Story
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
5465
Lapor Hansip
31-12-2019 22:28

SeKamar Kos Dengan "Dia"

SeKamar Kos Dengan "Dia"


Halo agan agan sekalian, selamat datang di thread terbaru ane, dimana ini bisa disebut kisah atau lanjutan dari thread ane yang sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
"Hidup Berdampingan Dengan Mereka'

Nah monggo yang belum baca silahkan dibaca dulu

oh iya bagi yang belum kenal ane, kenalin nama ane ryan, pemuda biasa yang berasal dari jawa tengah

Seperti biasa tempat nama dan lokasi bakal ane ganti, untuk kenyamanan bersama

Ok langsung aja menuju ceritanya,oh iya ane bakal ganti sebutan kata ane jadi aku hehehe soalnya aneh rasanya

Quote:
Index
1. Awal Mula Ngekos
2. Cewek Dalam Mimpi
3. Awal Berkenalan Dengan "Dia"
4. Pesan Dari Sinta
5. Kamar Bimo
6. Pesan Nenek
7. Gangguan Di Kontrakan
8. Alasan Sinta
9. Makrab Di Vila 1
10. Makrab Di Vila 2
11. Makrab Di Vila 3
12. Makrab Di Vila 4
13. Makrab Di Vila 5 (Terakhir Di Vila)
14. Pulang Dari Makrab
15. Asal Usul Sinta
16. Sinta Yang Sebenarnya
17. Sosok Itu Mengikutiku
18. Pemberian Mbah Margono
19. Pohon Bambu Depan Kos
20. Sinta Marah
21. Nasehat Nenek
22. Perjalanan Pulang
23. Perjalanan Pulang 2
24. Salma
25. Salma 2
26. Salma 3
27. Salma 5
29. Meninggalnya Salma
30. Bertemu Dengan Kakek Kakek
31. Di Belikan Makan Mbah
32. Keapesan Bimo
33. Teman Baru
34. Mimpi
35. Terbangun Dari Mimpi
36. Pulang Bareng Via
37. Sosok Di Kos Via
38. ?
39. Pisah??
40. Bu Roro
41. Wanita Dalam Mimpi
42. Dayat
43. Janjian Engan Wanita Belanda
44. Pertemuanku Dengan Wanita Belanda
45. Kencan Dengan Via
46. Gak Jadi Nonton
47. Siapakah Itu
48. Dia Kembali
49. Bantuan Dia
50. Pergi Dengan Via
51. Menjalin Hubungan Baru
52. Hal Aneh Pada Dirikj
53. Bertemi Dengan Dia Lagi
54. Dimana Ini
55. Perjalanan 1
56. Pundaku
57.Terulang Lagi
58. Perkataanku
59. Dan Terjadi
60. Bapak Kos
61. Sang Penolong
62. Pulang
63. Lilin
64. Shinta !!!!
65. Boneka
66. Keusilan Shinta
67. Penjual Sate
68. Ujian
69. Pengumuman
70. Boneka Bergaun Hitam
71. Aruna
72. Revisi
73. Kos Cewek
74, Cewek Kos
75. Anak Kecil
76. Perpustakaan
77. Kembali Pingsan
78. Kelebihan Aruna
79. Endrasuta
80. Bapak Mantol
81. Bapak Mantol 2
82. Rumah Mbah Margono
83. Rumah Mbah Margono 2
84. Ulah Shinta
85. Bapak
86. Ningrum
87. Permintaan Ningrum
88. Kos Baru Anggi
89. Pesan
90. Naik Level
91. Curhatan Rudi
92. Wisuda
93. Setelah Wisuda
94. Daftat Kerja
95. Arcadewi
96. Perusahaan Opo
spesial Hari Raya Idul Fitri
97. Liburan Lagi
98. Liburan lagi 2
99. Awal petaka
100. Pencarian Di Hutan
101. Portal
102. Menyerang
103. Pasukan Om Wowo
104. kuda Terbang
105. Memasuki Tahap Akhir
106. Mbah Margono
107. 1975
108. Masih Selamat
109. Keluar
110. Nico Robin
111. Interview Kerja
112. Perjalanan Pulang
113. Untuk Kedua Kalinya
114. Lamaran






Awal Mula Ngekos
Cerita ini bermula saat aku mulai memasuki bangku kuliah, disini aku masuk ke sebuah kampus swasta ternama di provinsi ***ja, kampus ku berada dipinggir jalan **** road *****, saat itu aku bersama kakaku mencari tempat kos di daerah dekat kampus, tapi sayangnya ongkos yang di perlukan untuk sewa kos di dekat kampus merogoh kocek yang lumayan menguras isi dompet.

Akhirnya kakaku menyarankan untuk menyewa kos dimana dulu kakaku pernah ngekos disana, yah walaupun jarak dari kos itu sampai ke kampus memerlukan waktu 5 - 10 menit untuk sampai, kupikir nggak masalah lah.

Langsung aku dan kakaku mengendarai motor mulai berangkat ke alamat kos tersebut, setelah beberapa menit kami berjalan akhirnya kita sampai di lokasi kos yang dulu pernah tinggal.

Quote:
"Nah ini yan, dulu mas pernah ngekos disini, orange enak nggak neko neko, baik pokoknya" sambil menghentikan motor dan beranjak turun dari motor

"Wah mas, la kalo ini bukannya malah tambah mahal wong kos kosannya tingkat gini pasti mahal" sambil ku amati keadaan rumah itu

"Alah wes tenang aja, dulu mas juga ngira bakal mahal tapi ternyata nggak kok standar aja paling pertahun cuma 1,2jt" sambil berjalan masuk dan mengetuk pintu


Ya memang waktu itu harga segitu sangatlah murah dengan fasilitas sudah termasuk listrik dan air,

Aku dan kakak ku menunggu orang yang keluar dari dalam rumah kos.
Nggak membutuhkan waktu lama kemudian keluarlah seorang cewek dari dalam rumah kos itu

Quote:
"Assalamu'alaikum mbak, gimana kabarnya" kakak ku sambil menjulurkan tangan untuk salaman

"Mmmmm.. baik mas" kelihatannya mbak mbak ini masih agak bingung

"Hehe pangling pasti ya mbak, ini aku bono, dulu pernah ngekos di sini, waktu itu mbak dera masih SMA mungkin, sekaranga pasti udah kuliah ya mbak"

Ya nama cewek itu dera, anak ibu kos nomor 2

"Oalah iyo, pangling aku mas, tapi perasaan pernah liat, oalah pantesan, monggo mas masuk masuk" mbak dera menyuruh kami masuk kerumah


Setelah masuk,kakaku menjelaskan kalo dia sedang mencari untuk aku adiknya, kemudian mbak dera mengajak kami untuk berkeliling melihat kamar kos yang masih tersedia.

Kos disini berjumlah 12 kamar 2 kamar mandi, posisinya 5 kamar dan 1 kamar mandi di lantai bawah, kemudian 7 kamardan 1 kamarmandi di lantai 2, oh iya posisi rumah menghadap ke arah timur dengan di sampingkanan rumah ada 1 rumah yang cukup luas dan jarang di tinggali dan di samping kiri ada rumah sekaligus tempat penjual makan yang kami sebut burjonan

Untuk kamar bawah sudaj terisi semua, makanya kita langsung di arahkan ke lantai 2, disana sudah ada 1 kamar yang di tempati,tepatnya pas di tengah tengah.

Dan disitu mbak dera mempersilahkan untuk Memilij kira kira mana yang menurutku nyaman untuk dipakai

Quote:
"Monggo yan, langsung aja di lihat dulu kamar mana yang kiranya cocok buat mu" mbak dera sambil menunjukan kamar yang masih kosong

"Iya mbak saya pilih dulu, kayaknya si semuanya nyaman di pake"


Aku mulai melihat satu persatu kamar yang masih kosong itu, aku memasuki salah satu kamar disamping kanan kamar yang sudah ada yang pakai itu, didalam ane ngelihat ada sebuah lukisan yang menurut ane kuno, dan lukisan itu adalah lukisan seseorang yang kalau di perhatikan ada aura yang sedikit membuat bulu kuduku berdiri saat melihatnya.

Walau kondisi kamar serasa nyaman tapi aku tetap merasa ada yang aneh dengan kamar itu, sehingga aku memutuskan untuk tidak menempati kamar itu, dan aku pikir untuk langsung keluar dari kamar itu,

Aku mulai keliling lagi kali ini aku memasuki kamar di sebelah kiri kamar yang sudah ada penghininya itu, kondisi kamar cukup luas dibandingkan dengan kamar kamar yang lain, untuk akses turun pun enak soalnya tangga untuk turun tepat di depan kamar ini dan dari sekian banyak kamar,hanya kamar ini saja yang memiliki 2 jendela,yang satu di depan berjejer dengan pintu masuk kamar dan satunya berada di sisi belakang,

Tanpa pikir panjang aku langsung memutuskan untuk memilih kamar itu untuk di sewa

Quote:
"Udah mas aku pilih kamar ini aja buat di sewa soale gese dan kayaknya nyaman buat di tinggali"

"Yo wes, mbak adik ku milih kamar iki, biaya sewane berapa ya"

"Oh yang itu, wong ini yang mau nyewa adiknya mas bono ya tak kasih murah aja mas, kalo sama orang biasa aku kasih 1,7jt, kalo sama mas bono ya 1,3jt aja mas, wong dulu mas bono juga pernah di sini tho"


Nah disini kita langsung deal dan kita langsung mau pamit pulang dan buat besok bawa barang barang untuk di letakan di kos,
Dan kita langsung pamit pulang, posisi kita masih di lantai 2.

tapi setelah aku membalikan badan dan mulai melangkah turun, samar samar aku melihat ada sesuatu masuk dan berjalan di samping ku, sesosok makhluk berwarna abu abu, tidak terlalu tinggi tapi gerakannya lumayan cepat jadinya aku hanya bisa melihatnya sekejap tapi belum jelas wujud apa itu.

Aku cuek aja dengan apa yang barusan kewat, lanjut kita jalan keluar, dari bawah kita bisa melihat keatas dan melihat kamar kamar yang ada di atas,

Iseng ane lihat keatas buat ngliat kamar ku nanti yang akan menjadi tempat istirahat selama aku di kota ini.

Waktu aku ngliat ke atas, aku ngliat ada cewek berambut panjang dengan pakaian santai, wajahnya cantik, hanya saja dia seperti orang sakit dengan wajah sedikit pucat, sosok cewek itu tersenyum kepadaku.

Quote:"njiirr sapa tuh, tadi kan nggak ada siapa siapa di atas,kok jadi ada cewek si di atas' pikir ane dalam hati


Oh iya di sini aku udah nggak bisa ngrasain itu hantu atau bukan,soalnya kepala ku yang biasanya terasa pusing jika akan menemui hal seperti itu sudah tidak terasa lagi sejak akhir Ujian SMK waktu itu, ntah karna konlet kebanyakan mikir atau giman aku juga kurang tau.

Aku cuek saja dengan sosok cewek di lantai 2 itu dan aku tetap berjalan keluar untuk pulang. Dan di jalan aku menanyakan hal pada kakak ku

Quote:"mas mbak dera tu punya adik perempuan ya"

"Ah yo nggak ada, mbak dera tu cuma 2 bersaudara, 1 kakake yang udah nikah dan mbak dera itu anak ke 2 alias terakhir"

Lah terus siapa cewek tadi itu, ah biarlah paling temen mbak dera pikir ku dalam hati


Tapi di perjalanan aku merasa jadi bimbang gimana kalo itu bukan orang, dan gimana kalo iti beneran dan dia mau ganggu aku terus disana.

Sempat terfikir buat membatalkan ngekos si sana, tapi mau gimana lagi kita terlanjur sidah deal dan kita juga sudah membayar uang kosnya, jadi kalo mau di minta lagi yang jelas nggak enak apalagi mas bono udah kenal akhrab dengan pemiliknya

Akhirnya aku nggak kehilangan akal, buat nyari temen kos, dan ternyata ada satu temen kos ku yang mencari kos dan aku ajak dia buat ngekos disana. Dan syukurnya dia mau buat ngekos disana.

Aman batinku, ada temen yang bisa aku mintai tolong kalo bener akan terjadi sesuatu disana. Dan dia ku kirimi alamat buat dia kesana dan melihat kamarnya.

Keesokan harinya dia memberi kabar kalo dia jadi ngekos disana dan posisi kamarnya tepat di samping kamar ku. Lega rasanya kalo ada temen.


Dan 2 hari kemudian aku mulai menempati kamar itu, dan temenku yang ngekos di sebelahku kayanya sore hari baru dia sampai di kos kosan.

Karna hari waktu itu terasa panas, jam menunjukan pukul 1 siang, aku putuskan buat mandi karna merasa gerah, yah maklum aja daerahku di pegunungan jadi mungkin tubuh ini merasa kaget dan belum terbiasa, suasana membuat tubuhku penuh kringat,

Aku langsung berjalan menuju kamar mandi, dan langsung ane melaksanakan kegiatan mandi,
Sesuai dugaan ku kemarin pasti akan ada gangguan disini, waktu aku mandi tiba tiba ....



Bersambung.....
BETA
Diubah oleh afryan015
profile-picture
profile-picture
profile-picture
3.maldini dan 311 lainnya memberi reputasi
288
Masuk untuk memberikan balasan
stories-from-the-heart
Stories from the Heart
41.6K Anggota • 31.5K Threads
SeKamar Kos Dengan "Dia"
06-05-2020 20:23

Naik Level


Aku membuka mataku dan aku sudah berada di taman yang sudah tidak asing lagi. Sudah aku tebak, pasti aku akan bertemu dengan Sinta. Siapa lagi kalau bukan dia. Dengan wajah yang masih cemberut, Sinta membawaku berjalan melintasi jalan di taman itu. Aku paham dia mengarah ke mana dan aku akan di ajak bertemu dengan siapa. Jalan yang selalu sama dan menuju ke tempat yang sudah aku tahu di mana di sana ada sebuah tempat seperti paseban atau pondok. Suasana yang sangat damai dengan suara air gemercik ditambah cuitan burung yang saling bersahutan yang membuat aku betah berada di sana. Sambil aku memandangi pemandangan yang menurutku belum tentu ada di dunia nyata.

Sambil berjalan, aku terus melihat Sinta yang masih dengan wajah marahnya. Aku sama sekali tidak berani menggodanya jika dia sedang seperti itu. Takutnya, aku dibuat budek lagi. Ingin sebenarnya bercanda ria dengan Sinta di tempat ini seperti biasanya. Baru kali ini aku dan Sinta berada di tempat ini dalam keadaan marahan. Sebenarnya, tidak sengaja aku membuat dia marah hanya karena guyonanku yang mungkin menyinggung dia tadi. Sepertinya, Sinta juga merasakan hal yang sama, terlihat dari gerak-geriknya yang sesekali menoleh atau melirik ke arahku. Akhirnya, sepertinya Sinta tidak tahan dengan keadaan seperti itu di tempat ini. Perlahan dia menoleh ke arahku dan melihatku dengan tatapan yang kini berubah menjadi memelas manja dengan menyodorkan tangannya ke arahku seakan meminta aku menggandengnya. Aku yang paham maksud dari Sinta itu tidak langsung kuraih tangannya. Aku sedikit menggoda dia. Kali ini aku berani menggodanya lagi karena aku tahu mood dia sudah kembali lagi. Aku menggelengkan kepalaku tanda menolak untuk meraih tangannya. Dia membalas tatapan yang lebih memelas dan menggoyangkan tangannya sambil menggerakkan badannya seperti anak kecil yang sedang memaksakan keinginannya. Aku yang mulai gemas dengan tingkahnya, akhirnya meraih tangannya dan kami pun berjalan-jalan mengelilingi taman terlebih dahulu seperti biasanya sambil bercanda sebelum ke paseban atau pondok. Kami sesekali saling ejek tentang Sinta yang ngambek tadi.

Setelah saling ejek dan dirasa suasana sudah seperti biasanya, kami pun melanjutkan ke tempat yang akan kami tuju itu. Kami terus bergandengan tangan sampai akhirnya kami telah berada di tempat yang kami tuju. Sebuah pondok putih dengan pemandangan air mancur, padang rumput penuh bunga, kupu-kupu yang berterbangan menghiasi. Bertambah indah lagi dengan ada perbukitan yang hijau di depannya. Terlihat sosok wanita tua sedang duduk di kursi panjang berwarna putih sambil menikmati pemandangan di depannya. Tak lupa minuman dan makanan ringan di sampingnya.

