Ade Armando Sebut Supporter Arema Sok Jagoan, Apakah ini Waktunya Saling Menyalahkan?

Ade Armando, mungkin Agan dan Sista disini sudah tidak asing lagi dengan nama tokoh publik tersebut.
Memiliki gelar Doktor, Ade Armando merupakan seorang pegiat media sosial sekaligus akademikus yang juga menjadi seorang dosen pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI).

Sebagai pegiat media sosial Ade Armando tidak luput ikut menyoroti tragedi Kanjuruhan yang memakan banyak korban terhitung sampai saat ini dilaporkan lebih dari 200 orang meninggal dunia menjadi korban kericuhan setelah laga pertandingan sepakbola yang mempertemukan Arema FC dengan Persebaya Surabaya.

Ade Armando memberikan statement atau pendapat mengenai tragedi Kanjuruhan, dimana Ade menilai bahwa pangkal masalah dari adanya kejadian tersebut adalah karena supporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk kelapangan, petentengan.

Menurut pandangan dari Ade Armando, Polisi sudah melaksanakan kewajibannya, yaitu meminta jam pertandingan dimulai lebih awal, dan pembatasan jumlah penonton sesuai kapasitas stadion. Ade Armando juga sangat menyayangkan bahwa ada yang memainkan narasi menyalahkan Polisi di dalam tragedi tersebut, terkait FIFA melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion, dirinya juga mempertanyakan apakah Polisi Indonesia berada di bawah FIFA.

Polisi menggunakan gas air mata untuk mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa itu sudah sesuai protap menurut pendapat Ade Armando.

Adapun yang menjadi masalah disini, statement dan opini dari Ade Armando tersebut menuai pro kontra di tengah masyarakat termasuk warganet di media sosial. Meskipun Ade Armando meminta masyarakat untuk berpikir objektif ternyata menurut pendapat dari warganet statement dan opini Ade Armando juga dinilai kurang objektif.

Warganet melalui media sosial juga memberikan kritik terhadap Ade Armando terkait tragedi Kanjuruhan.

Kritik pedas warganet terkait statement Ade Armando yang menyebut supporter Arema menjadi penyebab masalah karena sok jagoan dan petentengan turun ke lapangan, dianggap bukan sebuah solusi yang baik di tengah keadaan dan kondisi duka mendalam bagi banyak pihak seperti sekarang.

Mungkin memang tidak luput bahwa adanya tragedi Kanjuruhan tersebut bisa terjadi karena oknum supporter yang tidak taat terhadap aturan, tetapi banyaknya supporter yang tidak tahu menahu apapun dan ikut menjadi korban seharusnya menjadi pertimbangan untuk memberikan statement lebih baik lagi.

Bukan hanya itu, warganet juga menilai statement Ade Armando terlalu berpihak pada Kepolisian. Sebab diakui atau tidak adanya kejadian tragedi Kanjuruhan tersebut juga disebabkan karena adanya keteledoran pihak Kepolisian yang bertugas dimana menyemprotkan gas air mata tidak sesuai perhitungan.

Namun, tentu saat ini bukan lagi waktunya untuk saling tunjuk menyalahkan antara satu sama lain, melainkan introspeksi dan saling memperbaiki kesalahan serta kekurangan agar tidak terjadi lagi terulang tragedi nahas yang menjadikan sejarah persepakbolaan Indonesia tercoreng di mata dunia.

Mari GanSis kita introspeksi diri masing-masing, mendisiplinkan diri jika menjadi supporter, bijak dalam memberikan dukungan, dan tidak mudah terpancing adanya provokasi yang pasti tujuannya adalah untuk membenturkan satu pihak dengan pihak yang lain.

Adanya tragedi Kanjuruhan ini diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, untuk tidak fanatik terhadap sebuah permainan dengan membabi-buta jika team yang diidolakan mengalami kekalahan. Percayalah bahwa tidak ada sepakbola yang seberharga nyawa, sebab kemenangan bisa dicari dilain waktu, sedangkan keselamatan menjadi hak bagi semua orang tanpa pandang bulu.

Oke, mudah-mudahan thread ini bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya bagi Agan Sista semua.