• Beranda
  • ...
  • Militer
  • Dongeng Elang Hitam: Kisahnya Menyakitkan, Tapi Harus Saya Ceritakan

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Dongeng Elang Hitam: Kisahnya Menyakitkan, Tapi Harus Saya Ceritakan
Quote:


Alkisah di suatu negeri kepulauan yang subur dan makmur di Asia Tenggara, negeri itu disebut sebagai Indonesia. Pada tahun 2016, Presidennya, yakni Joko Widodo punya inisiatif untuk membuat drone (pesawat tak berawak) berkemampuan tempur; drone tersebut akhirnya dimasukkan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).Drone yang lahir dari proyek ini digadang-gadang akan digunakan menjaga kedaulatan negara dari ancaman yang semakin kompleks di era modern.

Proyek PSN kemudian melibatkan banyak pihak, saking banyaknya yang terlibat; kita bisa menyebutnya sebagai proyek keroyokan. Kementerian dan lembaga yang terlibat dalam proyek PSN meliputi Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tiga tahun berselang, pada 30 Desember 2019, PT DI menampilkan prototype pertama drone yang lahir dari proyek PSN. Drone itu kemudian diberi nama Elang Hitam. Acara peluncurannya pun meriah, dan dihadiri banyak media. Saat ditanya wartawan pada acara peluncuran, kepala BPPT Hammam Riza mengatakan jika pihak BPPT menganggarkan Rp 81 miliar pada tahun 2020 untuk pengembangan drone Elang Hitam.

Quote:


Tak lama setelah diluncurkan, mulai dari media hingga Youtuber memberitakan jika Elang Hitam tak kalah dengan drone buatan China dan bisa membuat negara lain ketar-ketir. Tapi hampir tiga tahun setelah peluncurannya, drone Elang Hitam justru dibatalkan pengembangannya. Drone yang awalnya punya akan dibuat dengan memiliki kemampuan tempur itu kini kabarnya telah dirubah menjadi drone sipil.

Kabar dialihkannya versi militer Elang Hitam menjadi drone sipil kemudian dikonfirmasi oleh Kepala BRIN (Badan Riset dam Inovasi Nasional) Laksana Tri Handoko pada 19 September 2022 kepada Kompas.com, kepada media tersebut Laksana mengatakan jika Indonesia tidak memiliki teknologi kunci untuk mengembangkan dan membuat drone dengan kemampuan menyerang (drone militer). Selain itu negara pemilik teknologi drone militer juga enggan berbagi teknologi kunci tersebut ke Indonesia.

Lebih lanjut, Laksana mengatakan jika Elang Hitam akan dialihkan untuk kebutuhan sipil seperti pengawasan kebakaran lahan hingga pemetaan lahan. Pengembangan versi sipil juga masih akan menghadapi kendala, tapi tidak serumit versi militer. Laksana juga menambahkan jika drone versi sipil kedepannya punya pangsa yang lebih menjanjikan daripada versi militer. Dan pada akhirnya proyek drone tempur Elang Hitam untuk TNI AU yang dulu dibangga-banggakan akhirnya benar-benar berakhir. Dan impian TNI AU memakai drone tempur buatan dalam negeri pun gagal terlaksana.


Mari Kita Bahas !!!


Tentu kisah dongeng di atas membuat kita kecewa, padahal sebenarnya banyak netizen hingga Kaskuser yang sangat percaya diri dengan proyek Elang Hitam. Sebelumnya Elang Hitam akan terbang perdana pada Agustus 2021, sampai waktu yang ditentukan tidak ada penerbangan drone yang dimaksud. Perhatian masyarakat justru beralih ke pembelian jet tempur Rafale.

Tetapi hal mengejutkan dibeberkan oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko kepada Kompas.com, beliau mengatakan jika drone Elang Hitam telah terbang secara diam-diam pada Desember 2021. Beliau menambahkan jika penerbangan drone itu gagal, meski tidak dijelaskan secara pasti; apa kegagalan yang dialami ? Apakah benar-benar gagal terbang ? Atau jatuh di tengah penerbangan ?

Laksana mengatakan kepada Kompas.com, jika pengembangan Elang Hitam dengan kemampuan kombatan (serang) adalah sebuah kesalahan mendasar pada proyek ini; karena Indonesia belum punya teknologi utama. Menurut pandangan TS, ada beberapa kejanggalan yang harus kita bahas dari kegagalan proyek Elang Hitam, mari kita simak satu per satu.


1. Drone adalah proyek yang rumit


Semua orang yang bekerja di bidang teknologi tahu jika drone adalah proyek yang rumit, butuh ribuan komponen serta teknologi kunci dari negara lain untuk membuatnya. Tapi mengapa para pihak yang terkait dengan proyek Elang Hitam tidak menyadari hal tersebut dari awal ? Mereka baru menyadari hal itu saat proyeknya gagal total.

Apa sebelum proyek diluncurkan tidak ada hitung-hitungan terkait komponen yang akan digunakan ? Jika komponen itu bisa dibuat sendiri, bagian mana saja yang akan diproduksi di dalam negeri. Dan jika harus mengimpor, harus impor dari mana ? Dan apakah ada kendala untuk mengimpor dan memakai komponen tersebut ? Sayangnya hal itu tidak diperhitungkan sejak awal, dan para pihak yang terkait dalam proyek Elang Hitam baru menyadarinya saat sudah di tengah jalan; ketika harapan mulai mengembang serta banyak orang yang menyebut Elang Hitam bisa bikin ketar-ketir negara lain.


2. Bagaimana tautan datanya ?


Tautan data merupakan hal penting dalam membuat drone militer berkemampuan serang, karena Elang Hitam merupakan drone jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance)dengan daya tahan terbang 24 sampai 30 jam dan kemampuan terbang di ketinggian 5.000 sampai 9.000 meter. Punya panjang 8,3 meter dan bentang sayap 16 meter, menurut spesifikasi yang beredar.

Dengan fakta seperti itu, maka sudah merupakan hal yang wajib jika drone memerlukan tautan data yang kuat dan stabil untuk mengoperasikan drone dari jarak jauh atau mengunduh data secara real time dari drone ke pusat komando. Dan itu sudah pasti memakai satelit. Masalahnya Indonesia tidak memiliki satelit khusus untuk dioperasikan oleh pihak militer. Bisa saja memakai satelit sipil, tetapi hal itu berisiko, karena bisa diretas lawan. Penggunaan satelit sipil juga tidak sesuai dengan misi yang diemban pihak militer.


3. Fasilitas produksi


Drone merupakan teknologi tinggi dan dengan standar produksi yang sangat ketat, tidak mungkin membuat drone di bengkel las. Karena kesalahan dalam memotong baja dalam ukuran mikro militer bisa mempengaruhi kemampuan drone secara keseluruhan. Pertanyaannya apakah Indonesia sudah memiliki fasilitas berstandar tinggi seperti itu ?

Mungkin nanti ada yang menjawab begini, "Loh Indonesia kan punya PT DI mereka sudah punya pengalaman membuat pesawat ?"Memang benar PT DI sudah memproduksi pesawat sendiri, tapi pesawat yang dibuat adalah lisensi dari negara lain; beberapa komponen juga masih dibuat negara lain. Selain itu, Elang Hitam adalah produk baru yang sebelumnya belum pernah dibuat atau dirakit PT DI. Sehingga mereka harus punya fasilitas produksi berstandar tinggi untuk drone tersebut.


Teknologi Adalah Buah dari Dedikasi


Jika diibaratkan pohon, teknologi adalah buahnya; sementara pohonnya adalah dedikasi. Sama seperti pohon yang menjadi wadah dari banyak buah-buahan, maka dedikasi pun juga merupakan wadah dari banyak hal mulai dari kemauan, keuletan, keberanian, kepercayaan diri hingga kesabaran. Maka dari itu untuk memanen buah dari pohon dedikasi dibutuhkan dana yang besar, waktu yang panjang, jalan terjal hingga pastinya gagal. Sekarang mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah negara kita sudah punya semua hal yang saya sebutkan di atas ?

Tak usah jauh-jauh bahas teknologi, hal sepele yang terlihat dan seharusnya bisa kita wujudkan saja, pada akhirnya tak pernah terwujud. Indonesia adalah negara agraris yang super luas dan subur, tapi sebagian besar komoditas pertaniannya masih impor dari negara lain ? Harusnya Indonesia bisa jadi lumbung pangan dunia dengan tanah yang subur dan luas. Ukraina saja yang lebih kecil bisa jadi keranjang roti dunia, tapi mengapa Indonesia masih belum bisa ? Hal ini berkaitan dengan dedikasi di atas.

Sekarang kita menyadari bahwa, dedikasi itu penting dalam membuat sebuah lompatan besar di bidang teknologi. Dan sekarang saatnya menata lagi dari awal dengan penuh kesabaran, dimulai dengan pengembangan dan penelitian. Memang akan membutuhkan waktu yang lama, butuh uang yang banyak dan hasilnya tidak bisa langsung terlihat secara kasat mata; sehingga tidak bisa digunakan untuk bahan kampanye.

Tetapi mau bagaimana lagi ? Itu adalah hal yang seharusnya dilakukan. Memang menyakitkan menceritakan kegagalan dan kesalahan bangsa sendiri. Tapi meski menyakitkan, hal tersebut harus tetap diungkapkan; agar kita tidak mengalami kegagalan dan mengulang kesalahan yang sama di masa depan.

Quote:



Referensi Tulisan: Kompas.com
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Diubah oleh si.matamalaikat 21-09-2022 08:29
pard0
jagotorpedo
bukan.bomat
bukan.bomat dan 17 lainnya memberi reputasi
18
10K
110
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
Militer
icon
20KThread6.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.