UchieSucianiAvatar border
TS
UchieSuciani
Anjar Si Pengidap Epilepsi


Di lingkungan ane ada seorang pemuda bernama Anjar. Untuk menjaga privasi ane gunakan nama samaran ya.

Kami berteman sejak kecil, karena kami tinggal dalam satu lingkungan. Anjar kecil adalah anak yang sangat aktif dan periang. Meski dia laki-laki tapi dia tidak malu berteman dan bermain dengan kami para perempuan. Tapi sayangnya, dibalik keceriaannya, Anjar didiagnosa penyakit Epilepsi atau Ayan. Atau kalau orang jawa bilang itu sawan celeng. Saat penyakitnya kambuh dia akan kejang dengan mata yang melotot seolah hampir lepas. Melihatnya saja ane seperti ikut merasakan sakitnya.

Meski begitu dia tetap menjadi anak yang periang.

Hari berganti hari, memasuki masa SMP kami mulai sibuk dengan dunia masing-masing, aku dengan kawan-kawan baruku. Apalagi masa sekolah cukup menyita waktu hingga kami tak pernah lagi bermain bersama.

Hingga tahun-tahun berlalu, Anjar menjadi pribadi yang minder. Bicaranya jadi gagap, seperti tidak bisa mengontrol apa yang akan ia ucapkan. Mungkin otak dan mulutnya kurang sinkron. Hal itu jugalah yang membuat dia jarang sekali bergaul dengan anak-anak sebayanya. Mungkin karena penyakitnya itu. Orangtuanya tidak mengizinkan dia bepergian sendirian, apalagi terlalu jauh. Membuat dia seperti katak dalam tempurung. Kehidupannya hanya sebatas rumah saja. Meski sesekali bapaknya mengajak anjar ke kota, atau ke sawah.



Beberapa kali bertemu, anjar selalu bercerita tentang keinginannya untuk bekerja. Dia ingin mempunyai kehidupan normal seperti anak muda pada umumnya. Dia sungguh sangat ingin berkembang. Ane pun hanya bisa membantu sebisanya.



Beberapa kali ane melihat secara langsung, ketika Anjar kambuh. Waktu itu ane dan adik ane sedang bersih-bersih kebun belakang rumah, kebetulan Anjar lewat. Dia berjalan melewati jalan kecil pinggiran sungai, entah bagaimana tiba-tiba saja dia oleng lalu jatuh ke dalam sungai. Untung saja kondisi sungai tidak terlalu besar debit airnya sehingga Anjar tidak basah kuyup. Kami berdua langsung berlari menolongnya, lumayan berat karena tubuh Anjar memang besar berisi. Lantas kami tanya kenapa bisa oleng? Pusing kalau lihat air, katanya.


Ya, memang ane pernah dengar sih, katanya penderita epilepsi itu hanya akan berakhir di dua tempat. Kalau tidak di api, ya, di air. Ane sendiri kurang paham masalah itu.

Di usianya yang 23 tahun, Anjar harus mengalami hal pahit, dia ditinggalkan ibunya untuk selama-lamanya. Dalam kondisi yang belum bisa dibilang mandiri. Karena selama hidupnya memang anjar 85% bergantung pada kedua orangtuanya.

Belum genap setahun selepas kepergian ibunya, Anjar pun menyusul. Penyakitnya kambuh dalam perjalanan ke sawah, tepat di pematang di pinggir sungai.

Begitulah, akhir kisah hidup Anjar si penderita Epilepsi. Lelaki dengan keterbatasan yang harusnya kita support banyak-banyak.

Semoga arwahnya tenang di tempat yang baik.

Terimakasih sudah membaca thread ane. Sehat selalu...
andrerain5
miftah9898
bukhorigan
bukhorigan dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.5K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.