- Beranda
- Stories from the Heart
SEPENGGAL DAUN KERING
...
TS
sive
SEPENGGAL DAUN KERING
Quote:
Quote:
Quote:
SEPENGGAL DAUN KERING
Kalo di suruh menceritakan keluarga, aku ga bisa berkata banyak. Aku Cuma bisa sedih sambil nyakar nyakar lemari, lalu menggeram “Aing Macaaan!” Karena bahkan, aku udah ga inget bentuk muka ibuku, apalagi bapakku. Aku ditinggal di pinggir jalan oleh ibuku, saat usiaku sudah memasuki dua bulan. Bapakku? Bahkan aku nggak tau siapa bapakku. Kalo kata orang, aku ini hasil hubungan gelap. Mungkin aku dibuat saat mati listrik, aku juga kurang paham. Yang jelas seingatku, bapak ibuku nggak pernah nikah sebelumnya. Aku sendiri nggak terlalu ingat, karena waktu itu aku belum lahir dan nggak pernah menemukan buku nikahnya.
Untunglah ada Pak Sastro dan Bu Dian, yang mengadopsiku. Mereka merawatku seperti merawat anaknya sendiri. Kesedihanku mulai berkurang perlahan lahan. Mereka memperlakukan aku dengan baik. Kecuali kedua anak mereka, Mbak Audi dan Mbak Marisa. Mereka juga sayang padaku, hanya saja mereka kurang bisa memperlakukanku sebagai mana mestinya.
Mbak Marisa sering banget gendongin aku. Sayangnya karena masih kecil, dia belom tau caranya menggendong bayi dengan benar. Kadang dia menggendongku dengan mengangkat leherku. Lebih mirip nyekik daripada gendong. Tapi aku tau kalo itu karena keterbatasan pengetahuannya. Sebenernya dia sayang kok sama aku.
Sedangkan kakaknya, Mbak Audi, tiap hari ngajakin aku main rumah rumahan. Aku kebagian peran jadi anaknya. Saat main, dia sering menyuapiku makanan yang dia siapkan, dari potongan daun kering yang dianggapnya sebagai bahan makanan. Walaupun ga doyan, kadang potongan daun itu ikut tertelan masuk ke dalam perutku. Aku gpp. Aku senang dengan keluarga baruku ini.
Hingga suatu hari, aku merasa lemas. Sejak bangun tadi pagi perutku terasa melilit. Kepalaku pusing dan Nafasku terasa berat. Tubuhku terasa tak terkontrol. Bahkan beberapa kali aku muntah muntah tanpa sadar.
“Bundaa, Alex sakit lagi.” Teriak Mbak Audi sambil mengelus elus kepalaku. Bu Dian dan Pak Sastro datang menghampiri. Pak Sastro, memeriksa keadaanku.
“Parah ini bun. Dia mungkin keracunan.” Ujar Pak Sastro. Pak Sastro itu sebenernya bukan dokter, tapi dia pernah kerja di rumah sakit. Di bagian gudang. Lagunya aja yang kaya dokter.
“Ayo, kita bawa ke dokter.” Sahut Bu Dian.
“Tunggu, kita kasih susu dulu. Mungkin bisa menetralisir.” Seru Pak Sastro. Dan kemudian Bu Dian membuatkanku segelas susu. Namun aku sudah terlalu payah untuk meminumnya. Pak Sastro pun menyuapiku dengan sendok.
Namun sayang, maksud baiknya tidaklah benar, susu yang ia suapi kemulutku, malah membuatku tersedak dan membuatku makin sulit bernafas. Dan beberapa detik kemudian, semua makin tampak gelap.
“Meoong..” Itu kata terahir yang sempat aku ucapkan sebelum pergi meninggalkan mereka. Pak Sastro kembali memeriksa tubuhku.
“Alex udah nggak ada..” Ujar Pak Sastro. Suaranya berat seolah menahan kesedihan. Sementara Bu Dian tampak menangis. Anak anak mereka hanya terdiam. Dan malam itu juga aku di kuburkan di halaman depan rumah. Tanpa acara pemakaman, tanpa ada yasinan. Cuma beberapa doa pendek yang terdengar dari hati mereka.
Sekarang, aku sudah bahagia. Semoga mereka juga bahagia. Dan semoga kalian juga bahagia membaca sepenggal kisah hidupku ini. Semoga kebahagiaan menyertai seluruh jagat raya beserta isinya. Amin. [sive]
Untunglah ada Pak Sastro dan Bu Dian, yang mengadopsiku. Mereka merawatku seperti merawat anaknya sendiri. Kesedihanku mulai berkurang perlahan lahan. Mereka memperlakukan aku dengan baik. Kecuali kedua anak mereka, Mbak Audi dan Mbak Marisa. Mereka juga sayang padaku, hanya saja mereka kurang bisa memperlakukanku sebagai mana mestinya.
Mbak Marisa sering banget gendongin aku. Sayangnya karena masih kecil, dia belom tau caranya menggendong bayi dengan benar. Kadang dia menggendongku dengan mengangkat leherku. Lebih mirip nyekik daripada gendong. Tapi aku tau kalo itu karena keterbatasan pengetahuannya. Sebenernya dia sayang kok sama aku.
Sedangkan kakaknya, Mbak Audi, tiap hari ngajakin aku main rumah rumahan. Aku kebagian peran jadi anaknya. Saat main, dia sering menyuapiku makanan yang dia siapkan, dari potongan daun kering yang dianggapnya sebagai bahan makanan. Walaupun ga doyan, kadang potongan daun itu ikut tertelan masuk ke dalam perutku. Aku gpp. Aku senang dengan keluarga baruku ini.
Hingga suatu hari, aku merasa lemas. Sejak bangun tadi pagi perutku terasa melilit. Kepalaku pusing dan Nafasku terasa berat. Tubuhku terasa tak terkontrol. Bahkan beberapa kali aku muntah muntah tanpa sadar.
“Bundaa, Alex sakit lagi.” Teriak Mbak Audi sambil mengelus elus kepalaku. Bu Dian dan Pak Sastro datang menghampiri. Pak Sastro, memeriksa keadaanku.
“Parah ini bun. Dia mungkin keracunan.” Ujar Pak Sastro. Pak Sastro itu sebenernya bukan dokter, tapi dia pernah kerja di rumah sakit. Di bagian gudang. Lagunya aja yang kaya dokter.
“Ayo, kita bawa ke dokter.” Sahut Bu Dian.
“Tunggu, kita kasih susu dulu. Mungkin bisa menetralisir.” Seru Pak Sastro. Dan kemudian Bu Dian membuatkanku segelas susu. Namun aku sudah terlalu payah untuk meminumnya. Pak Sastro pun menyuapiku dengan sendok.
Namun sayang, maksud baiknya tidaklah benar, susu yang ia suapi kemulutku, malah membuatku tersedak dan membuatku makin sulit bernafas. Dan beberapa detik kemudian, semua makin tampak gelap.
“Meoong..” Itu kata terahir yang sempat aku ucapkan sebelum pergi meninggalkan mereka. Pak Sastro kembali memeriksa tubuhku.
“Alex udah nggak ada..” Ujar Pak Sastro. Suaranya berat seolah menahan kesedihan. Sementara Bu Dian tampak menangis. Anak anak mereka hanya terdiam. Dan malam itu juga aku di kuburkan di halaman depan rumah. Tanpa acara pemakaman, tanpa ada yasinan. Cuma beberapa doa pendek yang terdengar dari hati mereka.
Sekarang, aku sudah bahagia. Semoga mereka juga bahagia. Dan semoga kalian juga bahagia membaca sepenggal kisah hidupku ini. Semoga kebahagiaan menyertai seluruh jagat raya beserta isinya. Amin. [sive]
TAMAT
bukhorigan dan 18 lainnya memberi reputasi
19
3K
Kutip
25
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32KThread•45.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya