News
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
128
Lapor Hansip
05-08-2020 18:57

Pengusaha Pesimis RI Selamat dari Ancaman Resesi

Quote:
Pengusaha Pesimis RI Selamat dari Ancaman Resesi


Kalangan pengusaha pesimis Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat membawa RI selamat dari ancaman resesi pada kuartal ketiga nanti. Sebab, rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua minus 5,32 persen atau lebih dalam dibandingkan proyeksi pemerintah sendiri, yaitu 4,3 persen.

Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani menyebut sulit bagi pemerintah untuk mencetak pertumbuhan positif pada kuartal III 2020. Melihat penanganan wabah covid-19 yang lamban, ia memprediksikan pertumbuhan ekonomi masih negatif di kisaran 2 persen sampai 2,5 persen.

Itu artinya, Indonesia akan mengalami resesi. "Kami lihat pasti akan membaik, pasti ada peningkatan (kuartal III) tapi kalau untuk jadi positif itu tidak mudah, jadi kami targetkan sekitar minus 2 persen, kalau mau positif susah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/8).

Pemerintah hanya memiliki sisa waktu dua bulan, yaitu Agustus dan September untuk menyelamatkan RI dari resesi. Untuk dapat mencetak pertumbuhan positif, Shinta menilai setidaknya ada 3 syarat yang harus mampu dilakukan pemerintah.

Pertama, percepat realisasi stimulus. Kunci agar ekonomi dapat melonjak dari minus 5 persen menjadi positif, yaitu memperbaiki dua sisi penggerak ekonomi, dalam hal ini, permintaan (demand) dan pasokan (supply).

Shinta menyebut tak hanya daya beli masyarakat saja yang diungkit lewat bantuan sosial (bansos), bansos tunai (BLT), serta stimulus rumah tangga, tapi juga perlu meningkatkan permintaan, sehingga industri baik UMKM dan koperasi maupun korporasi dapat bergerak.

Dalam hal ini, ia nilai bantuan pemerintah kepada pengusaha seperti restrukturisasi kredit masih belum maksimal.

"Kuncinya ada di situ, kami melihat kalau melakukan perbaikan ini kan dari supply dan demand. Permintaan ini harus dibuat, bagaimana? Dari stimulus untuk rumah tangga, misal program PKH, bansos, sembako, BLT, dan sebagainya," lanjutnya.

Kedua, kesigapan pemerintah dan seluruh jajarannya. Di tengah krisis kesehatan yang merembet ke krisis sosial dan ekonomi ini, Shinta menyebut sense of crisis (respons terhadap krisis) masih belum terlihat.

Lihatlah, bisnis masih dilakukan seperti biasanya. Ambil contoh, proses ekspor dan impor bahan penolong industri yang hingga saat ini masih sama, bertele-tele dan sulit.

Seharusnya, menurut Shinta, pemerintah membantu pengusaha yang ingin menggerakkan perekonomian dalam negeri dengan melakukan aktivitas ekonomi, bukan menghalangi.

"Dalam pengaturan perizinan harus diperbaiki, jangan sudah kondisi covid-19, izin impor barang penolong susah. Akan susah (pulih) kalau hal-hal yang sangat penting baik impor-ekspor sulit," ungkapnya.

Ketiga, lanjut dia, membangun kepercayaan pasar. Caranya, dengan mengendalikan kurva pandemi covid-19. Sejauh ini, angka infeksi di Indonesia terus menanjak.

Jika pemerintah mau keluar dari jerat resesi, sudah seharusnya angka infeksi dapat terkendali. Selama pandemi belum ditanggulangi, kepercayaan pasar belum akan pulih. Pasalnya, ketidakpastian masih tinggi.

Namun, Shinta menyebut penerapan protokol kesehatan bergerak dua arah. Selain usaha pemerintah, masyarakat juga harus memiliki kesadaran tinggi untuk mematuhi protokol kesehatan.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung upaya pemerintah menekan laju infeksi virus corona.

Lebih lanjut, Shinta menyebut di saat ini, resesi tak lagi menjadi perdebatan. Ia menekankan pentingnya upaya pemerintah untuk bangkit (rebound).

Meski resesi, Shinta menyebut fokus pemerintah harus bagaimana secepatnya memulihkan perekonomian RI dari kontraksi.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius J Supit menilai ada beberapa 'dosa' pemerintah yang mengakibatkan pertumbuhan RI terkontraksi hingga 5 persen.

Selain penanganan wabah yang lambat, birokrasi menjadi penghambat penyaluran bantuan yang pada akhirnya menghambat geliat ekonomi. Ia mencontohkan restrukturisasi kredit di perbankan untuk pengusaha yang hingga saat ini masih dikeluhkan.

Padahal, jika relaksasi kredit tak diberikan, masalah di kemudian hari akan menghantui pemerintah akibat tingginya kredit macet.

Belum lagi keputusan lintas kementerian yang dinilai kontra pertumbuhan. Ia bilang ada beberapa kementerian yang mencabut izin impor beberapa komoditas yang dibutuhkan industri di tengah pandemi corona tanpa alasan yang jelas.

Anton berharap Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional juga ditugaskan menghapus hambatan birokasi demi memulihkan perekonomian Indonesia lebih cepat. "Saya tidak mengatakan ekonomi hancur gara-gara izin perdagangan tidak keluar, tapi kalau attitude (perilaku) pejabat masih seperti itu, jangan berharap banyak," pungkasnya.


SUMBER





ANE JUGA PESIMIS .... SANGAT PESIMIS ....

BISNIS ANE ANJLOK .... ONLINE OFFLINE ANJLOK emoticon-Hammer2 emoticon-Hammer2 emoticon-Hammer2
profile-picture
profile-picture
profile-picture
yakuzha dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Masuk untuk memberikan balasan
berita-dan-politik
Berita dan Politik
40.3K Anggota • 670K Threads
Pengusaha Pesimis RI Selamat dari Ancaman Resesi
05-08-2020 19:14
Betapa Dungunya yg punya kebijakan ... sekarang apaa???

Ekonomi Hancur, Corona melonjak terus.

Padahal dulu gk mau lockdown karena mikirin ekonomi...


Udah tau resesi tp tetap ngotot pindahin ibukota...

Itu dananya alihkan dulu woyyy.. keadaan darurat ini tetapkan undang-undang karantina...
profile-picture
profile-picture
profile-picture
ARShecca dan 7 lainnya memberi reputasi
8 0
8
profile picture
KASKUS Geek
05-08-2020 19:33
Maksud ente lockdown???

Terus kadrun bikin demo dan kudeta

Bukan resesi lagi tapi hancur bubar
4
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia