.barbarian.Avatar border
TS
.barbarian.
AHLI Digital Forensik Ini Sebut Brigadir J dan Putri Masih Satu Mobil dari Magelang
AHLI Digital Forensik Ini Sebut Brigadir J dan Putri Masih Satu Mobil dari Magelang ke Jakarta

Minggu, 14 Agustus 2022 21:36 WIB

TRIBUN-MEDAN.COM - Ahli digital forensik Abimanyu Wachjoewidajat tertawa melihat rekaman CCTV di rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo. Ia mengatakan rekaman CCTV yang ditampilkan pihak kepolisian tidak logis.

Menurutnya, rangkaian rekaman CCTV tersebut diduga tidak lengkap atau tidak utuh. Ada bagian-bagian penting yang hilang. Abimanyu sekilas mencatat ada beberapa hal yang bisa dipertanyakan.

Ia pun tidak menampik banyak orang cenderung memercayai tayangan CCTV kasus pembunuhan Brigadir J yang telah ditayangkan media tersebut.

Tapi baginya, yang bergerak di bidang digital forensik, justru melihat hal sebaliknya. “Kok gitu sih,” ujarnya, Sabtu (13/8/2022) seperti dikutip dari Kompas.TV.Menurutnya, saat melakukan digital forensik berbasis CCTV ada prinsip 4R yakni rentang, reka, rangkai, dan runut.

Rentang yang dimaksud berkaitan dengan waktu, lalu merangkai dan merunut sebelum akhirnya peristiwanya terjadi. “Dengan mengetahui seperti itu bisa mendapatkan gambaran yang jelas dari konten,” ucapnya.

Diketahui, dari hasil rekaman CCTV diduga proses penembakan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J berlangsung selama 13 menit.


Waktu 13 menit krusial yang diduga menjadi menit-menit terakhir Brigadir J meregang nyawa, saat ditembak Bharada E di rumah pribadi mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.

Dalam rekaman CCTV pukul 17.10 terlihat Ferdy Sambo yang masih pakai baju dinas turut keluar dari rumah pribadinya pada 8 Juli 2022. Ferdy Sambo nampak berjalan dengan tergesa. Lalu, 13 menit kemudian tepatnya pukul 17.23 WIB, Brigadir J tewas di rumah dinas mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.

CCTV tersebut merekam aktivitas Ferdy Sambo dan Brigadir J sesaat setelah tiba di rumah pribadi sang jenderal di Jalan Saguling III, Kompleks Pertambangan, Duren Tiga Barat, Pancoran, Jakarta Selatan.

Ferdy Sambo dan rombongan diketahui baru saja tiba dari Magelang, Jawa Tengah. Pukul 15.29 tampak Ferdy Sambo masuk ke rumahnya dengan seragam lengkap. Sementara pukul 15.37 terlihat anggota nakes yang hendak melakukan PCR turut masuk ke rumah Ferdy Sambo.

Lalu beberapa menit kemudian, tepatnya pada pukul 15.45 WIB mobil Istri Ferdy Sambo tiba di rumah Jalan Saguling III. Terlihat Putri Candrawathi turun dari mobil hitamnya lalu masuk ke dalam rumah. Ia memakai sweter hijau dan celana leging hitam.

Terlihat sejumlah ajudan Putri Candrawathi memasukan barang-barang ke dalam rumah. Terlihat juga Brigadir J yang memakai kaos putih dan celana jins biru membawa sebuah ransel dan koper berwarna hitam.


Kala itu tampak jelas, Brigadir J berjalan dengan lesu. Setelah itu Putri Candrawathi melakukan tes PCR di teras rumah. Terlihat juga Brigadir J dan Bharada E melakukan tes PCR.

Kemudian pukul 17.05 terlihat Putri Candrawathi masih menggunakan pakaian yang sama keluar rumah. Putri Candrawathi berserta ajudannya, termasuk Brigadir J dan Bharada E menuju rumah dinas Ferdy Sambo.

Lima menit kemudian tepatnya 17.10 WIB terlihat Ferdy Sambo yang masih pakai baju dinas turut keluar dari rumah pribadinya. Ferdy Sambo nampak berjalan dengan tergesa. Lalu CCTV dari tetangga di sekitar rumah Ferdy Sambo, merekam mobil tersangka pembunuhan Brigadir J tersebut melintas di kawasan Duren Tiga Barat dikawal motor Patwal. Diantara pukul 17.10 hingga pukul 17.23 diduga menjadi akhir hayat Brigadir J. Brigadir J ditembak mati oleh Bharada E atas perintah Ferdy Sambo. Selang beberapa menit setelah Brigadir J dibunuh, pukul 17.23 WIB terlihat Putri Candrawathi datang ke rumah pribadinya lagi.

Sambil menunduk, Putri Candrawati tampak mengenakan pakaian piyama berwarna biru dengan celana pendek. Kemudian, pukul 18.33 WIB terlihat mobil Avanza Satreskrim Polres Jakarya Selatan melintas di Jalan Duren 3 utara ke arah rumah dinas Ferdy Sambo.Nampak juga mobil Pajero Provost diikuti ambulans dan dua mobil Provos lainnya keluar dari kompleks Polri. Pukul 20.16 WIB nampak iring-iringan ambulans ke Rumah Sakit Polri dan kemudian masuk di rumah sakit dan terlihat ambulans yang membawa jenazah Brigadir J parkir di rumah sakit tersebut.

Ahli digital forensik Abimanyu Wachjoewidajat mengomentari rekaman CCTV yang beredar di media tersebut. Menurutnya biasa saja. Ia hanya melihat dan menonton sebagai bagian dari konten. "Lihat aja dan tonton sebagai bagian dari konten. Saya bukan bagian ahli yang menganalisa," ujarnya yang dikutip dari tayangan Kompas TV.

Namun, Abimanyu menanyakan sumber rekaman CCTV itu dari mana. "Kita tidak tahu sumber datanya ini darimana dan sampai akhirnya bisa tayang konten seperti itu. Kita juga tidak tahu siapa yang merangkaikan," ujarnya.

Ia juga tidak memungkiri, bahwa banyak orang percaya rangkaian kejadian setelah melihat suatu konten. Oh kejadiannya seperti ini toh. "Tapi kalau saya melihat kontennya, kok begitu sih?" ujar Abimanyu sambil tertawa.

"Begini, kalau kita menceritakan salah satu konten digital forensik berbasis CCTV, ada yang selalu saya share kepada media yang namanya 4 R, yaitu, Rentang, Reka, Rangkai dan Runut. Simpelnya, rentang adalah satu runut waktu ke waktu, Reka adalah melihat konten yang ada kira-kira kejadiannya seperti apa, kira-kira dia ini ke mana, kira-kira dia ini dari mana, dia ini di mana. Kemudian kita lakukan rangkaian, siapa yang duluan, habis ini ke mana. Setelah kita rangkai, kemudian kita runut, habis kita runut baru kita selidiki dari kamera mana, kalau yang ini dari kamera mana, jaraknya berapa lama. Dengan mengetahui konten seperti itu, maka kita bisa mendapatkan gambaran yang jelas berdasarkan konten," jelasnya.

"Saya harus menceritakan ini, karena gini lho, kalau ada seseorang saksi ahli yang memeriksa kek gini, dia tidak merasa dirinya iba, tidak boleh mengerti hukum, dia tidak boleh mengenal yang namanya pelakunya, kemudian dia tidak boleh mengikuti segala aktivitasnya, kenapa? tujuannya agar apa yang dianalisa itu menjadi objektif. Jadi pikirannya harus bebas terlepas, dia bisa menceritakan apa yang dia lihat," ujarnya.

"Tapi saat dia mempercayai, mendengar berita, lalu mendapatkan berita acara, kemudian dia mendengar dari orang sekitarnya, otomatis akan terpengaruh, itu yang akhirnya mengganggu seoarang saksi ahli digital forensik,"sambungnya.

Abimanyu mengtakan tidak logis dengan hanya 13 menit rentang waktu kematian Brigadir J dari rumah pribadi dan di TKP di rumah dinas Duren Tiga."Oke, sekarang kita gunakan locus tersebut untuk 13 menit. Mereka untuk pergi keluar, masuk mobil, Jalan, buka gerbang, keluar mobil, jalan, sampai ke dalam rumah dinas, kemudian masuk ke satu tempat. Setelah masuk ke satu tempat, ganti baju dulu, setelah ganti baju kemudian balik lagi ke rumah pribadi.

Apakah betul dalam waktu 13 menit itu bisa dilakukan? Coba reka, apa betul dalam waktu itu yang bersangkutan bisa melakukan ini. Saya tidak bisa bilang ini direkayasa, biarkan bagian hukum itu yang menilai. Kita hanya masuk ke dalam konten, masuk logika apa enggak? gitu lho. Kita tidak boleh menuduh, bahwa ini rekayasa, tidak boleh kan. Jadi dari pembuktian ini kita bisa ketahui bahwa dengan rentang waktu 13 menit tersebut apa yang dilakukan orang itu dan Putri, apakah Putrinya hanya ganti baju kemudian balik lagi gitu? Kalau dari rumah pribadi ke rumah dinas walaupun tidak jauh, kan buka gerbang dulu, ganti baju lagi, balik lagi, naik mobil lagi, jalan lagi, itu hampir satu kiliometer. Kan waktu seperti itu yang kita lihat di kamera. Berarti Putri pergi ke sana hanya untuk ganti baju?"ujarnya.

"Saya mau merangkai yang lain dari Magelang sampai ke rumah pribadi Jakarta Selatan. Dibilang ada sesuatu hal negatif di sana (Magelang) yang semacam melecehkan harkat martabat itu. Perlu diperhatikan juga dengan pangkat di bawah 10 tingkat di bawah suaminya. Mereka berangkat sama dan sampai ke rumah pribadi juga bersama dan masih angkat barang-barang. Ada yang bilang dia enggak bersama, dia sama yang lain. Saya mau kasih tahu semuanya dan lihat pantau CCTV itu sangat kelihatan jelas saat mobil Putri tersebut masuk ke dalam rumah pribadi kelihatan dari kaca. Itu mobilnya nyampe, Putri keluar tak berapa lama si Brigadir J juga keluar dari sana, memang mereka satu mobil kalau dilihat dari analisa rekaman CCTV, ya kan," jelasnya. medan

"Soal tuduhan dugaan pelecehan harkat martabat dari Magelang sampai Jakarta, saya tidak bisa menjelaskan menganilsa karena tidak ada CCTV. Saya hanya menjelaskan konten yang sudah beredar. Kan disebut bukan satu mobil antara Brigadir J dengan Putri gitu lho. Kan ada saksi yang mengatakan mereka bukan satu mobil dari Magelang ke Jakarta. Tapi ini lho yang kelihatan (satu mobil) masa begitu, padahal katanya sudah dilecehkan harkat dan martabat. Kan bukan telematika yang melakukan investigasi tersebut, ini lho yang kelihatan (masih satu mobil) masa begitu (pelecehan)," pungkasnya.

Menurut Abimanyu, saat sesorang sudah melakukan hal negatif apalagi sangat tidak berkenan, seharusnya Sambo komplain saat menerima laporan perlakuan apa yang diterima Putri tersebut. Tapi ini Brigadir J masih boleh masuk ke rumah pribadi, masih boleh masuk ke dalam rumah pribadi dan dites PCR juga, dan tidak ada sesuatu yang dibentak-bentak atau kek gimana. "Nah kita melihat sekarang, kamera yang ada itu hanya menghadap ke garasi kemudian menghadap ke ruang waktu PCR, padahal yang namanya digitial video recorder (DVR), biasanya itu 4 kamera, 9 kamera, atau 16 kamera," urainya.

"Untuk rumah seorang Jenderal, minimal sih 9 kamera ya. Apa kamera tersebut ikut dianalisa oleh pakar digital forensik yang bersangkutan? dari situ akhirnya bisa ketahuan kejadian waktu di sini (rumah pribadi). Misalnya si A masuk dari belakang, apakah dia dari luar, apakah dia dari pintu depan atau pintu belakang, kemudian siapa lagi yang masuk ke ruangan tersebut. Kemudian siapa saja yang datang ke rumah. Nah, informasi ini semua perlu diungkapkan. Dari yang ditampilkan ini hanya dua rekaman kamera. Berarti ada di 7 kamera lainnya. Saya tidak tahu apakah kameranya memang belum diungkap semua," ujarnya.

"Kalau di TKP kan katanya rusak, yang diedarkan ini kan di rumah pribadi, cuma kenapa tdak lengkap kontennya di rumah pribadi itu, gitu lho. Kenapa saya bilang tidak lengkap, yang namanya suatu objek analisa, tidak hanya murni hanya bisa menganalisa tiga objek, contoh PC lewat, J lewat, FS lewat, bukan begitu. Harus benar-benar semua dirunut. Dicari skenarionya, siapa-siapa saja yang lewat di ruangan tersebut pada hari itu. Kenapa ini penting, apabila itu mampu dianalisa maka pengembangan saksi-saksi bisa kelihatan dari CCTV. Karena CCTV ini bisa banyak bicara.

Misalnya di rest area jalan tol, Bharada E katanya ke toilet, kita tak bisa analisa, karena tidak ada kamera. Demikian pula dengan CCTV yang merekam ambulans di Rumah Sakit (RS) Polri Kramatjati Jakarta. Ia mempertanyakan rekaman yang memperlihatkan ambulans yang tidak sampai ke depan Inap Gawat Darurat (IGD). Padahal jika membawa orang seharusnya ambulans berhenti sampai depan IGD. Ia mengungkapkan skenarionya ada CCTV yang rusak. Namun, harus dijelaskan pula di mana CCTV yang rusak dan kerusakan terjadi pada bagian mana.

“Pertanyaannya saat dibilang rusak, media perekam, controller, atau penyimpanan? Kalau media penyimpanan yang rusak, bisa recover, bisa tampil lagi,” tutur Abimanyu.


https://medan.tribunnews.com/amp/202...ang-ke-jakarta


Apakah betul dalam waktu 13 menit itu bisa dilakukan?

Bisa lah pak secara udah di rencanakan..

#1


https://nasional.tempo.co/read/16232...wa-di-magelang

#2


#3


#4



#5
Konten Sensitif



candy.ice
scorpiolama
ferdysambo
ferdysambo dan 4 lainnya memberi reputasi
3
3.4K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.