Belakangan ini Angkatan Darat Indonesia menggumumkan penghentian penerapan tes keperawanan dalam proses rekrutmen mereka, beberapa dari kalian mungkin akan bernafas lega dan bergembira dan sebagian lagi mungkin sedang bertanya apa alasannya?
Quote:
Jawaban singkatnya tes keperawanan tidak memiliki validitas ilmiah, melanggar HAM dan justru membawa dampak buruk terhadap para perempuan yang menjalaninya baik secara fisik maupun mental, untuk jawabannya kalian harus simak sampai habis ya.
Sebelum kita menelaah mengapa tes keperawanan bermasalah? kita perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana sebenarnya tes ini dilaksanakan. Tes keperawanan atau tes dua jari ini dilakukan dengan cara memasukkan dua jari ke dalam vagina untuk mengecek apakah selaput dara masih utuh, selaput darah atau hymen merupakan selaput tipis yang terdapat pada lubang vagina dan sepanjang yang kita ketahui selaput ini tidak memiliki fungsi yang jelas. Logika dibalik tes keperawanan adalah jika seseorang belum pernah berhubungan seksual sebelumnya berarti selaput daranya pasti masih utuh masuk akal kan? iya tapi ada satu masalah, pernyataan tersebut 100% salah. Keberadaan selaput dara tidak dapat menentukan apakah seseorang pernah berhubungan seks sebelumnya atau tidak,
Hal tersebut dikarenakan tiga hal, pertama seorang perempuan dapat terlahir tanpa selaput dara, kedua selaput dara dapat robek akibat hal selain hubungan seks, ketiga darah dapat tetap utuh meskipun seorang perempuan sudah pernah berhubungan seksual. Tidak semua perempuan memiliki selaput dara yang sama seperti selaput dara yang menutupi lubang vagina secara total atau selaput dara yang tidak ada sama sekali sejak lahir juga dapat terjadi dan seks bukanlah satu-satunya penyebab selaput darah pecah.
Mengangkat beban, berenang, bersepeda, menggunakan tampon dan lainnya semua dapat menyebabkan selaput darah pecah dan terkadang bahkan tanpa disadari. Selebihnya selaput dara tidak bersifat seperti pembungkus plastik yang bisa jebol justru lebih mirip ikat rambut yang fleksibel sehingga terkadang dapat juga terjadi selaput darah tidak pecah walaupun sudah berhubungan seks. Jadi, sebenarnya konsep perawan itu bukan suatu aspek biologis yang bisa kita ukur atau ditentukan secara pasti, tidak ada penanda jelas pada tubuh seorang perempuan yang bisa dijadikan indikasi keperawanannya sama seperti laki-laki. Keperawanan itu secara medis tidak ada, konsep keperawanan tidak lebih dari suatu label yang diciptakan dan dibentuk oleh nilai-nilai masyarakat bukan sains.
Selain tidak memiliki validitas ilmiah sama sekali, tes keperawanan juga ditemukan dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental bagi orang yang menjalaninya, proses tes ini menyakitkan dan traumatis serta dapat meningkatkan resiko infeksi apabila dilakukan dengan tidak higienis, perempuan yang menjalani tes ini juga mengalami tekanan psikologis yang sangat besar yang kemudian berdampak pada depresi, kecemasan dan bahkan di beberapa kasus bisa menyebabkan bunuh diri. Belum lagi dampak sosial yang dialami apabila hasil tesnya tidak perawan, pengucilan dari keluarga serta komunitas sekitar lazim terjadi dan ini semua akibat hasil tes yang bahkan tidak valid.
Quote:
Jadi, mengingat semua itu Mengapa tes keperawanan baru sekarang mulai dihilangkan? jawabannya adalah karena banyak orang masih menilai kehormatan perempuan hanya dari riwayat seksualnya tanpa melihat sifat-sifat yang justru membuat seseorang menjadi terhormat seperti kepintaran, kebaikan, keberanian dan ambisinya. Tes keperawanan adalah tindakan melanggar privasi yang hanya menyebabkan penderitaan bagi yang menjalaninya, tes yang bahkan tidak didasari ilmu medis yang jelas, praktek yang sudah sebaiknya kita tinggalkan karena nilai diri seseorang tidak bisa kita nilai hanya dengan dua jari.
Bagaimana menurut gansis sekalian? mari kita diskusikan dikolom komentar. Semoga bermanfaat dan sampai jumpaa..
