Story
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
3066
Lapor Hansip
24-03-2020 19:29

Pelet Orang Banten

Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga ), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:

1 Prolog

2 Si Muka Anjing

3 Kekecewaanku

4 Cerita Mas Marno

5 Di Rumah Abah

6 Cerita Istriku Bag.1

7 Cerita Istriku Bag.2

8 Abah Bag.1

9 Abah Bag.2

10 Malam di Rumah Abah

11 Pengalaman Kami Bag.1

12 Pengalaman kami bag.2

13 Pengalaman kami bag.3

14 Misteri kebun abah

15 Kuntilanak Baper ( side story )

16 Pengalaman kami bag.4

17 Pengalaman kami bag.5

18 Assalamualaikum

19 Penjelasan Abah

20 Lucid dream

21 Pulang




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:

1. Teror dimulai?

2. Ancaman

3. Gangguan Malam

4. Ari-ari Bayi

5. Keris Bapak

6. Teror Ditempat Parkir

7. Genderuwo vs Keris

8. Sandikala

9. Iblis, Jin dan Manusia

10. Dirumah bapak part.1

11. Dirumah bapak part.2

12. Musuh Baru

13. Indramayu bag.1 Kenangan

14. Indramayu bag.2 Isi Peti?

15. Rumah Mang Ujang

16. Bapak dan mang Ujang 1

17. Bapak dan Mang Ujang 2

18. Guruku

19. Ki Ragil

20. Batara Karang

21. Ki buyut jabang bayi bag.1

22. Ki buyut jabang bayi bag.2

23. Ki buyut jabang bayi bag.3

24. Santet tengah malam

25. Keputusan akhir

26. Kontak pertama

27. Sebab dan Akibat

28. Sosok dibelakangku

29. Kabar Buruk

30. Ludah Pocong

31. Teror alam gaib

32. Nyai emas

33. Bang jago

34. Bang jago beraksi

35. Bang jago beraksi 2

36. Batuk pak aji

37. Hanoman

38. Pulang

39. Epilog




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


BETA
Diubah oleh papahmuda099
profile-picture
profile-picture
profile-picture
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
Masuk untuk memberikan balasan
stories-from-the-heart
Stories from the Heart
41.5K Anggota • 31.4K Threads
Pelet Orang Banten
01-07-2020 13:48
Ari-ari Bayi






Pagi setelah istriku berangkat bekerja. Akupun berangkat ke rumah bapak sebelum nantinya aku langsung bablas ketempat kerjaanku.




Aku berniat untuk menanyakan berbagai macam hal kepada bapak dirumahnya.


Sekitar jam setengah delapan pagi aku sudah sampai dirumah bapak.


Kulihat bapakku sedang duduk sendirian di depan rumah. Sambil ngopi.


"Assalamualaikum...," Salamku kepada beliau yang kemudian dijawabnya.


"Wa'alaikumsalam, nang," 

(Nang adalah panggilan kepada anak laki-laki didaerah Indramayu).


Setelah mencium tangannya, aku lalu duduk disampingnya.


"Ibu kemana, pap?" Tanyaku membuka obrolan.


Setelah terlebih dahulu menyeruput kopi yang didepannya. Bapak lalu menjawab.


"Lagi belanja sayuran, kalau adik-adik kamu udah pada berangkat sekolah semua," jawab bapak.


Setelah merubah posisi dudukku agar lebih nyaman, aku lalu mulai bertanya.


"Pap...,"


"Apa, nang?" 


"Ada yang mau saya tanyain nih,"


Bapak mulai mengarahkan perhatiannya padaku.


"Apa?"


"Emm...saya semalam mimpi ketemu bapak. Terus didalam mimpi itu, bapak nyuruh aku kesini," kataku.


"Lalu?" 


"Ya...makanya saya kesini sekarang. Mau tanya, apa maksud dari mimpi itu?"


Bapak diam sejenak. Kemudian bapakku berkata lagi.


"Cuman karena mimpi itu doang?"


Aku diam, karena memang aku datang kerumah bapak bukan hanya menanyakan masalah mimpi yang semalam aku alami. Tapi juga dengan masalah rumah tanggaku yang saat ini sedang diganggu oleh Sukirman.


Setelah diam sejenak, aku lalu berkata.


