valkyr9Avatar border
TS
valkyr9
Bukan Resesi Seks, Ini Masalah Besar yang Dihadapi RI


Jakarta - Banyak negara di Asia dan Eropa yang saat ini pusing dengan angka kelahiran yang terus menerus turun di negaranya. Hal ini dilatarbelakangi oleh turunnya gairah berhubungan seks, menikah, atau memiliki anak.

Beberapa negara bahkan mengalami krisis populasi yang dilatarbelakangi salah satunya karena banyak wanita yang menganggap pernikahan dan memiliki keluarga tidak lagi penting.

Namun kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof dr Ova Emilia, MMed, Ed, SpOG(K) menyebut masalah besar yang terjadi saat ini masih terkait dengan angka kematian ibu dan stunting yang tinggi.

"Negara kita masih berkutat, angka kematian ibu itu nggak turun-turun. Problem kematian ibu ini masih menjadi problem dasar dari negara kita," bebernya dalam agenda The 2nd International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health di Yogyakarta, Selasa (23/8/2022).

Prof Ova menyatakan kematian ibu yang tinggi masih menjadi ancaman besar bagi masyarakat. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada jumlah kasus stunting yang masih tinggi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes, angka kematian ibu masih menyentuh 230 kematian per 100 ribu kelahiran. Sementara data Sampling Registration System 2018 menunjukkan, sekitar 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan 62 persen di antaranya terjadi di rumah sakit.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan 'Otak Pindah ke Perut' Saat Autopsi Jenazah Brigadir J

"Problemnya bukan cuman nakes dan infrastruktur tapi juga sistem yang mengkoneksikan semuanya," tambahnya.

Beberapa faktor risiko tingginya kematian ibu antara lain:

- Anemia
- Kurang energi kalori
- Obesitas atau kurang gizi
- Hipertensi saat kehamilan

"Masalah AKI sangat kompleks sekali ya. Jadi kita jangan banyak-banyak saja punya anak, kita harus berpikir tentang sustainability," ujarnya.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Prof Muhammad Rizal Martua Damanik menyebut stunting juga menjadi salah satu fokus utama yang ingin diatasi pemerintah. Stunting juga telah menjadi isu prioritas nasional yang masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024.

"Stunting di Indonesia pada 2021 itu 24,4 persen," kata Prof Damanik dalam kesempatan yang sama.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak baik fisik maupun psikis akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Anak stunting lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Stunting memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk dan kehilangan produktivitas. Prof Damanik juga menegaskan peran ayah sangat penting untuk mengatasi stunting di keluarga.

"Peran pria dalam berbagai studi yang dilakukan sangat signifikan. Dengan adanya support dari suami maka ini akan semakin sukses lagi," bebernya.

Anak-anak yang stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas di masa depan.

Penyebab stunting menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yakni faktor lingkungan dan genetik.

Lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga perawakan pendek dapat diatasi.

Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi pada anak.

Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Namun sebagian besar stunting disebabkan oleh kekurangan gizi.

Salah satu cara mencegah stunting adalah melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan waktu:

- setiap bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan
- setiap 3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahun
- setiap 6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahun
- setiap tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun

https://health.detik.com/berita-deti...ng-dihadapi-ri

Seperti tagline hut kemerdekaan kita.. Pulih lebih cepat.. Bangkit lebih kuat.. emoticon-Malu (S)


Resesi seks d indonesia??.. Bisa2 hujan berkelir.. emoticon-Malu (S)



emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)
Diubah oleh valkyr9 23-08-2022 06:51
aloha.duarr
09092013
galuhsuda
galuhsuda dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.8K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.