vizum78Avatar border
TS
vizum78
Catatan Pendek Ane Soal Demokrasi Indonesia




Ane sangat terkesan dengan opini yang beliau katakan.
Memang ada yang salah dengan pola berdemokrasi di negeri ini.
Tentu ini bukan salah rakyat dengan porsi besarnya, lebih ke pemangku kebijakan dan partai politik sebagai kemudi dan roda mobil demokrasi agar berjalan di jalan yang baik.

Pemilihan legislatif dan Presiden mungkin sebuah perang ala main caturlah alias tidak adanya kontak fisik bahkan skin touch pun sulit terjadi.
Namun pasti ada strategi dan trik-trik yang di daerah abu-abu.
Salah sih tapi terwajarkan.


Menilik pemilu di tahun 2014 hingga 2019.

Ada pola yang terlihat sistematis dan terus berjalan hingga di 2022 ini.
Dimana fitnah bertebaran dimana-mana di antara dua kubu.
Ini bukan lagi bisa di sebut trik politik tapi kental ke arah intrik politik tidak sehat.
Saling merasa paling benar dan yang lain itu jelas salah, merasuki sebagian masyarakat.
Aroma politik identitas semakin kencang bertebaran di tengah masyarakat.
Yaa lagi-lagi ane menentang politik identitas yang arahnya berbau agama.

Yang sangat miris melihatnya adalah para tokoh agama ada yang ikut serta di kubangan rentan dosa ini.
Alih-alih demi katanya kebaikan bersama namun kerasanya justru malah membuat masyarakat kurang cerdas berdemokrasi.
Bukannya mengajak memilih dengan cara yang baik dan terukur secara rasional tapi memaksakan memilih yang mereka kehendaki dengan narasi yang tidak sehat.

Ini catatan bagi kaum pro demokrasi.
Kalau yang kontra dengan demokrasi yang ada di negeri ini, kita tidak perlu komen terlalu panjang alias skip dengan mode siaga kepada golongan ini.

Sebenarnya tokoh agama itu punya fungsi yang sangat penting di demokrasi di bangsa ini.
Ketika yang lain kurang bisa di harapkan menuju kebaikan yang lebih baik.
Mereka harus berada di posisi netral, dalam artian pilihan mereka adalah rahasia dia sebagai hak pribadinya.

Mengapa ane bilang seperti ini....?.

Tujuannya agar masyarakat memilih wakil rakyatnya dan Presidennya dengan akal sehat mereka.
Pastinya para tokoh agama harusnya punya keinginan agar masyarakat lebih cerdas sebagai pemilik suara.
Masyarakat di didik secara perlahan tuk mandiri dalam memilah dan memilih wakil rakyat dan Presiden mereka.

Mereka harus mampu sendiri mengukur dan melihat jejak prestasi calon wakil rakyat dan Presiden, bukan memilih memakai kacamata kuda ala delman yang nunggu di arahkan kusirnya mau kemana.

Namun selama ini yang terlihat, justru ada beberapa tokoh agama yang justru melakukan apa yang dilakukan kusir delman.

Sedih ane melihatnya.

Ane jadi ingat sebuah kalimat dari seorang tokoh agama yang mengatakan bahwa ada segelintir orang yang mengajak ke surga namun jalan yang di laluinya justru jalan menuju neraka.
Kita sikapi kalimat beliau ini dengan konteks yang sederhana saja, bahwa ini sebuah teguran bahwa apa yang di lakukan dengan niat baik, harusnya dengan jalan yang baik pula.
Percuma niat baik tapi prakteknya buruk.


Tokoh agama dalam berdemokrasi juga penting sebagai ac pendingin masyarakat.

Ketika pesta demokrasi usai dengan segala tetek bengeknya.
Tokoh agama mengajak kaumnya tuk move on dan kembali ke fitrahnya sebagai rakyat.
Namun masih ada tokoh agama yang juga belum move on walau di mulutnya katanya sudah move on tapi prilakunya berbanding terbalik dan itu sangat terlihat jelas bahkan ada yang sempat tebar fitnah pula terhadap pemerintah yang terpilih.

Itulah alasan utama ane menentang politik identitas dengan unsur agama.
Kerentanan perpecahan antar anak bangsa sangat tinggi potensialnya.

Bila ada yang bilang dua pasang bakal calon Presiden akan menguatkan polarisasi di masyarakat juga tidak sepenuhnya benar.

Ane contohkan event rasa pilpres skala mini yaitu pilkada DKI Jakarta 2017.
Ada tiga pasang kemudian menjadi dua pasang di putaran berikutnya, namun perang dua kubu terbesar di jagat medsos indonesia tetap berlangsung hingga sekarang.

Kubu-kubuan di dunia politik itu sebuah keniscayaan.
Makanya ane bilang omong kosong bila buzzers yang selalu di salahkan dalam polarisasi politik sekarang-sekarang ini.

Mengapa ane ngomong kaya gitu....?.

Buzzers itu ada karna adanya media sosial di dunia maya.
Dunia maya itu sama kaya kehidupannya dengan real kehidupan manusia pada umumnya.
Berbeda saat internet masih belum menjangkau maka orang-orang arus bawah di istilahkan sebagai tim sukses atau relawan.
Kerja mereka relatif sama loh yaaa.
Cuman kemampuan komunikasi mereka ke publik sangat terbatas dan pastinya juga ada kubu-kubuan pula.
Jadi di atas buzzers/tim sukses/relawan itulah yang harusnya di sorot.
Tanpa yang di atas mereka yang jelas punya kepentingan politik masing-masing.
Ane rasa polarisasinya hanya musiman alias sementara.
Berbeda kalau terus di pelihara perbedaan saat pilpres telah usai.

Kubu-kubuan hal yang biasa terjadi.
Sama lah kaya klub-klub sepak bola di luar negeri.
Bahkan puluhan tahun fans klub sepak bola tersebut ada yang selalu berseteru
Namun semangat fair play tetap wajib di jaga agar sepak bola dua klub tersebut terasa indah, menarik dan nyaman ditonton.
Dulu Iniesta dan Sergio Ramos seringkali berselisih keras saat Barcelona versus Madrid.
Tapi ketika membela timnas mereka bahu membahu demi tujuan juara piala dunia.

Nah semangat ini yang ane simpulkan dari opini beliau ini.
Ini perang memang benar tapi perhatikan juga kondisi masyarakatnya agar semangat fair play tetap terjaga.
Mari kandidatnya yang masuk daftar teratas bekerja dengan prestasi nyata di tengah masyarakat.
Ada kebaikan masa depan dan harapan lebih baik yang akan di peroleh karena para kandidatnya memang sedang berkerja kebaikan bangsa.
Tampilkan program-program yang dan memang di rasakan masyarakat.
Bukan hanya tuk kandidat yang sedang menjabat tapi non jabatan juga harus memamerkan apa yang mereka lakukan di tengah masyarakat.

Indonesia butuh calon pemimpin yang nyata bukan lewat kata-kata atau narasi usang yang penting satu agama.
Di didik masyarakat tuk melihat kalian memang calon pemimpin yang bukan katanya hebat atau punya seabrek penghargaan.
Di didik masyarakat tuk melihat kalian dengan sumbangsih nyata di masyarakat dengan program kerja terukur dan terasa nyata bagi masyarakat.

Setelah 2024 berlalu....

Ajak masyarakat tuk kembali ke kehidupan semula sebagai rakyat bukan sebagai kubu A atau B.

Ini harapan ane namun mohon maap ini hanya harapan kosong belaka.emoticon-Leh Uga

Seperti kata bung Fahri bahwa ada banyak hal yang harus di benahi dalam tata kelola berdemokrasi.

Seperti kata ane bahwa tokoh agama silahkan ikut berpolitik namun jangan lupa ada batasan cukup ketat di banding masyarakat umumnya.
Ada koridor tertentu yang kalian punya yang harus benar-benar di sikapi sangat bijaksana dengan jabatan sosial kalian sebagai tokoh agama atau sang pencerah moral manusia yang baik.

Dua hal yang sangat sulit emoticon-Traveller
Diubah oleh vizum78 28-09-2022 22:40
ushirota
gabener.edan
provocator.3301
provocator.3301 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.5K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.