"Bukan, tapi juga karena bapak nyuruh saya buat kesini lewat telepon semalem. Dan gak tau kenapa, saya merasa kalau bapak tau dengan sesuatu,"


Kembali bapak menyeruput kopinya sebelum menjawab pertanyaanku. Beliau sepertinya sangat meresapi kopi itu. Aku yang biasanya jarang sekali ngopi, jadi berkeinginan untuk ngopi.


Bapak yang ternyata sedang melirikku tersenyum.


"Mau ngopi juga?"
emoticon-Toast


"Hah?" Tanyaku agak kaget.


"Kalau mau ngopi bikin sendiri sana didapur." Titahnya.


Aku menggeleng.


"Enggak, saya cuman liat kayaknya enak banget bapak ngopi,"


"Hahaha...nanti, kalau kamu udah setua bapak. Kamu juga bakalan tau caranya nikmatin segelas kopi. Bukan rasanya, tapi bersyukurnya. Bersyukur karena kamu masih bisa menikmati rasa dari kopi ini. Karena kalau kamu sudah bisa bersyukur dengan nikmat yang sekecil ini, maka kamu juga akan bisa lebih bersyukur atas nikmat yang lebih besar lagi. Contohnya ya rumah tangga kamu," kata bapak panjang lebar.


Aku diam mendengarkan. Karena aku tahu, setelah bapak berbicara panjang, maka akan disusul dengan masuknya pembicaraan ini ke intinya.


"Bapak tanya, ada masalah apa dengan rumah tangga kamu, nang?" Tanya bapak masuk ke mode serius.


Aku agak sedikit ragu untuk mengatakannya. Karena meskipun bapakku sudah setua ini, tapi kalau sampai ada yang berani mengganggu ketentraman keluarganya, maka ia tidak akan tinggal diam.


Makanya, waktu kemarin istriku terkena pelet Sukirman, aku lebih memilih untuk membawa masalah ini kepada Abah ketimbang membawanya ke bapak.


Setelah menimbang sejenak, aku akhirnya berkeputusan untuk menceritakan keadaan yang saat ini aku rasakan.


Aku akhirnya menceritakan tentang awal mula dari masalahku. Dari Sukirman yang memelet istriku, hingga akhirnya masalah itu selesai ditangan Abah. Tapi, ternyata masalah itu sekarang menimpaku. Dengan cara gangguan-gangguan ghaib yang kuterima tak lama ini.


Setelah selesai bercerita, aku sedikit terkejut dengan reaksi bapak.


Sambil masih duduk diatas kursinya, bapak bersandar disandaran kursi. Bapak lalu tersenyum kecil.



"Sudah bapak duga," katanya pelan.


Aku masih belum bisa mengerti dengan ucapan bapak barusan.


"Maksudnya, pap?" Tanyaku.
emoticon-Bingung


Sambil menarik nafas dalam lalu menghembuskan nafasnya panjang-panjang. Bapak bangkit berdiri.


"Kita ngobrol didalem aja, nang," kata bapak sambil masuk kedalam rumah.


Aku yang masih sedikit bingung segera berdiri dan berjalan mengikuti bapak masuk ke dalam rumah.


Kami berdua lalu duduk di ruang tamu. Aku masih menunggu apa yang akan bapak katakan.


"Jadi gini, nang. Kamu tahu masa lalu bapakkan?"


Aku mengangguk.


"Nah, bapak itu memang jaman dulu suka sama hal-hal yang seperti itu. Berguru kepada siapapun, tirakat ditempat-tempat yang angker, dan melakukan berbagai macam laku buat mendapatkan ilmu-ilmu yang bapak inginkan."


Aku mendengarkan cerita bapak dengan seksama. Meskipun aku sudah sering mendengar kisah itu, tetapi menurutku kisah itu tetaplah menarik untuk disimak.


"Jadi, diantara semua lelaku itu. Bapak punya seorang guru yang memberikan bapak ilmu (nama ilmunya saya tidak sebutkan), yang bisa membuat bapak mengetahui bila ada anak bapak yang terkena masalah yang berhubungan dengan hal ghaib. Tapi, ada satu syaratnya. Yaitu bapak harus menelan ari-ari bayi anak bapak, yaitu punya kamu, nang." 

Contoh ari-ari bayi
Pelet Orang Banten
(sumber dari google bree)


Aku sedikit terkejut dengan cerita bapak. Karena, baru kali inilah cerita tentang ari-ari bayiku yang dimakan oleh bapak.
emoticon-Cape d...


