Langit baru saja mengulung mendung gelap, menggantinya dengan awan putih yang mulai mencerah. Aku tengah beristirahat dari gelapnya pikiran untuk merenungkan puncak-puncak getaran rasa. Kebahagian dan kepedihan melebur dalam percakapan manja.

Kemudian kita terlena dengan doa-doa jiwa dalam sanubari, dari sebuah nyanyian yang tersungging di ujung bibir. Dalam sandaran mesramu, kuraskan damai dalam hati. Menentramkan. Mendamaiakan menjadi indah.

Memilikimu menjadi bagian hidupku adalah anugrah terindah di dunia ini. Aku tak perlu lagi berkeliling dunia, apalagi sampai ke kutub utara. Karena cukup hanya kamu duniaku.

Bersamamu, waktu menjadi sayap yang mengembara, membelah arungan samudra, lebih luas dari antartika. Berawal dari kita dan kembali pada kita dalam ikatan rindu yang tak pernah pudar.

Surga telah menyuam cadarnya dari cahaya mentari dan gelap malam dalam pernikahan kita. Ia menyelimuti kita dengan jubah kasih sayang saling melengkapi satu dengan lainya.

Malaikat-malaikat kecil menambah keindahan rumah yang kita bagun dari tetes keringat semangat dan terbasuhnya dengan air mata. Mereka adalah nada harapan yang menjadikan lagu semakin merdu.

Lantas, apalagi yang aku butuhkan di dunia ini? Tidak ada... karena semua telah kamu berikan untukku. Terimakasih Sang Maha Cinta atas amanah anugrah-Mu ini. Terimakasih bidadari syurgaku, semoga kelak kita tetap bersama hingga di alam keabadian.

Dariku, suamimu yang brengsek. namun di hatimu.