“Sinta, Ryan, kemarilah duduk di samping nenek.”

Nenek, siapa lagi kalau bukan beliau. Jika Sinta membawaku kemari, pasti akan ada yang ingin disampaikan oleh neneku melalui mimpi. Aku dan Sinta langsung mendekat dan bergegas duduk di samping nenekku, tapi tidak dengan Sinta. Dia tetap berdiri di samping nenek dengan tetap memandang pemandangan di depan yang memang sungguh indah.

“Ryan, gimana kabarmu? Bapak dan Ibumu sehat, ‘kan? Tetap jaga mereka jangan pernah membuat bapak-ibumu merasa sedih atau kecewa.”

“Alhamdulillah, Nek, mereka berdua sehat. Iya, Nek, tidak ada sedikit pun niat dari Ryan untuk mengecewakan atau membuat sedih mereka.”

“Iya, kamu ‘kan yang akan selalu bersama mereka sampai mereka tua maka rawatlah mereka selagi masih ada.”

“Iya, Nek. Ini saja aku ingin membuat mereka bangga padaku dengan cara lulus kuliah lebih cepat dari yang mereka tentukan.”

“Wah, memang hebat cucuku ini! Oh iya, katanya kamu akan lulus, ya, minggu depan?”

“Iya, Nek. Alhamdulillah, semua dipermudah.”

“Bukan karena Sinta yang membantumu, ‘kan?” ucap nenek iseng sambil melirik Sinta.

“Tidak, Nek. Aku murni mengerjakan semua ini sendiri tanpa ada bantuan dari Sinta.” Aku melihat Sinta yang hanya bisa menunduk saja.

“Iya, nenek percaya. Dan kamu Sinta, aku ini hanya bercanda saja. Terima kasih kamu selalu menjaga cucu penakutku ini.”

“Iya, itu sudah menjadi tugasku maka akan aku laksanakan sebaik mungkin,” balas Sinta pada nenekku.

“Baguslah kalau begitu. Dan buat kamu, Ryan, sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan ketakutanmu, ya, walaupun sedikit. Tapi, setidaknya kamu mempunyai peningkatan.”

“Ah, Nenek ini. Jangan ditegasinlah kalau Ryan itu penakut, Nek.”

“Alah, semua juga udah pada tahu kalau kamu itu penakut kok,” tambah Sinta.

“Kan mulai lagi kamu ngejek.”

“Sudah, sudah. Kalian ini seperti anak kecil saja. Sudah enggak apa-apa. Setidaknya, tidak seperti dulu. Ryan, nenek mau berpesan.”

“Iya, Nek, ada apa?”

“Sebelumnya, sudah berapa kali kamu dimintai tolong oleh makhluk-makluk itu?”

“Memang ada apa, Nek? Seingat Ryan sih baru dua kali, yang di dekat rumah sama yang tadi di kosan teman.”

“Nah itu, sepertinya kamu akan naik tingkat. Dan mulai saat itu juga akan ada makluk yang mendatangimu untuk meminta pertolongan atau hanya seaedar menyampaikan pesan pada yang mereka tuju. Nenek harap sih kamu enggak usah takut kalau mereka datang. Mereka hanya ingin minta tolong saja darimu yang bisa menjadi jembatan mereka dengan seseorang.”

“Yah, Nek, kenapa harus aku sih?”

“Ya, seperti kakek buyutmu dulu. Sepertinya hal itu menurun padamu. Sudah enggak apa-apa. Asal kamu bisa membantu, bantulah mereka. Kita hidup di dunia ini juga saling berdampingan kok.”

“Ya sudah, Nek, Ryan akan coba sebisa Ryan.”

“Tenang aja. Kalau kamu takut, ‘kan aku selalu ada dan siap bantu kamu. Apalagi, kalau pas kamu ketakutan, aku siap bantu kok. Hehehe ...,” tambah Sinta.

Aku, Sinta, dan nenekku terus berbicara tentang hal itu, tentang kemampuanku yang kata nenek sudah bertambah. Padahal, aku sama sekali tak merasakan ada yang berubah dariku. Setelah selesai berbincang-bincang dengan nenekku, nenek beranjak pergi. Katanya, dia ingin ke suatu tempat. Aku dan Sinta masih berada di sana sambil menikmati pemandangan yang sangat indah. Sepertinya, nenek sengaja meninggalkan kami berdua di sini untuk mengembalikan atau membuat akur kami lagi. Sepertinya, nenek tahu kalau kami tadi baru saja bertengkar. Walau sudah akur saat bertemu dengan beliau, sepertinya nenekku memberi waktu lebih untuk ini.

Keesokan harinya, aku ada jadwal ke kampus untuk menerima pembekalan wisuda yang akan dilaksanakan lusa. Aku segera bangun dari tidurku dan langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Dan tidak biasa-biasanya Sinta terus mengikutiku hingga aku mandi. Entah apa yang dia pikirkan. Karena sudah biasa dengan Sinta yang selalu mengikutiku saat aku sedang mandi, aku cuek saja melepas semua pakaianku di depan dia.

“Kamu ini sedang apa sih, Ta? Tumben-tumbennya ngikutin ke kamar mandi terus terang gini. Enggak kaya biasanya.”

“Enggak apa-apa. Ada yang beda aja dari kamu. Hehe ....” Wajah Sinta didekatkan pada leherku sambil mengendus-endus.

“Ih, apaan sih, Ta, aku jadi ....” Aku mengentikan ucapanku takut dia ngambek lagi.

“Jadi apa?” tanya Sinta sedikit tegas.

“Ah, enggak. Nanti ngambek lagi malah repot aku.”

“Awas aja ngomong macem-macem!”

“Iya, iya, enggak. Tapi, aku mau tanya kenapa sih enggak biasanya kaya gini?”

“Aromamu beda, Yan. Aku suka banget dengan aromamu yang saat ini. Dan aku yakin nanti akan banyak lagi yang akan mendekatimu karena aroma ini.”

“Ih, yang benar aja? Masa iya malah nambah banyak sih. Pokoknya kamu harus tetap di sampingku ke mana pun aku pergi. Takutnya yang datang aneh-aneh lagi.”

“Hihihi ... siap, Bos!” Sinta membalas dengan nada girangnya.

Aku terus melanjutkan prosesi mandiku dengan Sinta yang terus menciumi aromaku yang katanya berbeda dari biasanya. Selesai dengan prosesi mandi, aku kembali ke kamarku untuk berganti pakaian. Selanjutnya, aku mencari makan sebelum berangkat ke kampus untuk menghadiri acara pembekalan sebelum wisudan dan pengambil baju toga yang akan di pakai saat wisuda nanti. Aku mencari makan sate lontong kesukaanku yang berada di perempatan depan. Aku buru-buru ke sana takutnya si penjual sudah pergi karena jam sudah mulai siang.

Setelah selesai dengan sarapanku, aku langsung berangkat ke acara pembekalan itu. Selama perjalanan pun Sinta terus nempel tanpa mau melepaskan dirinya dariku. Sampai di kampus, aku langsung menuju ke aula yang menjadi tempat untuk pembekalan. Terlihat banyak sekali anak-anak dari berbagai angkatan dan kelas yang akan wisuda sudah mulai berdatangan. Kami pun mengisi daftar hadir sebelum memasuki ruangan yang sudah disediakan. Setelah mengisi daftar hadir, aku langsung masuk ke ruangan. Saat akan memasuki ruangan itu, aku melihat di sudut ruangan ini seperti ada sesosok mahasiswa laki-laki hanya berdiam diri dengan tatapan kosong. Ketika akan masuk ruangan dengan Sinta yang terus menempel padaku, sosok itu berjalan menjauhi. Namun, arah dari kepala terus seperti melihatku. Dalam hatiku, aku bertanya pada Sinta. Apakah dia meihat apa yang aku lihat dan memastikan sosok itu siapa. Awal aku tanya dia, Sinta hanya menjawabnya dengan cekikikan dan masih terus menempel padaku sambil mengendus-endus di sekitar leherku.
Diubah oleh afryan015
profile-picture
profile-picture
profile-picture
bebyzha dan 61 lainnya memberi reputasi
62 0
62
profile picture
newbie
07-05-2020 05:43
wah ada levelnya ya kemampuan berinteraksi ama dunia halus.. baru tau
5
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
icon-hot-thread
Hot Threads
Inspirasi Harian
pentingnya-deep-work
Copyright © 2024, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia