ryanmallay2000Avatar border
TS
ryanmallay2000
Cinta Terlarang (1)
"Mbok, nuwun pangestu, aku meh rabi karo cah kui? (Ibu, mohon doa restu aku mau menikah dengan anak ini?)", aku memelas kepada ibuku untuk minta restu akan menikahi pacarku sambil aku tunjukkan foto dia yang sedang bekerja di kantornya.

Dia pacarku yang selama ini penyemangat hidup, dia adalah rekan kerjaku. kami bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan swasta yang terkenal. Bedanya dia anak dari owner perusahaan sedangkan aku merangkak dari bawah bekerja selama sepuluh tahun baru bisa duduk di kursi yang setara dengan dia.

"Kowe sopo Le? Eling asal usul mu! (Kamu siapa, Nak? ingat asal usul mu!)", jawaban ibu yang ragu akan niatku.

Aku bisa aku memilih, aku juga ingin lahir dari owner perusahaan bukan dari orang tua petani. Terkadang aku menyalahkan orang tuaku mengapa mereka tidak segiat aku? seandainya mereka dulu berusaha seperti aku, sudah tentu bisa memegang perusahaan dan aku hanya tinggal melanjutkan. strata sosialku tidak dipandang sebelah mata sejak kecil.

Karena tidak ingin mengulang sejarah, aku berusaha sekolah setinggi-tingginya dan bekerja segiatnya sehingga mampu mencapai karir seperti ini.

Ibu tidak banyak berbicara, aku diajak mengunjungi salah satu pamanku di desa. setiba di desa, kami ke rumah paman yang rumahnya tidak jauh beda dengan rumah ku dulu sebelum aku rehab. sekelas gubuk. paman terbaring sudah lama karena sakit stroke.

Setelah ibu menjenguk paman, ibu menunjukan sebuah album jadul. 
"Ini ibu saat masih kecil, ini kakek dan nenekmu dan ini pamanmu", ibu menjelaskan foto itu.
Dalam foto itu, aku melihat kakekku berpakaian yang rapi seperti foto orang bangsawan. Ya, memang Kakekku adalah bagian dari kelompok bangsawan dan dulu penguasa di desa itu menjabat sebagai Tumenggung.

"Ini foto pamanmu dulu", ibu melanjutkan menjelaskan foto paman yang terlihat begitu necis. Ternyata paman sebagai pewaris harta kakek dan menjadi pengusaha sukses di jaman itu.

Foto-foto paman yang ditunjukan kepadaku jauh berbeda segelintir foto keluarga kami, foto yang sering aku pandangi bila rindu kepada alm ayah. Ibu diusir dari rumah karena memilih ayahku karena hanya seorang petani. 

Setelah menjenguk Paman, kami kembali ke rumah. Yang aku dapati, Ibu mengajarkanku bahwa hidup dibumi ini berputar, ada kala nya diatas dan ada kalanya di bawah. Dulu paman yang di atas, tapi saat ini beliau di bawah.

Aku tidak menyerah, aku tetap merayu Ibu agar merestui hubungan kami.
"Aku nuwun pangestu, Mbok?(saya mohon doa restu, Bu)?" aku kembali merengek kepada Ibu.
"Berdamping ora sa pantaran kui rak penak (Berdampingan dengan beda strata itu akan tidak nyaman)", jawaban ibuku.

Panjang lebar ibu menasehatiku yang intinya aku harus berpikir ulang lagi untuk melamarnya. ibu mengatakan kalau kita hidup berdampingan berbeda strata, saat duduk bersama, yang lebih tinggi merasa tidak dihargai dan yang lebih rendah dinilai lancang. Bila berdiri bersama, yang lebih tinggi akan terlihat tinggi dan yang rendah tidak mampu menaikan diri, terlihat tidak serasi.

Jawaban Ibu yang mengambang itu membuat aku bimbang. Aku coba beranikan diri mengutarakan niat ini kepada orang tuanya.
"Mohon maaf, Pak. Bila berkenan apakah direstu saya melamar anak Bapak?", dengan penuh kesopanan dan santun tingkat tinggi, aku mengutarakan niatku kepada Bapaknya.

"Ajak orang tuamu kesini! Nanti kita bicarakan", kata bapaknya.

Aku kembali ke rumah dan merayu ibuku dengan membawa alasan ayahnya sudah merestui hubungan kami. Ibu pun akhirnya luluh, dan aku memohon ibu berkenan melamarkan dia untukku. Kami pun ke rumah kekasihku.

Tidak butuh waktu lama, kekasihku sudah mulai akrab dengan ibu. Kami menunggu cukup lama di ruang tamu karena ayahnya belum pulang dari kantor. Hampir satu jam kami bersenda gurau. Di rumah itu memang hanya ada kekasih dan ayahnya serta beberapaorang art. Ibunya sudah lama meninggal dunia, makanya dia begitu senang seperti kembali mendapat kasih sayang dari seorang ibu.

Tiba-tiba, Ayahnya datang dan menghampiri kami.
"Sri..", Ayahnya menyapa ibuku.
"Ayo muleh (Ayo Pulang)!", ibu dengan gegas keluar dari ruang tamu itu dan mengajak aku pulang. Aku kaget dan aku mengejar ibu.

Sepanjang jalan Ibu tidak berkata sepata katapun, aku tidak mau bertanya karena sepertinya hati ibu sedang tidak nyaman. sejak hari itu, aku dilarang melanjutkan niatku. tidak ada alasan yang jelas.

MFriza85
bukhorigan
bukhorigan dan MFriza85 memberi reputasi
2
1.1K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.