4 Hal Dalam Sinetron Indonesia yang Menghina Kecerdasan Penontonnya

Sinetron. Apa yang terlintas di benak agan ketika mendengar kata tersebut? Tentu saja adalah tayangan stripping setiap hari tanpa jeda, tanpa alur yang jelas, tanpa plot terencana, dan bahkan asal ada orang gerak dan berdialog di frame maka masyarakat kita pasti akan menontonnya. Ya, tak usah bersusah payah bikin cerita bagus ataupun budget besar untuk mencari cuan dengan sinetron tv. Cukup bikin adegan dan cerita ngasal maka rating pun tinggi.

Tapi tahukah agan, dibalik semua kelucuan sinetron Indonesia ternyata ada beberapa hal yang memang seolah menghina kecerdasan penontonnya? Ada banyak sih, tapi ane akan membahas beberapa di antaranya saja gan.

1. Polisi Menangkap Tersangka Pakai Seragam


Polisi macam apa yang memburu buronan, penjahat atau tersangka dengan memakai seragam dinas? Yang ada karena penampilannya mencolok para tersangka akan sadar dan kabur duluan. Sering sekali kita lihat adegan polisi menangkap tokoh jahat dalam sinetron dengan memakai seragam. Kalau di aslinya polisi yang menangkap para pelaku kriminal jelas adalah divisi reskrim yang selalu menggunakan pakaian preman.

Ciri khas dialognya dalan adalah "Anda kami tahan!"

2. Iklan Masuk dalam Cerita

Iklan zaman sekarang memang sangat brutal dalam mempromosikan produknya termasuk ikut masuk dalam adegan cerita. Suasana sinetron mendadak berubah ketika iklan sudah masuk ke dalam cerita. Si antagonis bahkan mendadak jadi baik ketika mempromosikan produk yang sudah membayarnya.

Ini jelas menghina kecerdasan penonton karena promosinya begitu brutal dan sangat memaksakan sekali. Oh iya, sodara ane kan suka nonton sinetron Kian Santang dan sinetron itu settingnya zaman dulu. Adegannya ada karakter yang makan mie instan dan camilan masa kini. .

3. Adegan Rumah Sakit yang Tak Masuk Akal

Ingat salah satu ciri khas sinetron Indonesia? Ya, hampir selalu ada adegan di rumah sakit. Anehnya adegannya selalu konyol, mulai dari kepala yang selalu diperban walaupun penyakitnya bukan di kepala, sampai peran dokter yang selalu terlihat bodoh dan nyaris tidak berguna. Ya mungkin pemeran dokternya adalah aktor yang kurang piawai, tapi nggak kayak gitu juga kali.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

4. Episode Ribuan, Cerita Entah kemana


Ciri khas sinetron Indonesia adalah ketika rating naik maka sampai kapan pun tidak akan pernah tamat. Ketika rating turun dan anjlok maka segera ditamatkan. Maka, jangan heran kalau ceritanya tak punya muara yang jelas. Para pembuatnya seolah merendahkan kecerdasan penontonnya dengan cerita yang semakin tidak jelas dan tak karuan.

Nah, ada lagi gan yang mau nambahin?