CHAPTER XLII HURU-HARA Leuwi Beunying, 1980 Pukul 23.30 “Bu Sutihat.. Awas.. Cepat Lari!”. Nahuri berteriak sekuat tenaga.Teriakan itu sontak membuat Bu Sutihat menoleh ke belakang. Namun yang dilihatnya bukanlah Nahuri melainkan sosok Siluman Ular yang bersiap melilitnya. ASTAGHFIRULLAHAL...
CHAPTER XLI KEPERCAYAAN Leuwi Beunying, 1980 Rumah Ki Burhan | Pukul 23.15 “Bedebah kau, Burhan. Tumbal yang kau berikan berhasil selamat, malah aku hampir celaka gara-gara doa suaminya”. Ucap Perempuan berbadan setengah ular dengan nada meninggi. Dia adalah ratu siluman ular yang kini tenga...
CHAPTER XL PETUNJUK Leuwi Beunying, 1980 Pukul 22.00 “BAPAK… BAPAK….TOLONG, PAK….”. Terdengar teriakan dari dalam kamar Pak Agus, memecah sunyinya malam. Pak Agus yang ketiduran di ruang tamu pun ikut terperanjat dan segera masuk ke kamar. “Astagfirullahal’adzim, Ibuuu..”. Pak Ag...
CHAPTER XXXIX SALAH SANGKA Leuwi Beunying, 1980 Pukul 16.30 “Tunggu, pak. Jangan gegabah. Ibu punya firasat buruk soal ini”. Teriak Bu Sutihat menghentikan langkah Pak Agus. “Tunggu apalagi?. Bapak yakin seyakin-yakinnya kalau kematian anak kita itu ulah Ki Burhan”. Ucap Pak Agus dengan w...
:sorry lagi sibuk di dunia nyata, jadi jarang ada waktu buat nulis. semoga suka dengan ceritanya, diusahakan bisa tetep update kok
CHAPTER XXXVIII BUNGKUSAN Leuwi Beunying, 1980 Pukul 07.00 - Kediaman Pak Agus Pagi yang kelabu, menghantarkan duka di keluarga Pak Agus. Para tetangga pun sudah ramai berkumpul di kediaman Pak Agus. Tak ketinggalan, Ki Burhan pun ikut berbaur membantu prosesi mengurus jenazah bersama warga lain...
CHAPTER XXXVII SANG DERMAWAN Leuwi Beunying, 1980 Pukul 08.00 Sinar mentari pagi terasa begitu hangat dan sepoi-sepoi angin pagi bertiup menggoyangkan dedauan. Tepat di ujung utara perkampungan, rumah Ki Burhan tampak ramai oleh anak-anak yang berkumpul di teras rumahnya. Entah ada angin apa, Ki
CHAPTER XXXVI MUKA DUA Alas Mangin sejak dahulu memang selalu menjadi misteri. Tak sedikit pun orang yang berani mengusik atau bahkan merusaknya. Berbagai macam kejadian janggal selalu terjadi, apabila ada warga yang mengusik ketentraman Alas Mangin. Isu-isu dari mulut ke mulut mengenai Alas Mang...
CHAPTER XXXV TAK TERKENDALI Pariuk Nangkub Pukul 12.00 Terik mentari terasa begitu menyengat kulit, walau sesekali angin bertiup mencoba meredakan panasnya. Tampak dari pertigaan kampung, beberapa warga tengah berlari pontang-panting dengan nafas terengah-engah. Baju mereka basah kuyup akibat keri
Ini true apa fiktif ya? Di awal cerita dibilang true story soale. Tp lama2 kok brasa fiktif :bingung Anggap fiktif aja bang biar clear, walaupun ceritanya ada yang nyata, tapi alur waktunya sudah saya ubah biar beraturan, jadinya fiktif juga 😂
CHAPTER XXXIV TAK TERDUGA Pariuk Nangkub Pukul 10.00 “Tolong..Tolong.. Banyak ular yang keluar dari tempat penggusuran”. Teriak anak-anak sambil terus berlari pontang-panting. Teriakan mereka terdengar jelas oleh Pak Nahuri dan Pak Doel yang ternyata masih mengobrol di teras rumah. Sontak saj...
CHAPTER XXXIII AWAL PENGGUSURAN Pariuk Nangkub Hari Pertama Penggusuran Pukul 08.00 “Pak... Pak.... Ada yang aneh di pertigaan kampung kita”. Teriak Athox sambil berlari menuju tempat Pak Doel yang sedang membersihkan gergaji mesin kesayangannya. “Aneh bagaimana maksudmu, Nak?”. Tanya Pa...
CHAPTER XXXII RENCANA PENGGUSURAN Pariuk Nangkub 1 Minggu Pasca Tragedi Pukul 08.00 Semilir angin pagi berhembus menghantarkan hawa sejuk. Titik-titik embun mulai menguap akibat sinar mentari yang mulai muncul. Warga Kampung Pariuk Nangkub mulai bersiap dengan aktivitasnya masing-masing. Kini mer...
CHAPTER XXXI KARMA DUAR..DUAR... Petir masih terdengar diiringi hujan yang turun dengan derasnya. Namun itu tidak menyurutkan aksi dua insan yang tengah berduel. FWUSH... Dayat mulai melancarkan serangan angin topannya ke arah Kyai Munir. Namun tentu saja hal itu tak membuat Kyai Munir bergeming
CHAPTER XXX PERBURUAN Pariuk Nangkub Pukul 00.00 Hujan deras masih terus mengguyur seluruh penjuru Kampung Pariuk Nangkub. Daun-daun Pepohonan bergoyang tertiup oleh angin yang menerjang bersamaan dengan air hujan. Sesekali suara petir terdengar menggelegar, namun warga masih terus memburu Dayat,
CHAPTER XXIX TITIK TERANG Pariuk Nangkub Pukul 21.00 “Dang, Nen, kamu dimana?”. Teriak Kukus dari dalam rumah yang sudah dikelilingi kobaran api. HUWA..HUWA..HUWA..HUWAA... Terdengar teriakan Endang yang tidak terlalu jelas dari dalam kamar Endang. Kukus pun langsung bergegas menuju sumber su...