Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#333
Part 22
"Iya, bentar!" teriak Vedora saat gue mengetuk pintu rumahnya.

"Ah, lama lo buka pintu doang." sindir gue setelah pintu itu terbuka.

"Udah bagus gue bukain." Vedora melengos kedalam tanpa mempersilahkan gue masuk.

Gue akhirnya tetep masuk tanpa ijin, lalu tiduran di sofa yg ada di ruang tamu. Ya, rumah ini udah seperti rumah gue sendiri. Kemudian gue memejamkan mata dan bayangan gue pun mulai bermain. Gue berharap bisa makan malem berdua dengan Vedora ditemani cahaya lilin di atas mejanya. Romantis. Candle Light Dinner emang selalu pas saat malam Valentine kaya gini. Apalagi ditambah lagu-lagu sendu, pasti tambah romantis. Dan gue hanya berharap semoga hal itu akan jadi kenyataan dalam waktu dekat. Jujur aja gue udah laper, belom makan dari rumah karena udah mengharapkan hal seperti itu sejak awal.

Setelah sekian lama gue tunggu, Vedora nggak muncul-muncul juga. Lama-kelamaan gue bosen sendiri nunggu dia. Entah apa yg dia lakukan di dalem, tapi yg pasti gue udah hampir satu jam nunggu dia keluar. Begitu gue hendak bangun, tiba-tiba dia nongol dari belakang.

"Nggak usah bangun. Sini." Vedora langsung duduk di sofa yg sama dengan sofa yg sedang gue tiduri, dan meletakkan kepala gue di pahanya.

"Abis ngapain lo?" tanya gue, bingung.

Vedora hanya tersenyum memandang gue. Dan gue pun terbawa suasana, gue nggak lagi melanjutkan pertanyaan gue. Gue nyaman banget dengan situasi ini. Hangat dan rasanya gue nggak mau bergerak dari posisi ini. Vedora selalu bisa bikin gue merasa nyaman. Cukup lama dia tersenyum sambil membelai rambut gue.

"Keatas yuk." ajak Vedora.

Gue hanya berdehem dan bangun dari posisi gue dengan perasaan nggak rela.

Vedora berjalan menaiki tangga, dan gue mengikutinya dari belakang. Sesampainya diatas, dia langsung menuju balkon dan bersandar disitu. Dua cangkir kopi yg masih hangat tersaji disana. Gue mengambil salah satu cangkir dan meminumnya perlahan. Lumayan buat ganjal perut yg lapar. Vedora hanya tersenyum memandang gue.

"Happy Valentine. Gue sayang sama lo, Dra." ujarnya seraya mengambil cangkir kopi yg lain.

"Gue tau kok." gue bersikap biasa.

"Ah, kaya lo punya cenayang aja." goda Vedora.

"Kalo emang gue punya, gimana?"

"Kalo gitu, gue punya banyak pertanyaan buat lo."

Gue mengernyitkan dahi.

"Gimana kelanjutan hubungan kita?" dia menatap mata gue dalam-dalam.

Mendadak gue bingung, gue ga tau harus jawab apa. "Uhm, nanti kita bakal menikah, punya banyak anak, dan hidup bahagia." jawab gue asal-asalan.

"Klise ah. Nggak memuaskan." dia mendengus pelan.

"Bukannya itu yg lo suka?" gue mengernyitkan dahi gue lagi.

"Dra, hidup itu tentang apa yg terjadi, bukan tentang apa yg harusnya terjadi." Vedora menceramahi gue, lalu dia terdiam cukup lama sambil menatap ke jalanan. Seakan mencari sesuatu di jalanan yg terbentang dibawahnya itu.

"Lo liat itu?" lanjutnya sambil menunjuk seorang anak kecil yg berjalan menuju kios kecil di seberang jalan. "Anak itu harusnya pulang setelah dapet jajannya kan?"

Gue mengangguk, karena memang itu yg harusnya terjadi.

"Tapi gimana kalo ternyata dia berbelok kerumah temennya? Gimana kalo ternyata dia beli jajan lagi di warung lain? Atau ..." suaranya sedikit tertahan, "Gimana kalo ternyata dia tiba-tiba tertabrak kendaraan yg lewat, terus mati seketika?" ujarnya lirih.

Gue tertegun. Jujur aja, gue nggak pernah memikirkan hal kurang penting seperti itu. Tiba-tiba ada rasa penasaran dalam diri gue pada anak kecil itu. Tanpa sadar, gue terus mengamati anak kecil itu sampai akhirnya dia kembali kerumahnya yg terletak dekat dengan rumah Vedora, "Tapi akhirnya dia pulang kan?" sanggah gue.

"Kebetulan." jawab Vedora santai. "Pasti ada faktor yg bikin dia pulang ke rumahnya. Misalnya, udah diwanti-wanti ibunya. Kalo ga ada faktor kaya gitu, siapa yg tau apa yg bakal terjadi?" Vedora kembali terdiam sesaat. "Tapi tetep aja, faktor apapun nggak akan ada yg bisa menghindarkan dia dari kematian."

Gue tertegun. Vedora seakan-akan terlihat jauh lebih dewasa daripada seharusnya. Gue hanya melongo mendengar penuturan Vedora. Walaupun gue nggak terlalu paham, tapi gue bisa menangkap garis besar dari pernyataan yg berhasil membuat gue berpikir keras itu.

"Dra, gue masih ada satu pertanyaan lagi." ucapnya sambil mengangkat telunjuknya.

"Apa?"

"Gimana masa depan gue nanti?"

Gue kembali bingung mau jawab apa. Tapi gue nggak mau terlihat kalah dengan pemikiran Vedora. Gue pun mulai mengutarakan apa yg gue pikirkan.

"Yg punya jawaban atas pertanyaan lo ya cuma diri lo sendiri." ujar gue mantap. "Yg tau mau dibawa kemana masa depan lo itu elo. Seandainya gue beneran punya cenayang, mungkin gue tetep ga mampu menembus batas-batas harapan lo tentang masa depan." ucap gue singkat dengan pemikiran yg seadanya, lalu kembali meminum kopi ditangan gue.

Vedora hanya tersenyum kecil, dan nggak mendebat gue sedikitpun.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.