TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#19
Spoiler for Parted : His Tears:
"Aku...Di mana sebenarnya ini?! Apakah yang sebenarnya terjadi di sini?!" pikir Momiji.
"Kamu....Kamu terlihat seperti mereka...." kata orang yang mengagetkannya itu.
"Si....siapa mereka?!" kata Momiji lagi.
"U..untuk apa pedang itu?" tanya orang itu.
"Ah? Ini memang.... Sebentar! Jangan menglihkan pertanyaanku! Siapa mereka?!" tanya Momiji lagi.
"Berarti.... Kamu bukan dari mereka ya?" kata orang itu.
"Siapa? Aku benar-benar tidak tahu siapa mereka, seperti apa mereka atau dari mana asal mereka!" kata Momiji lagi.
"Hmm... Mereka.... Sekumpulan youkaiyang menyerang manusia." kata orang itu.
"Oh, maaf sebelumnya. Namaku Kazaki." katanya lagi.
"Oh... Sekumpulan youkai.... Umm, tapi dimana ini?" tanya Momiji.
"Ini di Akita, daerah Tohoku." kata Kazaki.
"A...kita?" tanya Momiji.
"Benar. Dan jika kamu tidak terlibat dengan sekumpulan youkai itu dan tidak tahu, lebih baik janganlah kamu dekati mereka. Kamu akan terbunuh." kata Kazaki
"Banyak yang bermigrasi dari Akita ke Tokyo. Tokyo pun sekarang sudah menjadi benteng untuk mengusir youkai meski mereka masih belum tahu cara untuk membasmi mereka semua. dan ini karena mereka....." lanjut Kazaki sambil memalingkan mukanya.
Dia seperti ingin menangis.
"Kamu, kenapa?" kata Momiji.
"Mereka.....mereka mengambil nyawa orang tuaku..." katanya sambil meneteskan air mata.
"Memang, bagaimana bisa terjadi?" tanya Momiji.
"Ini....dimulai pada waktu itu...." kata Kazaki dan dia pun memulai ceritanya.....
Siang yang panas itu. Semua masih damai dan belum ada sesuatu yang aneh. Siang itu juga aku hanya mengerjakan pekerjaan rumahku. Lalu ibuku memanggilku, katanya 'Kazaki, tolong belikan ikan di dekat pelabuhan.'
Aku pun segera pergi untuk membeli ikan. Lalu di perjalanan aku merasakan sesuatu yang aneh akan terjadi, namun aku biarkan saja dan aku tetap berjalan. Sampai aku tiba di pelabuhan, awan yang cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap. Dan saat ini aku mulai takut.
Aku pun ingat dengan ibuku yang ada di rumah dan ayahku yang sedang bekerja di area konstruksi. Aku pun langsung pulang ke rumah, namun banyak sekali orang yang berhamburan pergi dengan panik. Aku pun tidak bisa lewat dan yang aku lihat hanya orang-orang yang berlarian ke arah yang sebaliknya.
Setelah beberapa menit aku melewati orang-orang itu, sesuatu yang mengerikan muncul sambil menembakan sesuatu yang bercahaya secara membabi buta. Aku...Aku takut! Aku tidak bisa berkutik saat itu.
Aku...
Aku hanya bisa diam dan memejamkan mataku....
Namun tiba-tiba aku ditarik oleh seseorang yang naik di atas perahu dan menaikkanku ke atas perahu. Rambutnya diikat di belakang dan panjang berwarna abu-abu. Perahunya pun seperti bisa berjalan di darat. Dia pun langsung bicara kepadaku, 'Jangan takut nak, sekarang kita akan pergi dari sini!'
'Tapi, ibuku...' kataku.
'Mereka....nanti kita bicara lagi di tempat yang lebih aman.' katanya.
Gaya bicaranya seperti logat zaman dahulu. Lalu dia pun berbicara lagi kepada temannya yang seperti hantu. Dia tidak memiliki kaki namun dia memiliki anggota tubuh lainnya. Orang yang naik di atas perahu itu berkata pada temannya, 'Tojiko! Saya akan mengamankan anak ini!'
Lalu temannya yang bernama Tojiko itu menjawab 'Jangan khawatir. Saya dan Miko-sama akan mengurus youkai yang ada di daerah ini, anda evakuasikan saja semua penduduk yang bisa terselamatkan!'
Lalu Tojiko berbalik ke arah youkai-youkai itu dan mulai menyerang mereka dengan sesuatu dari tangannya. Seperti, mengeluarkan panah-panah dan petir yang banyak yang menghunus mereka.Aku hanya bisa diam di dalam perahu itu yang kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan mereka yang sedang bertarung.
Aku pun tiba di sebuah tempat. Semacam tenda yang besar. Di depannya terdapat papan bertuliskan 'Mengungsi di sini!' Lalu aku pun turun dari perahu dengan orang itu. Lalu, sebelum orang yang mengantarku pergi, aku cepat-cepat berkata padanya, 'Tolong, kak. Selamatkan ayah dan ibuku!'
Lalu aku mengeluarkan foto dari kantongku. Foto keluargaku. Lalu aku memberikannya kepadanya. Dia hanya menjawab, 'Saya akan usahakan itu nak.'
Setelah beberapa jam aku menunggu dan melihat orang itu berputar-putar, mengantarkan orang dan pergi lagi, aku melihat orang itu lagi setelah ia pergi untuk waktu yang lama dan tidak kembali. Kali ini pakaiannya sudah agak sobek dan dia terlihat terluka. Dia di bopong oleh seorang temannya, namun bukan yang hantu. Mungkin dialah Miko yang dia bicarakan tadi. Orang itu memakai head set di lehernya dan membawa sesuatu seperti pedang berwarna emas. Aku pun segera pergi menghampiri dan bertanya kepadanya.
'Bagaimana ayahku? Bagaimana ibuku? Mereka ada di mana?' kataku.
Namun orang itu hanya diam. Menggelengkan kepala dan melepaskan topinya yang panjang itu.
'Maaf nak. Saya tidak sempat menyelamatkan mereka. Saya kurang cepat bertindak....' kata orang itu.
Dan orang yang membawanya menghiburnya.
Aku hanya bisa terdiam di situ.
Aku hanya bisa menangis. Apa yang bisa aku bantu?!
Ini semua....
Ini semua salahku...
"Seharusnya aku tidak pergi...." lanjut Kazaki sambil menangis.
Momiji pun tertegun mendengar cerita itu. Dia hanya melihat ke tanah dan mendengarkan suara penyesalan dari Kazaki. Momiji pun berdiri dan mendekati Kazaki lalu memeluknya.
"Tenang. Aku akan menghabisi mereka untuk menebus jiwa orang yang sudah mereka bunuh." kata Momiji sambil memeluk erat Kazaki.
"Apakah kamu bisa menunjukan arah dimana youkai-youkai itu muncul? Kamu bisa membantu aku untuk..." lanjut Momiji namun langsung dipotong oleh Kazaki.
"Aku...tidak berguna..." kata Kazaki sambil menangis.
"Kazaki...." kata Momiji lagi. Tapi dia tetap menangis.
"Kazaki!" kata Momiji lagi. Kali ini lebih keras namun dia tetap menangis.
Lalu Momiji pun menampar Kazaki dengan keras.
"Kamu tidak akan bisa berguna sebelum kamu menyadari betapa bergunanya kamu di sini. Kamu seorang laki-laki sedangkan aku seorang perempuan! Mungkin kamu lebih muda daripada aku, tapi sadarlah! Kamu tahu semua soal tempat ini bukan? Jika kamu bisa membantuku, bersama, kita akan membalaskan dendam orang tuamu!" kata Momiji.
Kazaki pun langsung menahan tangisnya.
"A...Aku...Aku akan berusaha...." kata Kazaki sambil menghapus air matanya.
"Bisa kamu tunjukan sekarang." tanya Momiji.
"Lewat sini..." kata Kazaki sambil menunjukan ke arah pelabuhan.
0
Kutip
Balas