"Apa enggak dosa, pap?" Tanyaku agak ragu. Takut bapak tersinggung.


Bapak menggeleng.


"Bapak juga gak tahu, nang. Apakah perbuatan yang bapak lakukan itu berdosa atau tidak. Yang pasti, saat itu bapak masih muda saat kamu baru lahir. Dan bapak sedang gandrung akan ilmu-ilmu ghaib. Jadi, bapak lakukan saja. Karena bapak pikir ini untuk kebaikanmu kelak. Dan ya, hal itu sedikit terbukti, hahaha...," Jawab bapak sambil tertawa.


Aku lalu berkata dengan sedikit ragu, "jadi bapak bisa tahu kalau sewaktu-waktu ada apa-apa dengan saya?"


Bapak mengangguk.


"Tapi hanya kamu, nang," kata bapak.


Aku sedikit heran.


Maksudnya, pap?"


Bapak menghela nafas berat.


"Jadi, ari-ari bayi anak bapak yang bapak makan itu hanya ari-ari milik kamu. Sedangkan ari-ari bayi milik adik-adik kamu semuanya dikubur seperti pada umumnya tradisi kita."


"Kenapa, pap?" emoticon-Bingung


"Karena waktu adik-adik kamu lahir, bapak sudah tidak begitu tertarik lagi sama hal-hal yang semacam itu (ghaib). Apalagi kalian beda ibu, (aku dan kedua adikku berbeda ibu. Saat ini, bapak dan ibuku sudah berpisah sejak aku masih SMA. Ibuku kemudian pindah ke kampungnya lagi dan menikah dengan orang sana. Sedangkan bapakku setelah berpisah dengan ibuku menikah lagi dengan orang Tangerang, lalu darinya aku memiliki dua orang adik), jadi ya, hal itu enggak bapak lakuin lagi." Jawab bapak.


"Oh," kataku paham.


Aku melirik jam ditanganku. 


"Masih lama," kataku dalam hati. Mengingat aku juga harus berangkat kerja nantinya.


"Jadi, diantara ketiga anak bapak ini, hanya saya yang terhubung sama bapak kalau saya ada masalah sama hal-hal ghaib?" Tanyaku memperjelas.


"Ya bisa enggak, bisa juga iya," jawab bapak santai.


"Lah, kok bisa gitu," tanyaku agak bingung.


Bapak tertawa dulu sebelum menjawab.


"Seperti yang sudah bapak bilang tadi, kalau saat ini, bahkan mungkin sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Bapak sudah enggak pernah pakai ilmu-ilmu yang kaya gitu. Bapak sudah males. Nah, akibatnya adalah, ilmu bapak jadi semakin tumpul karena terlalu lama tidak bapak gunakan. Sama kaya ilmu itu, hanya jika ada bahaya besar yang bisa mengancam keselamatanmu itulah, baru ilmu bapak itu bereaksi."


Aku akhirnya paham. Kenapa selama ini saat aku sedang terkena musibah besar, bapak biasanya selalu tahu. Walau jarang sekali bapak untuk ikut campur. Kecuali masalah itu sudah diluar kesanggupanku. 


"Jadi, bapak tahu kalau sekarang saya sedang diganggu oleh seseorang?"


"Yoi," kata bapak.


"Terus...," Kataku mengambang.


"Terus ya...gak kenapa-kenapa," sahut bapak setengah bercanda.


"Maksudnya?" Tanyaku.


"Maksud bapak, untuk saat ini, dari yang bapak rasakan. Orang itu belum serius untuk sampai membuatkmu celaka, nang. Dia itu baru ngetes kamu aja," jawab bapak.


"Oh, jadi si Sukirman itu baru gangguin saya aja nih, pap. Masih belum serius?" Kejarku lagi meminta penjelasannya.


Bapak mengangguk.


Lalu, bapak sedikit merubah posisi duduknya. Agak condong kearahku. Beliau lalu berkata pelan tapi dalam.


"Tapi, kalau sampai kamu nanti kenapa-napa. Sukirman ataupun gurunya itu, bakalan mati."

bapak
Pelet Orang Banten










***
profile-picture
profile-picture
profile-picture
ferist123 dan 45 lainnya memberi reputasi
46 0
46
profile picture
02-07-2020 10:30
Bapaknya TS macam hokage aja
1
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia