albyabby91
TS
albyabby91
FRIENDS WITH (NOT) BENEFIT

Sebuah ruang remang-remang di sudut apartemen. Musik bertalu kencang. Dua raga tak berbusana itu larut dalam irama, berpadu syahwat. Saling menerkam buas, bergelut, deras keringat mengucur. Tak lama kemudian, si lelaki mengerang hebat, diikuti desahan yang menggelora dari sang wanita. Keduanya mencapai klimaks. Meraih puncak keinginan yang diharapkan. Tapi..., sesuatu tak terduga terjadi.

"Ada apa?" Kamu kok ngeliatinnya gitu?"

"Bocor, Kondomnya sobek"

"Apa? Kamu gimana, sih. Kok bisa gitu?"

"Gak tahu. Tadi perasaan gak apa-apa"

"Terus gimana ini? Kamu tadi keluar di dalam, ya?"

"Hooh. Maaf kelepasan"

"Aduh. Kamu sih. Udah dibilangin beli kondom jangan yang murahan"

"Gak, kok. Udah yang paling mahal nih"

"Tau, ah. Kacau dah semua"

"Ya mau gimana lagi. Udah kejadian"

"Pokoknya aku gamau tahu. Jangan sampai aku hamil, ya"

"Aku bakal tanggung jawab, kok"

"Halah. Bukan soal itunya. Aku gamau hamil, ntar ribet"

"Minggu depan kamu testpack aja. Ntar bakal ketahuan. Itu yang tadi jadi apa kagak"

"Yaudah. Minggir, aku mau mandi"

Dua orang itu, Rina dan Josh menyudahi obrolannya. Mereka adalah pasangan yang belakangan ini dikenal dengan Friends With Benefit (FWB). Ya mirip-mirip Teman Tapi Mesra jaman dulu lah. Bedanya, yang ini hubungan including seks.

Rina seorang sekretaris di sebuah perusahaan jasa keuangan. Sedang Josh belum bekerja. Tetapi dia tidak berkenan disebut pengangguran. Dia lebih suka disebut freelance atau kadang-kadang freeagent. Josh juga seorang fotografer sambilan di sebuah majalah ternama di kota itu. Josh sedang menyelesaikan kuliah, mengambil jurusan Sinematografi. Sudah tingkat akhir dan tinggal menunggu diwisuda.

Dua orang itu, Rina dan Josh, adalah pasangan yang sepakat untuk menjalin hubungan singkat. Anak-anak muda menyebutnya FWB. Berhubungan kencan tanpa status yang jelas. Hanya untuk melampiaskan keinginan seks semata. Hari itu, adalah kesekian kalinya mereka bertemu. Nampaknya, mereka saling cocok dan makin sering berkabar. Meski kadang keduanya memilih having seks dengan pasangan yang lain sesekali.

Oleh kedua orang tuanya, Josh diharapkan menikah dengan seorang wanita pilihan mereka. Gita, anak konglomerat sahabat ayah Josh. Gita kini sedang berada di Amerika menyelesaikan kuliah S2 nya. Rencananya, mereka akan dipertemukan saat Gita pulang ke Indonesia nanti. Tentu keinginan itu tidak lepas dari kepentingan bisnis. Ayah Josh menginginkan sebagian kekayaan dari saham perusahaan orang tua Gita.

Gita adalah wanita cerdas dan mandiri. Dia tidak pernah menggantungkan hidup terus-terusan pada ayahnya. Meski dari keluarga konglomerat kaya, namun hal itu tidak membuatnya manja, apalagi berleha-leha. Gita sosok sederhana dan pekerja keras. Bahkan kuliahnya di luar negeri saat ini dibiayai oleh pemerintah secara penuh. Mungkin hal itu juga yang membuat Josh merasa minder. Merasa tidak sepadan jika harus disandingkan dengan Gita.

Dering telepon berbunyi dari smartphone Josh. Rupanya Rina yang menelpon. Segera saja dijawabnya.

"Halo, Rin. Ada apa?"

"Aku sudah testpack. Hasilnya positif"

"Aa... Apaa? Gak salah tuh? Coba ntar ulang sekali lagi"

"Gaklah. Ini alat tes kehamilan paling canggih. Dua strip, artinya aku hamil"

"Besok kita ketemu. Eh, coba kamu tes sekali lagi besok. Kali aja hasilnya beda"

"Okay. Besok jam 3 sore. Tempat biasa, ya"

"Okay. Byee"

"Byeee"

Seketika Josh ambruk. Sesuatu yang sama sekali tak pernah dia bayangkan kini harus terjadi. Seketika muncul penyesalan. Mengapa dia tidak lebih berhati-hati waktu memasang kondom itu. Kepalanya mulai sesak. Rasa bersalah juga muncul kala mengingat pesan ibunya tentang pertemuannya yang bakal tidak lama lagi dengan Gita. Semua nampak berantakan. Tak terkendali situasinya. Josh meraih sebotol wiski dari dalam kulkasnya. Diteguknya satu dua seloki. Mulai fly, dan kini tertidur dengan pulas.

* * * *

Rina sudah menunggu di apartemen tempatnya dan Josh biasa bertemu. Beberapa menit kemudian, terdengar derap langkah kaki dan ketukkan pintu. Josh telah tiba. Tanpa aba-aba memeluk Rina dari belakang. Melancarkan ciuman bertubi-tubi pada tengkuk dan pipi wanita itu.

"Stop...Stop, Josh. Are you drunk?"

"No. I just feel horny, Rin. I wanna do it"

"Gak, kamu mabuk. Wait, wait..."

"Ayolah, Rin. Aku lagi pengen nih"

"Ya. Tapi jangan kayak gini lah. Aku gak siap dan kamu mabuk"

"Come on, Rin. Don't be like this. Kamu juga ingin, kan?"

"Stop, Josh. Hentikan. Kita perlu bicara. Now!!"

"Okay. Okay. Go ahead. Just talk"

Keduanya sejenak terdiam. Suasana berubah hening tanpa suara. Sesekali Rina menatap ke langit-langit apartemen itu.

"Aku sudah testpack lagi. Hasilnya sama. Aku positif". Rina mulai bicara dengan nada agak meninggi.

"Oh begitu. Jadi, baiknya bagaimana menurutmu?" Josh menimpali. Nadanya datar. Sorot matanya dibuat lebih kalem untuk menenangkan Rina.

"Jangan nanya ke aku, dong. Kamu yang harusnya mikir"

"Loh. Kan kita melakukannya bareng. We make a deal first"

"Yes, of course we did. But you have to make some decision for us. You are a man!"

"Menurut kamu sendiri gimana?"

"Oh, come on Josh. I have told you?"

"Ya. Aku udah bilang dulu. Aku bakal tanggung jawab"

"I don't wanna pregnant, dude. Gak semudah itu"

"Hei... Hei... Hold on. Gausah emosional gitu, dong"

"Terus aku gimana?"

"Gini aja. Aku ada ide. Bagaimana kalau... Kita gugurin aja?"

"Bisa aja. Kamu yang nyariin dokter kandungannya"

"Baik. Aku yang bakal nyariin dokter. Kapan?"

"Bentar. Satu lagi. Ini rahasia kita doang yang tahu. Kalau sampai bosku tahu, bisa hancur karirku ntar"

"Okay. Gampang itumah"

"Satu lagi"

"Apa?"

"You have to be with me. Seenggaknya till this clear"

"Ya. Kita akan terus komunikasi. I promise you"

"Awas ya kalau kamu tiba-tiba gone. I gonna catch you"

"Don't worry. I'll take responsibility to make it clear"

"Okay. Rasanya udah cukup. Aku mau berangkat kerja"

"Sekarang?"

"Iyalah. Masah nanti lebaran monyet"

"Ah, okay. Aku juga mau balik kalau gitu"

Daah... See you"

Sejurus kemudian, Josh sudah berada di dalam mobilnya dan melaju menyusuri jalan tol. Pikirannya masih melayang tak menentu. Ada rasa khawatir dihatinya. Akankah keadaan ini bisa ditangani dengan baik. Atau malah jadi bumerang terhadap dirinya kelak.

Mobil yang dikendarai Josh melaju sangat kencang. Josh nampaknya tidak begitu fokus menyetir. Pikirannya masih kacau. Dan tiba-tiba tanpa sadar... Braakkkkkkkk !! Sebuah hantaman keras. Mobil Josh mendobrak pembatas jalan dan berguling-guling. Tiga mobil dibelakangnya dibelakangnya sontak kaget dan tak kuasa mencegah tabrakan beruntun. Tak berapa lama, sebuah ledakan keras terdengar dan mengeluarkan percikkan api yang menyala-nyala.

Petugas keamanan tol bergegas memberi bantuan. Beberapa saat setelahnya sebuah mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi, disusul dua mobil ambulans. Josh dan beberapa korban dilarikan ke rumah sakit.

* * * *

Sebuah pesan singkat diterima Rina. Dia meminta izin kepada atasannya dan menyusul ke rumah sakit. Setibanya Rina segera menghubungi resepsionis dan menanyakan perihal di mana ruangan Josh dirawat.

Rina berjalan cepat melewati sebuah koridor. Tak berapa lama dia berhenti tepat di depan ruangan ICU. Perawat menyuruhnya menunggu saja disebuah bangku panjang ruang tunggu. Josh sedang mendapat tindakan medis serius. Tak boleh seorangpun ikut masuk ke dalam. Rina menuruti dan segera duduk. Pikirannya diliputi kecemasan. Ingatannya tertuju pada kehamilannya yang baru saja tadi dia dan Josh diskusikan.

Beberapa saat kemudian, nampak dua orang dengan buru-buru muncul dari ujung koridor. Setelah berbicara serius dengan seorang perawat, keduanya berjalan lagi dan menuju ke arah Rina.

"Maaf. Anda kenal Josh anak saya?" Ibu paruh baya itu menyapa dan menyalami Rina. Disusul bapak disampingnya.

"Iya. Saya temannya, bu"

"Kami orang tua Josh. Aku ibunya dan ini ayahnya. Bagaimana keadaan anak kami?"

"Kita harus menunggu di sini. Kata petugas dia sedang dirawat di dalam"

"Oh, Tuhan... Kenapa ini bisa terjadi?" ibu itu menyapu mukanya dengan kedua telapak tangan.

"Aku juga syok, bu. Tadi tiba-tiba dikabari oleh pihak RS"

"Semoga baik-baik saja. Oh Tuhan... Josh anakku. Kenapa jadi begini, nak"

"Aamiin. Ibu tenang dulu. Ada dokter yang menangani"

"Iya... Iya, nak. Terima kasih"

Ketiganya terdiam. Sesekali ayah Josh berjalan mondar-mandir di depan ruangan ICU itu. Nampak raut wajah sedih dan cemas pada ketiga orang itu sekarang. Rina hanya sesekali melihat ke arah jam tangannya.

Rini kini makin kebingungan. Perasaannya campuraduk. Kalau terjadi apa-apa, bagaimana dengan kandungannya. Dia sendiri yang bakal mengurus semuanya. Anak yang dikandungnya kini, tidak mengerti apa-apa. Semua adalah salah dia dan Josh. Kalau saja waktu itu lebih berhati-hati, mungkin keadaannya akan berbeda. Dia tidak akan pernah terlibat dalam situasi yang kini telah terjadi. Seharusnya dia tidak mengalami hal ini.

Beberapa saat kemudian, keheningan suasana dikagetkan oleh kedatangan seorang perawat. Dia memberi isyarat panggilan kepada orang tua Josh. Kedua orang tua Josh menghampiri. Perawat itu kemudian berbicara pelan. Sesaat setelahnya mengarahkan ayah dan ibu Josh untuk masuk ke dalam ruangan. Rina dibiarkan saja menunggu di luar. Tak diperbolehkan untuk turut.

Dari luar Rina berupaya mengintip. Meski tak terdengar pasti, namun Rina dapat mengerti apa isi kalimat yang keluar dari mulut dokter dari gesturnya yang menunjukkan kesedihan. Sebuah tanda-tanda yang tidak bersahabat nampaknya. Dan benar saja, dugaan Rina terbukti.

Josh meninggal dalam kecelakaan tragis itu. Nyawanya tidak bisa lagi diselamatkan. Selain mengalami pendarahan yang cukup parah, Josh juga setengah terpanggang akibat percikan api setelah mobilnya meledak. Kini, selesai sudah semuanya. Rina hanya bisa menatap jenazah Josh yang terbungkus. Tak tahu harus merasa apa sekarang. Rina hanya berekspresi datar. Menyampaikan belasungkawa kepada ayah dan ibu Josh dan berusaha menguatkan dengan kalimat-kalimat standar.

* * * *

Prosesi pemakaman Josh telah selesai dilakukan. Rina juga menyempatkan hadir atas undangan pihak keluarga Josh. Kedua orang tua Josh sangat terpukul dengan kepergian anaknya. Begitu juga koleganya yang tidak lain adalah orang tua Gita. Padahal tak berapa lama lagi, Gita rencananya akan dipertemukan dengan Josh. Cerita perjodohan antara Josh dan Gita diketahui Rina lewat penuturan ibu Josh.
Semua sudah berlalu dan Rina kini merasa sangat bingung. Dia tidak tahu keputusan apa yang harus dia ambil. Apa dia harus merasa sedih dengan kepergian Josh? Apa yang bakal dilakukan dengan kandungannya? Semuanya bercampur menjadi satu. Keadaan kini menjadi makin pelik.

Selang beberapa bulan kemudian, perut Rina menjadi kian membesar. Dia tidak kuasa lagi menyembunyikan kehamilannya itu. Dia sadar akan konsekuensi yang bakal dihadapinya jika kelak bosnya tahu apa yang sebenarnya. Tapi Rina tak punya pilihan lain. Kondisinya juga mulai melemah. Sering mual-mual, muntah dan mood yang berantakan. Rina terpaksa menyampaikan hal itu pada bosnya dan dia terpaksa harus di PHK. Perusahaannya tidak bisa mempekerjakan perempuan hamil. Beruntung bosnya sedikit berbaik hati dengan memberikan sejumlah uang sebagai pesangon. Cukup untuk digunakan sebagai biaya hidup sampai anaknya lahir.

Setahun sudah sejak kejadian itu. Rina kini menjalani kehidupan baru. Dia mulai menaruh rasa sayang pada baby Noel, anak hasil hubungan "tidak resminya" dengan almarhum Josh. Rina merawat bayi itu dengan cinta. Tak ada lagi penyesalan meski harus berjuang sendiri tanpa Josh. Baby Noel lucu dan aktif sekali. Rina merasa bangga bisa jadi seorang ibu. Dia berharap, kelak ketika dewasa, baby Noel bisa jadi orang yang berguna. Dia berjanji bila tiba waktunya nanti, Noel akan diberitahu cerita tentang ayahnya. Rina akan mengantarnya untuk bersilaturahmi ke pusara Josh, ayahnya.


Diubah oleh albyabby91 06-12-2022 08:08
kuyasaltotumiskecapbukhorigan
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
14
4.3K
72
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.