Ada satu masa saat gawai belum menyita perhatian Agan dan Sista, terutama masa kanak-kanak. Hari-hari penuh dengan permainan menggunakan alat-alat sederhana, kebanyakan berasal dari alam. Ya, halaman rumah, lapangan luas, kebun, adalah ruang bermain yang tak ada habisnya saat itu.
Gawai keseharian hanya radio dan atau televisi. Sekadar menonton film anak atau mendengarkan sandiwara dan dongeng, senangnya bukan main. Meski hanya seminggu sekali, selalu dinanti.
Yuuki Nishimura, seorang seniman Jepang yang menjadikan kehidupan anak-anak biasa tanpa gawai sebagai bahan mentah karyanya. Kehidupan kanak-kanak yang pernah GanSis lalui. Berikut sebagian dari karya Yuuki.
1. Menjelajah
2. Main Perosotan
3. Jajan
4. Memainkan bahan bangunan
5. Kumpul keluarga
6. Main cat air
7. Boneka
8. Naik sepeda
9. Di kebun bunga
10. Main dengan kakek
11. Tamasya
12. Hujan-hujanan
Gimana, GanSis? Meskipun gambar-gambar Yuuki berlatar Jepang, namun cukup dekat dengan keseharian kita di Indonesia kan? Terutama lingkungan yang masih banyak lahan luas nan asri.
Di masa sekarang momen seperti itu sebenarnya tetap bisa kita dapatkan meskipun jarang. Sebagian orang tua sudah memberikan ponsel kepada anak-anaknya untuk menemani kesehariannya. Anak-anak usia dini pegang ponsel dan cukup mahir menggunakan fiturnya sudah jadi pemandangan biasa.
Yuuki pernah memenangkan Asia Digital Art Award 2012 untuk serial "Dynamic Word Play" di kategori hiburan. Tahun 2019, Yuuki menyumbangkan esai untuk Kyoiku Shuppan Chugaku Kokugo Tsushin "Guidepost", "Kotoba Circus" (Alice Hall) pada Desember 2019. Di bulan Maret 2020, sebuah buku bergambar “Konokaoshite Aiueo” (Penerbit Poplar) telah diterbitkannya.
Di blognya Yuuki mengatakan ingin menggambarkan kesederhanaan dan kehangatan anak-anak, dan kehidupan sehari-harinya. Yuuki menghabiskan waktu sekitar 50 menit untuk menggambar setiap hari. Karya-karya Yuuki lainnya ada di akun Instagram @nishimura_sketch.
Nah, GanSis yang suka gambar dan sudah bosan melihat anak-anak pegang gawai, bisa mengikuti jejak Yuuki, menjadikan kehidupan anak-anak yang masih polos sebagai inspirasi berkarya. Mungkin tidak mudah pada awalnya. Namun dengan ketekunan setiap hari, kelak akan jadi karya indah menyentuh nurani.
Sumber 1, 2
