Hobby
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
11
Lapor Hansip
15-10-2021 10:43

MITOS ATAU FAKTA LANSIA PASTI DEMENSIA


Sejak tahun 2015 baik secara global, Asia dan Indonesia sudah memasuki era penduduk menua atau ageing populationdibuktikan dengan jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas melebihi angka 7%. Terdapat 19 provinsi (55,88%) dari provinsi Indonesia yang memiliki struktur tua, tiga provinsi dengan presentase lansia terbesar yaitu DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59%) dan Jawa Timur (12,25%). Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 33,69 juta, sedangkan pada tahun 2030 berjumlah 40,95 juta penduduk(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

 

Lanjut usia atau yang biasa disingkat menjadi lansia seringkali didefinisikan sebagai orang tua yang renta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 menyebutkan bahwa yang dimaksud dnegan lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Perlu diketahui bahwa lansia bukan punyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan(Muhith, 2016). Selain dikenal sebagai orangtua yang renta, masyarakat juga mendefinisikan lansia sebagai orang tua yang pelupa. Kenyataannya banyak juga lansia yang tetap sehat dan memiliki daya ingat yang baik tergantung dengan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat yang dimiliki.

 

Demensia merupakan istilah yang dapat digunakan ketika ada nya penurunan kemampuan otak terutama dalam hal kognitif dan memori secara bertahap mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Masyarakat umum biasa menyebutnya pikun. Bukan hanya pelupa, dalamFoundation, 2017menyebutkan bahwa demensia juga dapat dikenali melalui perubahan pada hal-hal seperti memori, kemampuan komunikasi dan berbahasa, kemampuan berfokus dan memberikan perhatian, kemampuan mengambil keputusan, persepsi visual, kepribadian dan mood. Disebutkan juga bahwa kebanyakan demensia memiliki sifat progresif, jadi jangan menganggap ringan gejala demensia dengan mengatakan ”wajar karena usia”.

 

Jadi, apakah demensia hanya dikarenakan oleh pertambahan usia? Jika tidak, bagaimana cara mencegahnya?

 

Untuk dapat mencegah terjadinya demensia, tentunya kita harus mengetahui faktor resiko yang menyebabkan seseorang dapat mengalami demensia. Menurut penelitian yang dilakukanPriastana & Nurmalisyah, 2020menyebutkan bahwa terdapat 17 faktor risiko demensia diantaranya adalah usia, riwayat keluarga, pendidikan, obesitas, stroke, diabetes, hipertensi, mengunyah tembakau, rasio pinggang-pinggul tinggi, kebiasaan merokok, cedera kepala, kelebihan berat badan, asupan alkohol, penyakit arteri koroner, depresi, epilepsi, dan gangguan pola tidur.

 

Dari faktor risiko yang sudah disebutkan tentunya kita harus menjaga tubuh agar terhindar dari penyakit yang menjadi faktor risiko dari demensia, selain itu juga kita harus menjalankan pola hidup sehat agar dapat menjadi lansia yang hebat dikemudian hari. Adapun penelitian yang dilakukan olehRita, 2020menyebutkan bahwa adanya hubungan antara peran anggota keluarga terhadap pencegahan resiko demensia. Peran anggota keluarga yang baik dapat mendukung melakukan pencegahan resiko demensia.

 

References

Foundation, M. C. (2017). Autoimmune: The True Story. https://www.google.co.id/books/editi...sec=frontcover

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi lansia di Indonesia tahun 2017: Gambar struktur umur penduduk indonesia tahun 2017. Pusat Data Dan Informasi, 1--9.

Muhith,  abdul. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik - Google Books. ANDI. https://www.google.co.id/books/editi...sec=frontcover

Priastana, I. K. A., & Nurmalisyah, F. F. (2020). Faktor Risiko Kejadian Demensia Berdasarkan Studi Literatur. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 15(2), 279–282. https://doi.org/10.36911/pannmed.v15i2.745

Rita, N. (2020). Hubungan Peran Anggota Keluarga dan Kebiasaan Merokok dengan Pencegahan Resiko Demensia Pada Lansia. Jurnal Kesehatan Lentera Aisyiyah, 3(1), 317–326.


profile-picture
profile-picture
profile-picture
ovia6542000 dan 6 lainnya memberi reputasi
5
Masuk untuk memberikan balasan
health
Health
9.8K Anggota • 24.6K Threads
MITOS ATAU FAKTA LANSIA PASTI DEMENSIA
15-10-2021 14:59
Quote:Original Posted By destiyarama

