TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#37
Spoiler for Helper : Celestial and Constellations (1):
Suatu gambar keluar di layar besar di sebelah agen Black. Layar itu sepertinya berubah menjadi sebuah peta dunia dan terdapat titik-titik merah di antara garis-garis hijau yang membentuk suatu benua.
"Kita berada di sini dan titik-titik merah itu adalah keberadaan musuh kita." jelas agen Black sambil menunjuk ke arah negara Amerika dengan tongkat kecil yang di ambilnya di atas mejanya.
"Kalau begitu..." pikir Udonge yang melihat banyaknya titik merah di banyak tempat.
"Tapi bagaimana kamu bisa mengetahui ini semua?" tanya Udonge.
"Ini di dapat dari satelit kami. Ada beberapa yang sudah hancur karena sesuatu yang mereka tembakkan ke arah satelit kami. Namun kami masih tidak mengerti benda itu." kata agen Black sambil mengerutkan keningnya.
"Kalian lebih baik bertahan saja di sini dan kirimkan bantuan sebanyak-banyaknya. Masalah hal yang mereka tembakan sudah biasa bagiku. Dan aku tidak datang sendiri melainkan bersama teman-temanku." kata Udonge.
"Kalau kalian tidak keberatan, aku ingin kalian membuat suatu alat untukku yang berguna untuk melihat keberadaan musuh di area sejauh 10.000 mil karena aku tidak dapat mendeteksi keberadaan mereka di area sebesar itu." lanjutnya.
"Hmm... Tidak masalah. Sekarang pakailah lencana ini dan silahkan bertindak apapun yang kamu mau. Bila kamu menginginkan sesuatu, bilang saja padaku." kata agen Black.
"Baiklah. Sekarang aku permisi dulu." kata Udonge sambil meninggalkan tempat itu.
Lalu agen Black duduk kembali di tempat duduknya dan mengetik beberapa tombol lagi di keyboarnya. Lalu sesuatu muncul di layar monitor.
"Kita mempunyai pasukan baru pak." kata agen Black kepada gambar itu.
Itu adalah gambar seseorang. Dia memakai jas hitam dan di sampingnya ada bendera biru dengan garis putih dan kotak merah di sudut atasnya.
"Hmm. Lebih baik kamu awasi saja dia. Dia bisa saja berguna, namun dia bisa saja menyerang kita kembali." kata orang itu.
"Baik pak. Akan saya awasi." kata agen Black.
Lalu layar kembali gelap dan agen Black pun keluar dari tempat itu.
--------------------
Di tempat lain Udonge sudah keluar dari Pentagon dan mencoba untuk mendeteksi keadaan dan tempat teman-temannya dengan frekuensi yang ia pancarkan dari pikirannya. Namun tidak ada yang ia temukan. Semua hanya orang yang tidak ia kenali. Lalu tiba-tiba seseorang dengan kemeja biru berlengan panjang dan bercelana panjang biru datang kepadanya.
"Ini, permintaanmu." kata orang itu sambil menyerahkan sesuatu yang berbentuk seperti jam tangan.
"Tekan ini untuk membuka peta." lanjut orang itu dan dia pun pergi seketika itu juga.
"Aku belum sempat berkata apapun dan dia sudah pergi. Sungguh ornag-orang ini sangat menghargai waktu." pikirnya.
Lalu Udonge pun teringat kembali dengan Eientei dan semua mahkluk yang ada di situ.
"Ah...Sama seperti di Gensokyou. Namun......Jepang terasa lebih indah..." pikirnya lagi sambil menengadah ke langit yang gelap.
Namun pikirannya terasa aneh. Sesuatu sepertinya ada yang tidak beres. Dia pun memperhatikan langit lagi dengan berkonsentrasi. Lagi dan lagi dia melihat, dia pun akhirnya menyadarinya. Bintang-bintang kecil yang ada di atas langit itu terasa bergerak dengan cepat. Bintang itu pun terlihat biru, merah, dan putih. Kadang bintang itu menghilang dan kadang ada juga yang terbelah menjadi beberapa bintang yang lebih kecil lagi. Tiba-tiba dia pun menyadari satu kekurangan dari peta itu.
"Itu peta darat! Bukan peta udara! Mungkin itu mereka!" pikir Udonge lagi.
Lalu Udonge pun cepat-cepat merogoh sakunya.
"Ah! Dimana?! Ah! Mungkin mereka yang mengambil selendangku!" pikir Udponge.
Lalu dia pun cepat-cepat mengeluarkan sinyal-sinya dari pikirannya untuk mencari selendangnya.
"Ah! Itu dia!" katanya sambil melesat menuju ke dalam ruangan rahasia itu lagi.
Udonge pun pergi ke ruangan rahasia itu dan menemukan beberapa orang yang sedang meneliti selendang itu.
"Hey! Itu selendangku!" teriak Udonge.
Lalu orang-orang itu pun berbalik dan menyadari bahwa Udonge ada di situ.
"Apa yang ingin kalian lakukan dengan selendangku?!" teriaknya lagi.
Orang-orang itu hanya gemetaran sambil mundur beberapa langkah ke belakang, menjauhi Udonge.
"Ma...Maafkan kami... Ka...Kami tidak bermaksud...apa...apa..." kata seorang peneliti.
"Ka...Kalau kamu mengi..menginginkannya...a...ambillah!" kata yang seorang lagi.
"Baiklah kalau begitu. Maaf, tapi kalian bisa menelitinya sehabis urusanku selesai" kata Udonge sambil berlari meninggalkan ruangan itu.
Lalu Udonge segera pergi ke atap dari Pentagon dan melompat untuk terbang ke arah bintang-bintang itu.
"Hah, untung saja aku tidak banyak berurusan dengan mereka. Sebaiknya aku jangan mengolok-olok mereka. Mereka bisa saja menyiapkan hal yang buruk untukku, jadi lebih baik aku membantu mereka saja." pikir Udonge di perjalanannya.
Dan beberapa menit berselang dia mulai melihat sesuatu yang ganjil. Itu bukan bintang merah atau bintang biru atau putih. Itu adalah danmakku!
"Ba...Bagaimana mungkin?!" kata Udonge dengan terkejut.
Lalu tiba-tiba sehelai selendang yang halus melilit Udonge dan menariknya. Seketika itu juga sebuah laser besar berwarna putih keabu-abuan melintas di sebelahnya.
"A...Apa itu?!" kata Udonge yang terkejut dengan Laser besar itu.
"Itu danmakkunya. Ukurannya sangat besar, sesuai dengan ukuran tubuhnya." kata orang yang menariknya dengan selendangnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Iku Nagae, mahkluk surgawi yang cantik, anggun, namun mematikan di setiap gerakkannya.
"Sudah! Jangan banyak bicara! Kita harus mengurus mahkluk besar ini dulu!" tukas Tenshi yang sedang menembakkan sinar merah dari batunya.
"Hey! Kalian di situ! Jangan mengejekku ya! Kita sedang bertarung danmakku di sini! Hey! HEY! BELUT! AKU BICARA DENGANMU!" kata mahkluk itu kepada Iku.
Mahkluk itu besar sekali. Sebesar Seirensen. Mahkluk itu berbentuk manusia dengan satu tanduk di kepalanya. Badanya seperti kuda berwarna putih. Ya, kuda. Jadi, mahkluk itu seperti kuda dengan kepala setengah badan manusia yang berukuran sebesar Seirensen. Dan saat mahkluk itu mengejek Iku dengan sebutan itu, Udonge melihat urat-urat di kepala Iku yang bermunculan sedikit. Dia pun menengok ke arah mahkluk itu dan menjawabnya.
"Oh, jadi kamu tidak mengerti juga ya? Kamu telah salah mengejek mahkluk surgawi seperti aku." kata Iku sambil menunjukan senyumnya yang agak pahit.
"Bisa kamu membantuku Udonge?" tanya Iku.
"O...Oh, aku bersedia membantumu!" kata Udonge cepat-cepat.
"Ahh! Berisik! Akan aku buat kamu menjadi belut bakar!" teriak mahkluk itu sambil mengeluarkan panah berwarna perak dari tabung berwarna perak di belakangnya.
Dia pun membidik panah itu dengan busur berwarna perak yang ada di tangan kanannya.
"Sial. Ini sangat membosankan!" kata Tenshi.
"Pergilah! Buat dia pusing Udonge!" kata Iku dengan cepat sambil melemparkan Udonge ke arah yang berlawanan dengan arah Iku melayang.
"Aarggh... Sekarang tiga. Kalau begitu terpaksa aku mengeluarkan jurusku." kata mahkluk itu sambil mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang busur panah.
"Dark Bow "Dark Conductor Arrows"!"
Dan busurnya yang berwarna perak berubah menjadi gelap dan panahnya pun ikut berubah gelap. Dia pun menembakan panahnya ke bawahnya. Lalu setelah menempuh jarak beberapa meter, panah itu berubah menjadi suatu lubang hitam yang kecil. Lubang itu menyedot tembakan-tembakan dari Tenshi dan Iku, serta Udonge dan mengarahkannya ke arah yang acak. Sementara itu mahkluk itu mengarahkan panah berikutnya ke arah Tenshi. Dan panah itu melesat dari busurnya menuju Tenshi dengan cepat, namun meleset.
"Hah, secepat apapun panahmu, tidak akan mengenaiku!" ejek Tenshi.
"Kita berada di sini dan titik-titik merah itu adalah keberadaan musuh kita." jelas agen Black sambil menunjuk ke arah negara Amerika dengan tongkat kecil yang di ambilnya di atas mejanya.
"Kalau begitu..." pikir Udonge yang melihat banyaknya titik merah di banyak tempat.
"Tapi bagaimana kamu bisa mengetahui ini semua?" tanya Udonge.
"Ini di dapat dari satelit kami. Ada beberapa yang sudah hancur karena sesuatu yang mereka tembakkan ke arah satelit kami. Namun kami masih tidak mengerti benda itu." kata agen Black sambil mengerutkan keningnya.
"Kalian lebih baik bertahan saja di sini dan kirimkan bantuan sebanyak-banyaknya. Masalah hal yang mereka tembakan sudah biasa bagiku. Dan aku tidak datang sendiri melainkan bersama teman-temanku." kata Udonge.
"Kalau kalian tidak keberatan, aku ingin kalian membuat suatu alat untukku yang berguna untuk melihat keberadaan musuh di area sejauh 10.000 mil karena aku tidak dapat mendeteksi keberadaan mereka di area sebesar itu." lanjutnya.
"Hmm... Tidak masalah. Sekarang pakailah lencana ini dan silahkan bertindak apapun yang kamu mau. Bila kamu menginginkan sesuatu, bilang saja padaku." kata agen Black.
"Baiklah. Sekarang aku permisi dulu." kata Udonge sambil meninggalkan tempat itu.
Lalu agen Black duduk kembali di tempat duduknya dan mengetik beberapa tombol lagi di keyboarnya. Lalu sesuatu muncul di layar monitor.
"Kita mempunyai pasukan baru pak." kata agen Black kepada gambar itu.
Itu adalah gambar seseorang. Dia memakai jas hitam dan di sampingnya ada bendera biru dengan garis putih dan kotak merah di sudut atasnya.
"Hmm. Lebih baik kamu awasi saja dia. Dia bisa saja berguna, namun dia bisa saja menyerang kita kembali." kata orang itu.
"Baik pak. Akan saya awasi." kata agen Black.
Lalu layar kembali gelap dan agen Black pun keluar dari tempat itu.
--------------------
Di tempat lain Udonge sudah keluar dari Pentagon dan mencoba untuk mendeteksi keadaan dan tempat teman-temannya dengan frekuensi yang ia pancarkan dari pikirannya. Namun tidak ada yang ia temukan. Semua hanya orang yang tidak ia kenali. Lalu tiba-tiba seseorang dengan kemeja biru berlengan panjang dan bercelana panjang biru datang kepadanya.
"Ini, permintaanmu." kata orang itu sambil menyerahkan sesuatu yang berbentuk seperti jam tangan.
"Tekan ini untuk membuka peta." lanjut orang itu dan dia pun pergi seketika itu juga.
"Aku belum sempat berkata apapun dan dia sudah pergi. Sungguh ornag-orang ini sangat menghargai waktu." pikirnya.
Lalu Udonge pun teringat kembali dengan Eientei dan semua mahkluk yang ada di situ.
"Ah...Sama seperti di Gensokyou. Namun......Jepang terasa lebih indah..." pikirnya lagi sambil menengadah ke langit yang gelap.
Namun pikirannya terasa aneh. Sesuatu sepertinya ada yang tidak beres. Dia pun memperhatikan langit lagi dengan berkonsentrasi. Lagi dan lagi dia melihat, dia pun akhirnya menyadarinya. Bintang-bintang kecil yang ada di atas langit itu terasa bergerak dengan cepat. Bintang itu pun terlihat biru, merah, dan putih. Kadang bintang itu menghilang dan kadang ada juga yang terbelah menjadi beberapa bintang yang lebih kecil lagi. Tiba-tiba dia pun menyadari satu kekurangan dari peta itu.
"Itu peta darat! Bukan peta udara! Mungkin itu mereka!" pikir Udonge lagi.
Lalu Udonge pun cepat-cepat merogoh sakunya.
"Ah! Dimana?! Ah! Mungkin mereka yang mengambil selendangku!" pikir Udponge.
Lalu dia pun cepat-cepat mengeluarkan sinyal-sinya dari pikirannya untuk mencari selendangnya.
"Ah! Itu dia!" katanya sambil melesat menuju ke dalam ruangan rahasia itu lagi.
Udonge pun pergi ke ruangan rahasia itu dan menemukan beberapa orang yang sedang meneliti selendang itu.
"Hey! Itu selendangku!" teriak Udonge.
Lalu orang-orang itu pun berbalik dan menyadari bahwa Udonge ada di situ.
"Apa yang ingin kalian lakukan dengan selendangku?!" teriaknya lagi.
Orang-orang itu hanya gemetaran sambil mundur beberapa langkah ke belakang, menjauhi Udonge.
"Ma...Maafkan kami... Ka...Kami tidak bermaksud...apa...apa..." kata seorang peneliti.
"Ka...Kalau kamu mengi..menginginkannya...a...ambillah!" kata yang seorang lagi.
"Baiklah kalau begitu. Maaf, tapi kalian bisa menelitinya sehabis urusanku selesai" kata Udonge sambil berlari meninggalkan ruangan itu.
Lalu Udonge segera pergi ke atap dari Pentagon dan melompat untuk terbang ke arah bintang-bintang itu.
"Hah, untung saja aku tidak banyak berurusan dengan mereka. Sebaiknya aku jangan mengolok-olok mereka. Mereka bisa saja menyiapkan hal yang buruk untukku, jadi lebih baik aku membantu mereka saja." pikir Udonge di perjalanannya.
Dan beberapa menit berselang dia mulai melihat sesuatu yang ganjil. Itu bukan bintang merah atau bintang biru atau putih. Itu adalah danmakku!
"Ba...Bagaimana mungkin?!" kata Udonge dengan terkejut.
Lalu tiba-tiba sehelai selendang yang halus melilit Udonge dan menariknya. Seketika itu juga sebuah laser besar berwarna putih keabu-abuan melintas di sebelahnya.
"A...Apa itu?!" kata Udonge yang terkejut dengan Laser besar itu.
"Itu danmakkunya. Ukurannya sangat besar, sesuai dengan ukuran tubuhnya." kata orang yang menariknya dengan selendangnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Iku Nagae, mahkluk surgawi yang cantik, anggun, namun mematikan di setiap gerakkannya.
"Sudah! Jangan banyak bicara! Kita harus mengurus mahkluk besar ini dulu!" tukas Tenshi yang sedang menembakkan sinar merah dari batunya.
"Hey! Kalian di situ! Jangan mengejekku ya! Kita sedang bertarung danmakku di sini! Hey! HEY! BELUT! AKU BICARA DENGANMU!" kata mahkluk itu kepada Iku.
Mahkluk itu besar sekali. Sebesar Seirensen. Mahkluk itu berbentuk manusia dengan satu tanduk di kepalanya. Badanya seperti kuda berwarna putih. Ya, kuda. Jadi, mahkluk itu seperti kuda dengan kepala setengah badan manusia yang berukuran sebesar Seirensen. Dan saat mahkluk itu mengejek Iku dengan sebutan itu, Udonge melihat urat-urat di kepala Iku yang bermunculan sedikit. Dia pun menengok ke arah mahkluk itu dan menjawabnya.
"Oh, jadi kamu tidak mengerti juga ya? Kamu telah salah mengejek mahkluk surgawi seperti aku." kata Iku sambil menunjukan senyumnya yang agak pahit.
"Bisa kamu membantuku Udonge?" tanya Iku.
"O...Oh, aku bersedia membantumu!" kata Udonge cepat-cepat.
"Ahh! Berisik! Akan aku buat kamu menjadi belut bakar!" teriak mahkluk itu sambil mengeluarkan panah berwarna perak dari tabung berwarna perak di belakangnya.
Dia pun membidik panah itu dengan busur berwarna perak yang ada di tangan kanannya.
"Sial. Ini sangat membosankan!" kata Tenshi.
"Pergilah! Buat dia pusing Udonge!" kata Iku dengan cepat sambil melemparkan Udonge ke arah yang berlawanan dengan arah Iku melayang.
"Aarggh... Sekarang tiga. Kalau begitu terpaksa aku mengeluarkan jurusku." kata mahkluk itu sambil mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang busur panah.
"Dark Bow "Dark Conductor Arrows"!"
Dan busurnya yang berwarna perak berubah menjadi gelap dan panahnya pun ikut berubah gelap. Dia pun menembakan panahnya ke bawahnya. Lalu setelah menempuh jarak beberapa meter, panah itu berubah menjadi suatu lubang hitam yang kecil. Lubang itu menyedot tembakan-tembakan dari Tenshi dan Iku, serta Udonge dan mengarahkannya ke arah yang acak. Sementara itu mahkluk itu mengarahkan panah berikutnya ke arah Tenshi. Dan panah itu melesat dari busurnya menuju Tenshi dengan cepat, namun meleset.
"Hah, secepat apapun panahmu, tidak akan mengenaiku!" ejek Tenshi.
0
Kutip
Balas