Apakah yang kita pikirkan ketika mendengar hal tentang susu? Sekitar 128 juta ton susu di seluruh dunia yang terbuang dianggap sebagai limbah.
Adalah perusahaan asal Los Angeles membuat terobosan memanfaatkan limbah susu, Mi Terro yang menerapkan teknik bioteknologi, mengubah limbah susu menjadi serat benang yang layak pakai. Benang tersebut lalu diolah menjadi kaos, kemeja yang keren serta memiliki nilai jual cukup tinggi.
Susu mengandung banyak gizi, juga menjadi material yang terbatas yang kini mulai dilirik oleh desainer di bidang fesyen. Kandungan kaya protein di dalam susu bisa diolah menjadi serat kain.
Susu sapi lazimnya untuk diminum atau diolah menjadi makanan lainnya. Kini, susu sapi juga bisa menjadi bahan dasar pakaian. Baju-baju rancangan Anke Domaske terbuat dari susu. Tepatnya dari protein susu. Dalam berbagai warna. Bahannya lembut, hampir seperti sutera. Domaske adalah desainer yang juga pakar mikrobiologi.
"Tidak ada bau susunya lagi. Persepsi keliru bahwa reaksi pertama orang adalah dengan mencium baunya. Tapi sama sekali tidak ada bau dari limbah susu. Bahan yang didapatpun terkesan halus dan juga lembut. Seratnya seperti wol, maupun sutra. Karena permukaannya sangat mulus, jika diraba seperti sutera." ujar Domaske ketika diwawancarai."
Mengolah susu basi menjadi pakaian merupakan suatu terobosan brilian dengan teknologi masa depan. Yang tak masuk di akal sebelumnya. Namun, Mi Terro di tahun ini berhasil melakukannya. Melalui cara-cara teknologi yang merekayasa protein susu, perusahaan memiliki cara jitu seperti dalam proses pembuatannya pun hanya memerlukan air yang 60% lebih sedikit dibandingkan kaos katun alami pada umumnya.
Domaske mulai mengolah idenya di dapur, saat baru lulus kuliah jurusan mikrobiologi. Mixer, termometer besar untuk membuat selai, dan bubuk protein susu dibelinya di toko. Kemudian ia berusaha untuk bisa menghasilkan serat pakaian yang di era ini termasuk sejarah penemuan di bidang fesyen.
"Kami bereksperimen selama hampir setahun hingga menemukan formula yang pas yang tidak larut dalam air. Ini hal penting untuk serat tekstil. Nantinya harus bisa dicuci," lanjutnya.
Susu bukan cuma penyempurna asupan gizi, melainkan juga menjadi material alami yang kini mulai dibidik oleh desainer pakaian. Pasalnya protein di dalam susu bisa diolah menjadi serat kain.
Hampir sama dengan teknik Mi terro.
Susu sapi lazimnya untuk diminum atau diolah menjadi makanan lainnya. Kini, susu sapi juga bisa menjadi bahan dasar pakaian. Baju-baju rancangan Anke Domaske terbuat dari susu. Tepatnya dari protein susu. Dalam berbagai warna. Bahannya lembut, hampir seperti sutera. Domaske adalah desainer yang juga pakar mikrobiologi.
Domaske: "Tidak ada bau susunya lagi. Lucu bahwa reaksi pertama orang adalah dengan mencium baunya. Tapi tidak ada bau yang tersisa. Bahannya sangat lembut. Seratnya seperti seperti wol, atau sutera. Karena permukaannya sangat mulus, jika diraba seperti sutera."
Ia memproduksi serat tekstil dari "susu buangan" yang tidak untuk dikonsumsi oleh manusia. Ini bisa mengubah industri tekstil menjadi berkelanjutan. Domaske mulai mengolah idenya di dapur, saat baru lulus kuliah jurusan mikrobiologi. Mixer, termometer besar untuk membuat selai, dan bubuk protein susu dibelinya di toko. Tujuannya: menghasilkan serat yang bisa digunakan untuk membuat pakaian.
Hasil uji eksperimen selama hampir setahun hingga menemukan formula yang pas yang tidak larut dalam air. Ini hal penting untuk kemajuan industri tekstil yang semakin bergairah ke depannya. Namun syaratnya harus bisa dicuci dengan mudah.
Menurut Domaske, cara membuat serat protein dari susu: "Setelah susu menjadi asam, di bagian bawah ada air dadih dan dibagian atas gumpalan putih. Ini protein susunya. Setelah dipsahkan diperoleh dadihnya yang dikeringkan menjadi bubuk protein susu. Ini yang jadi bahan mentah, yang kami campur menjadi adonan yang dipres dalam spuyer untuk memperoleh serat yang sangat halus. Serat diolah menjadi benang dan pada akhirnya menjadi baju cantik ini. Semuanya alami dan bahkan bisa dimakan."
Perusahaannya bernama Qmilch, Domaske memproduksi serat dari protein secara massal di pabrik. Mesin yang diklaim mampu mencetak serat yang lebih halus dari helai rambut manusia. Di sana kekuatan dan stabilitas serat diperiksa secara detail. Serat dari susu sepadan dengan sutera atau wol, yang juga termasuk serat protein.
Serat tekstil susu mempunyai kelebihan. Aman digunakan dan tanpa zat berbahaya. "Serat susu nyaman dipakai, mengatur suhu, anti bakterial, tidak mudah panas yang menyebabkan terbakar tanpa khawatir. Produk ini tidak hanya menarik untuk sektor busana tetapi juga di bidang teknis. Misalnya, serat bisa dibuat jadi lembaran tipis, juga material nano. Ini potensi luar biasa yang bisa dikembangkan", papar Domaske.
Tak cukup di situ. Inovasi yang dikemukakan juga menyasar sektor lingkungan yang berkelanjutan dengan menciptakan kemasan ramah lingkungan. Menanam lebih banyak kebaikan untuk dominasi yang memelihara alam secara penuh.
Tujuan perusahaan ini sepenuhnya menciptakan solusi dari permasalahan pertanian dan peternakan di masa modern. Kabar baiknya, karena bahan limbah makanan dan tanpa zat kimia, maka tetap terurai di alam pasca pemakaian.
Sementara itu Serat benang dari Limbah Susu yang Dikembangkan Mi Terro. Foto : Inhabitat
Menurut perusahaan, bahan kaos tersebut dirasa lebih lembut dibanding katun pada umumnya, serta steril mikroba, anti kusut. Dalam memakainya juga memperhatikan kondisi suhu. Tak hanya itu, kandungan asam amino yang terkandung di produk rancangannya inipun diyakini mampu merawat kulit si pemakainya.
Penemuan di bidang fesyen turut melambangkan kecerdasannya. Ia lalu memamerkan hasil pakaian ini ke tokoh ternama. Nantinya diperkirakan akan mendapat atensi ekstra dari berbagai kalangan.
Banderol yang ditawarkan USD di kisaran 32 hingga USD 79 untuk yang premium.