Sejak tahun 2015 baik secara global, Asia dan Indonesia sudah memasuki era penduduk menua atau ageing populationdibuktikan dengan jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas melebihi angka 7%. Terdapat 19 provinsi (55,88%) dari provinsi Indonesia yang memiliki struktur tua, tiga provinsi dengan presentase lansia terbesar yaitu DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59%) dan Jawa Timur (12,25%). Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 33,69 juta, sedangkan pada tahun 2030 berjumlah 40,95 juta penduduk(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

 

Lanjut usia atau yang biasa disingkat menjadi lansia seringkali didefinisikan sebagai orang tua yang renta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 menyebutkan bahwa yang dimaksud dnegan lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Perlu diketahui bahwa lansia bukan punyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan(Muhith, 2016). Selain dikenal sebagai orangtua yang renta, masyarakat juga mendefinisikan lansia sebagai orang tua yang pelupa. Kenyataannya banyak juga lansia yang tetap sehat dan memiliki daya ingat yang baik tergantung dengan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat yang dimiliki.

 

Demensia merupakan istilah yang dapat digunakan ketika ada nya penurunan kemampuan otak terutama dalam hal kognitif dan memori secara bertahap mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Masyarakat umum biasa menyebutnya pikun. Bukan hanya pelupa, dalamFoundation, 2017menyebutkan bahwa demensia juga dapat dikenali melalui perubahan pada hal-hal seperti memori, kemampuan komunikasi dan berbahasa, kemampuan berfokus dan memberikan perhatian, kemampuan mengambil keputusan, persepsi visual, kepribadian dan mood. Disebutkan juga bahwa kebanyakan demensia memiliki sifat progresif, jadi jangan menganggap ringan gejala demensia dengan mengatakan ”wajar karena usia”.

 

Jadi, apakah demensia hanya dikarenakan oleh pertambahan usia? Jika tidak, bagaimana cara mencegahnya?

 

Untuk dapat mencegah terjadinya demensia, tentunya kita harus mengetahui faktor resiko yang menyebabkan seseorang dapat mengalami demensia. Menurut penelitian yang dilakukanPriastana & Nurmalisyah, 2020menyebutkan bahwa terdapat 17 faktor risiko demensia diantaranya adalah usia, riwayat keluarga, pendidikan, obesitas, stroke, diabetes, hipertensi, mengunyah tembakau, rasio pinggang-pinggul tinggi, kebiasaan merokok, cedera kepala, kelebihan berat badan, asupan alkohol, penyakit arteri koroner, depresi, epilepsi, dan gangguan pola tidur.

 

Dari faktor risiko yang sudah disebutkan tentunya kita harus menjaga tubuh agar terhindar dari penyakit yang menjadi faktor risiko dari demensia, selain itu juga kita harus menjalankan pola hidup sehat agar dapat menjadi lansia yang hebat dikemudian hari. Adapun penelitian yang dilakukan olehRita, 2020menyebutkan bahwa adanya hubungan antara peran anggota keluarga terhadap pencegahan resiko demensia. Peran anggota keluarga yang baik dapat mendukung melakukan pencegahan resiko demensia.

 

References

Foundation, M. C. (2017). Autoimmune: The True Story. https://www.google.co.id/books/editi...sec=frontcover

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi lansia di Indonesia tahun 2017: Gambar struktur umur penduduk indonesia tahun 2017. Pusat Data Dan Informasi, 1--9.

Muhith,  abdul. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik - Google Books. ANDI. https://www.google.co.id/books/editi...sec=frontcover

Priastana, I. K. A., & Nurmalisyah, F. F. (2020). Faktor Risiko Kejadian Demensia Berdasarkan Studi Literatur. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 15(2), 279–282. https://doi.org/10.36911/pannmed.v15i2.745

Rita, N. (2020). Hubungan Peran Anggota Keluarga dan Kebiasaan Merokok dengan Pencegahan Resiko Demensia Pada Lansia. Jurnal Kesehatan Lentera Aisyiyah, 3(1), 317–326.




waw postingan baru satu tapi bikin postingan Ilmiah dengan referensi Jurnal Ilmiah juga, ini nyari referensi sendiri dalam penulisan rubrik ini, atau sekadar copas?

Negara sendiri punya definisi Lansia, tapi faktanya masih banyak orang-orang umur segitu yang aktif di pemerintahan, jadi pejabat, dsb

padahal dari definisi Lansia saja seharusnya sudah bisa dianggap tidak pantas lagi menduduki posisi atau jabatan-jabatan strategis yang membutuhkan kondisi pikiran yang prima, enggak cuma fisiknya saja
profile-picture
destiyarama memberi reputasi
1 0
1
profile picture
newbie
16-10-2021 09:09
Masih belajar kak untuk menulis, berusaha untuk menghindari copas juga..
0
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia