekapan tangan gw masih belum bisa meyakinkan dirinya untuk mencurahkan isi hatinya ke gw. Gw kembali memutar otak gw, apa yang harus gw lakukan.
Gw: tunggu sini bentar ya fik
Fika:
:Gw menghampiri seorang pedagang dan gw gak tau dia dagan apa saat itu. Gw melihat dia sedang memasak Biji Salak didalam pasir hitam. Bentuk persis sekali dengan biji salak.
Gw: What this sir ?

Pedagang:
: PeanutGw: sir, one sir please

Pedagang: (lalu dia memberikan aq sebungkus biji salak itu)
Gw: Can I pay with this sir ? (gw memberikan selembar uang 10ribu rupiah)
Pedagang:

Gw: Im from Indonesia sir

Pedagang: Ooo, Indonesia.
Gw: yes yes, Indonesia. Can I get this ?
Pedagang: *mengangguk*
Gw membawa sekantong biji salak tadi ke fika.
Gw: nih
Fika: apaan nih ?
Gw: kata pedagangnya sih kacang, tapi gw baru lihat kacang segede biji salak gini. Gw kupasin ya ?
Fika: Hmmm
Saat gw bukakan buat fika, fika minta suapin tetapi tidak ngomong langsung. Dia membuka mulutnya untuk memberi tau kalau dia ingin disuapin. Gak nyangka kalau fika bisa berlaku semanja ini.
Gw: eh gw ada permainan. Mas mas sini ( gw berteriak kepada penjual kacang yang letaknya tidak jauh dari tempat kami duduk)
Pedagang: *menunjuk kearah dirinya*
Gw: iya sini (sambil gw melambaikan tangan gw)
Pedagan kacang itupun menghampiri kita.
Gw: Mas lo gila ya, masa jualan kacang segede biji salak. Jangan gila donk mas. Ntar kalau cowok makan kacang ini wajar lah mas, nah kalau cewek kek fika yang makan gimana ? misalnya ni kacang nyangkut ditenggorokannya lalu tumbuh biji salak ditenggorokan fika. Apa gak disangka ngondek nih fika ntar (omongan dan cara gw bicara bertolak belakang, jadi gw ngomong tentang kejelekannya. Tetapi tangan gw
: dan mulut gw tetap tersenyum
serta nada bicara gw yang seolah-olah kacang itu sangat enak)Fika:
: Pedangan: $%^&*())(*&$#$%^&*()_+_)(*&%$#$%^&*()_+ *mengangguk sambil membalas senyum seolah sedang dipuji*
Pedaganpun tampaknya sangat senang sekali seolah dia mengerti apa yang gw bicarakan tadi adalah tentang kacangnya yang sangat enak.
Gw: Lo lihat kan ? lo mau ngomong apa aja bebas. Gak bakal ada yang ngerti disini. Tuh pedagang aja cuman ngangguk senyum-senyum seolah kacang dia enak. Padahal gak tau dia gw tadi ngomong apa.
Fika:

Gw:

Fika: Ren
Gw: hmmm ?
Fika: gw minta maaf ya soal tadi, gw bilang ke papah kalau lo pacar gw.
Gw:
gak papa kok ( gw pegang kembali tangan fika)Fika: gw boleh pinjam bahu lo gak malam ini ?
Gw:
malam ini bahu gw tersedia gratis buat lo 
Lalu fika pindah duduk disamping gw, disenderkan kepalanya dibahu gw.
Fika: ren
Gw: ya fik ?
Fika: lo masih ingat gak omongan gw dulu saat didermaga ?
Gw: yang mana ?
Fika: gw pernah ngomong ke lo kalau kita ini semua diciptakan berpasangan, dan ortu gw adalah 1 jenis kutub magnet yang sama. 1 sifat yang sama, setelah mendapatkan hal yang diinginkan. Muncullah hal yang baru diinginkan, terus begitu dan berulang. Begitu hingga mereka tidak pernah ada hentinya untuk mencapai keinginan mereka tersebut. Papah sibuk dengan perusahaan elektroniknya, sedangkan bunda sibuk menjadi dosen dijepang. Seberapa lama mereka menahan hubungan mereka, tetap saja 1 jenis kutub magnet itu tidak akan bisa menyatu selamanya. Pasti akan terpisah, hingga menunggu waktunya untuk berpisah.
Saat fika berkata demikian, bahu gw terasa basah. Saat itu gw memilih untuk diam dan mendengarkan. Gw pegang erat tangan fika, semoga dia mengerti kalau ada gw yang siap menjaganya. Terkadang dikeadaan seperti ini diam adalah tindakan terbaik. Menjadi pendengar dari ribuan curahan hati fika. Mungkin sudah sangat lama kata-kata ini terkunci didalam mulut fika. Dan menunggu waktu untuk keluar dan dibagikan kepada orang yang menurut dia memang layak untuk berbagi cerita hidup.
Yakinlah, bahu ini akan selalu tersedia untuk sandaran hati seorang fika.

Suatu hari di thailand, kita berjalan bersama ditepi sungai chao praya. Hingga datang seorang biksu mendayung pelan perahu kecilnya. Mereka berbagi doa kepada semua orang yang ada disungai. Kau bersipuh menyapa biksu tua itu,
"Gw belajar dari lo, kalau membantu umat agama lain itu juga ibadah. Bukannya membantu itu adalah ibadah. Iya kan ?
"jenggalasunyi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Kutip
Balas