Berderulah langit Hujan menyusulnya Petir menghiasi Aku mengamati Rahmat dan barokah Uji dan musibah Solusi dan masalah Allah Maha Pencerah Genderang hati Tarian jiwa Kidung sukma Majulah raga Batu kerikil Pedang tajam Kerasnya prinsip Rincingnya tekad Semoga diridhoiNya
Hanya angan dan andai Hanya doa dan puji Hanya harapan dan impian Hanya raga Hanya hati Hanya jiwa Hanya nyawa Hanya janji dan rencana Hanya kaki dan langkah Hanya tangan dan lengan Hanya pundak untukmu bersandar Hanya ibu jari pengusap air mata Hanya penghapus lara Hanya tawa Hanya canda Hanya sua
Bencilah aku dengan sejati dirimu Hinalah aku dengan segala kelebihanmu Aku bangga denganmu Melangkah anggunlah Pedestrian di antara sejuta mimpi Tapakilah Kurapikan tempatku meninggalkan mimpi Aku adalah diriku Kamu adalah mimpiku Aku bahan bakarmu Habislah aku Melajulah kamu Rangkaian bait sumba
Aku selalu di belakangmu, bukan karena aku takut Meskipun kesan yang muncul adalah aku selalu membuntutimu, aku gak peduli. Aku selalu di belakangmu karena aku selalu siap ketika di depanmu sudah tidak ada jalan lagi untuk pergi Menolehlah kebelakang Ada aku yang siap memberikan jalan alternatif ya
Kusimpan mimpiku untuk nanti kubagi Wajah-wajah ceria dengan hiasan senyum Kalianlah para ksatria mimpi Jangan berhenti membuatku kagum Kibarkan panji lantunkan kidung Kepalkan tangan rapatkan barisan Masa kejayaan sudah tampak di ujung Merekalah penentu kebebasan Rima demi rima Bait demi bait Aku
Desir - desir mimpi Jejak - jejak impian Sajak 4 baris penuh ironi Kabarkan sumbangnya kenyataan Pundak - pundak yang lelah Punggung - punggung mulai terbungkuk Bukan salah raga menjalankan perintah Rangkaian komando dari otak yang telah terbentuk Mata yang hanya terpejam Telinga yang selalu tert...
Kisah asmara yang terbentuk dari sebuah nestapa Seuntai kasih yang berasal dari rasa iba Romansa terjebak di dalam ruang yang kosong Serasa di dalam buluh yang belum terpotong Dengan segala hati yang terbagi Seperti buku - buku bambu Jalani saja semua ini Dengan panas dan teriknya mentari Dengan ba
Dengan tinta darah kaum marjinal Para putra mahkota merajah tahta Berhiaskan gadis - gadis jelita yang dirindukan ibunya Batu sumpah leluhur pendahulu jadi pijakan kakinya Kota - kota mati manusia tercekik upeti Bejana kencana tampungan ludah bangsawan Kuda berbaju berkaki dua menarik keretanya Pu
Kelopak - kelopak mawar lusuh Kilau - kilau berlian beku memudar Binar - binar mata berair ~ Aku ~ Kicau burung nuri sekarat Embun tetesan darah di atas daun Bumi keluar orbit rotasi ~ Aku ~ Rembulan meradang bintang mengerang Kepalan keras meremas otak Dengung lebah marah kehilangan sarang ~ Aku...
Melangkah di antara taman bunga Tak semua indah Inilah kacamataku Pelangi sesudah hujan sesiang Tak lama pudar Inilah duniaku Mentari hangat bersinar Awan gelap menutupi Senjalah aku Aku sendiri?? Tentu tidak Aku di depanmu Di sebrang dimensi khayalmu Sapalah aku, kita bersaudara Ruam merah dik