Entertainment
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
15
Lapor Hansip
14-04-2020 14:18

Menikmati proses, Nikmat Gan/Sist!



Menikmati proses, Nikmat Gan/Sist!


Seorang ahli bidang tertentu menampilkan karya indahnya agar para pemula mengakui karya lain yang belum ditampilkan. Alam menampakkan agar kita meyakini ada tingkatan-tingkatan lain yang akan datang selanjutnya. Ada langit di atas langit pada waktu berbeda.

Seperti halnya dermawan memberikan bantuan pada para peminta dan berharap para peminta percaya dermawan mampu memberikan bantuan yanh dibutuhkan.

Maka para peminta akan mempersiapkan kantong-kantong untuk menampung bantuan. Dengan harapan akan mendapatkan yang lebih banyak dari dermawan yang didekati.

Dermawan memberikan bantuan tersebut tanpa berharap peminta berkata, "Ini sudah ada. Aku tidak akan memberikan bantuan lain."

Mereka kemudian meyakini sebatas itulah bantuan yang diberikan dermawan. Jika sang dermawan tahu bahwa setiap peminta akan berkata dan meyakini demikian itu, niscaya dermawan tidak akan memberikan bantuan sama sekali.

Dalam peristiwa lain, seorang petani yang biasa menanam padi. Ia akan menanam padi, karena tahu, ketika menanam padi maka akan tumbuh padi. Ia mamp melihat sejak pertama hingga akhir proses penanaman padi hingga panennya. Sama seperti ketika petani tersebut melihat tanaman kacang, jagung, singkong, dan lainnya.

Artinya ketika mereka melihat permulaan, pandangan mereka tidak mencari hasil akhir. Hasip akhir telah diketahui sejak pertama dilakukan penanaman.

Padahal terlihat jelas, namun kondisi sekarang jarang komperhensip pandangan dimulai dari awal hingga akhir dalam bentuk integral.

Ketika pekerjaan dimulai, para ahli sudah mampu mencermati hasil akhir akan menjadi apa. Sehingga bukan hasil akhir yang terpikir. Proses berjalan dengan segala kendala itulah yang terpikirkan.

Pembagian pekerjaan dalam bentuk sub bagian akan memudahkan detail tujuan akhir dalam bagian-bagian. Dengan begitu kecil kemungkinan hasil pekerjaan terjadi kegagalan.

Menikmati proses, setahap demi setahap dengan perbaikan jika terdapat kekurangan.

Untuk lebih jelasnya kita coba berikan contoh sederhana. Ketika seseorang sakit, maka dengan terpaksa atau sukarela orang tersebut akan melakukan sesuatu.

Orang yang tidak memiliki rasa sakit, gairah, atau kerinduan atas sesuatu tidak akan memiliki motivasi untuk berusaha mencapainya. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu itu selain rasa sakit.

Untuk sebuah kesuksesan perniagaan, kekuasaan, atau lainnya diperlukan usaha maksimal. Kebiasaan menyadari tujuan awal atas apa yang dilakukan dengan gambaran hasil yang akan diperoleh di akhir sebuah pekerjaan menjadikan arah pekerjaan tersusun dan terprogram.

Terlepas dari semuanya, kita mampu melihat bagaimana seorang peternak ayam begitu menikmati bau kotoran dan susahnya setiap hari memberi makan dan minuman, namun tetap dilakukan. Jawabnya adalah karena senang.

Orang-orang yang memiliki hobi atas sesuatu tak akan segan menafkahi hobinya. Susah payahnya tetap dinikmati dengan kesenangan. Bagi orang lain hal tersebut dianggap konyol. Namun begitulah sebuah kepuasan atas kesenangan dinikmati.

Jadi, dimulai dengan menentukan apa yang akan dikerjakan. Kemudian membagi pekerjaan dalam sub-sub bagian terkecil. Melakukan perbaikan dan penyemprunaan proses. Sisanya, bangkitkan kesenangan atas setiap prosesnya. Hasil akhir adalah bonus dari pekerjaan yang dinikmati.

Prasangka buruk atas kegagalan akan menjadi siksaan. Ekspektasi yang terlalu tinggi juga akan menjadi derita dan berpengaruh sangat besar pada setiap pekerjaan yang akan diselesaikan.

Seperti petani, sejak pertama menanam terong, ia telah tahu akan panen terong. Tanam padi akan berbuah padi, dan seterusnya. Lalu, apa yang masih membuat kita ragu berbuat sesuatu?




Menikmati proses, Nikmat Gan/Sist!
profile-picture
profile-picture
profile-picture
aniesday dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Masuk untuk memberikan balasan
the-lounge
The Lounge
82.1K Anggota • 922.7K Threads
Menikmati proses, Nikmat Gan/Sist!
19-06-2020 15:49
Kau Kira Gampang Menulis Tiap Hari Itu?

Ada yang bilang bahwa menulis itu gampang, segampang menelan ludah. Lupa dia kalau ada kalanya kena sariawan. Jangankan buat makan buat menelan ludah saja susah. Apalagi sudah ada bibit amandel, terus meradang. Rumah sakit atau dokter urusannya.

Ada yang mengatakan menulis itu seperti membali telapak tangan. Memang membalik telapak tangan sangat mudah. Perinahasa untuk menyatakan suatu pekerjaan sangat mudah dilakukan. Kalau keseleo, hayuk? Jangankan telapak tangan dibalik, digerakkan aja susah.

Ada juga yang mengatakan menulis itu renyah, serenyah kerupuk. Kalau renyah seperti kerupuk, mengapa mulis sebulan sekali. Paling sering seminggu sekali. Kalau renyah dan nikmat harusnya dinikmati. Apalagi menjadi hobi, pasti akan kesepian jika tidak menelurkan tulisan setiap hari.

Kalau menulis itu susah, toh nyatanya banyak orang yang menulis dan enak dibaca. Jika banyak yang melakukan berarti kesulitannya sangat sedikit. Asal niatnya kuat pasti bisa. Masak menulis apa yang akan di tulis saja tak ada.

Kalau menulis asal jadi gampang. Menulis yang baik itu yang repot. Alasan aja tuh! Memang ada orang yang menulis asal jadi. Memang sih menulis itu sejatinya asal jadi. Kalau tidak asal jadi bagaimana? Kecuali menulis separo.terus berhenti. Baru namanya menulis tidak jadi.

Menulis itu seperti mengeluarkan air dari teko. Apa yang ada di dalam teko itulah yang keluar. Mau asal jadi atau serius tetap saja hasilnya sama. Apa ada di dalam teko akan keluar dalam bentuk tulisan.

Makanya tidak salah jika ada yang mengatakan, dengan tulisan yang dibuatnya kita akan tahu penulisnya itu seperti karakternya. Masuk akan memang. Menulis itu mengeluarkan apa yang ada di dalam kepala, apa yang ada di dalam dada.

Tak mungkin kita menuliskan apa yang dipikirkan orang lain. Apalagi yang dirasakan orang lain.

Beda halnya jika menulis sebuah cerita fiksi. Penulis dengan imajinasi yang dimiliki mampu menjadi siapa saja, menjadi apa saja, dan mampu membentuk diri jadi apa yang dikehendaki.

Namun tetap saja, perasaan penulis cerita fiksi masih tergambar dari karya fiksi yang ditulisnya. Minimal perasaan pada saat menuliskannya.

Ada yang mengatakan, untuk menuliskan butuh ide. Kok ada orang yang tak pernah kehabisan ide menulis sih? Memangnya ide harus dicari? Ya gak bakalan ketemu. Apalagi mencarinya sambil terlentang memandang langit-langit kamar. Yang ada kepala puyeng, tertidur akhirnya. Sementara apa yang mau ditulis tak jadi selesai.

Orang akan bertenaga jika asupan makanan yang dimakan bergizi. Begitu juga menulis. Tak bisa dapat tambahan. Kuncinya membaca, mengamati, dan merasakan apa apa saja.

Apa yang dilihat, didengar. dirasa jadi asupan yang sangat bergizi. Tingkat kepekaan terhadap sumber infotmasi itulah yang paling vital. Seperti halnya pewarta, hidungnya begitu tajam mengendus sebuah kejadian.

Lalu bagaimana agar mampu menulis setiap hari. Kalau cuma satu tulisan ringan gampang. Tapi kalau artikel berat dan serius bagaimana? Kan perli data statistik, perlu analisa, perlu komparasi, dan sebagainya.

Tetap saja, kebiasaan seseorang tetap akan sulit merubahnya. Jika terbiasa membuat artikel berat, akan sangat mudah juga menuliskannya. Demikian juga yang terbiasa menulis artikel ringan.

Kalau kemudian dipertukarkan. Mereka yang terbiada menulis artikel ringan diminta menulis artikel berat pasti kelimpungan juga. Atau sebaliknya, pasti akan berlaku sama.

Memangnya gampang ya menulis setiap hari? Jawabnya tergantung individu masing-masing. Mereka yang terbiasa menulis lima hingga sepuluh artikel sehari ketika diminta menulis sehari, ya seperti sarapan pagi. Gak bakalan kenyang.

Tapi bagi mereka yang terbiasa menulis sebulan sekali, diminta menulis sehari sekali. Akh, mana tahan. Menangis tak mengeluarkan air mata. Karena belum terbiasa saja. Jika dipaksa, tetap mampu sebentarnya.

Kita bayangkan saja, seprang peternak ayam. Ayam yang jumlahnya ribuan, kalau tidak diberi minum, diberi makan rutin paling tidak, akan ada yang kelaparan dan kehausan. Nyatanya ayamnya hidup dan besar. Belum lagi soal membersihkan dari kotorannya, dan lainnya. Bisa! Karena terbiasa.

Demikian juga menulis. Ada yang pernah nulis pesan pada saya. "Bang, bagaimana agar banyak yang baca artikel kita?" Saya jawab saja, "Baca artikel orang lain kemudian tinggalkan jejak." Setelah itu diam, tak ada balasan.

Beberapa minggu kemudian tanya lagi, "Bang, bagi tips dong menulis agar tak kehabisan ide." Saya tanya balik, kamu sehari berapa jam membaca, atau menyimak informasi kemidian merenungkannya?" Yang bersangkutan diam dan hingga sekarang tak pernah menulis pesan lagi.

Jadi masalahnya bukan pada teori menulisnya yang tidak tahu. Tapi praktik dan latihan yang jarang dilakukan. Apa saja jika terbiasa akan mudah melakukannya. Dengan banyak menulis semakin hari akan semakin krits.

Begitu kata orang yang sudah sangat pengalaman dalam menulis. Saya hanya menuliskan ulang saja. Nyatanya tulisan saya tak ada apa-apanya.

Pun begitu, belajar dan terus belajar tak ada salahnya. Berlatih dan terus berlatih, akhirmya terlatih. Kalau orang lain bisa mengapa kita tidak.

Terus, kau kira gampang menulis tiap hari itu? Jawabnya gampang, asal terbiasa. Titik.

profile-picture
profile-picture
aniesday dan Cahayahalimah memberi reputasi
2 0
2
profile picture
KASKUS Plus
01-07-2020 10:55
hehe mantap dah, satu thread trus di panjangin
0
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia