Di sini ada yang terima gaji pakai PayPal? Gimana kabarnya, udah bisa akses uang bulanan belum? Kalau sudah artinya bagus, kalau belum ya harap bersabar. Belakangan ini memang Kementerian Komunikasi dan Informatika alias Kominfo tengah gencar memaksa situs-situs luar negeri untuk mendaftar dalam program PSE.
Tujuannya sih bagus yaitu untuk melindungi masyarakat saat mengakses platform digital. Kita pasti nggak mau kan kalau tiba-tiba nyasar ke forum judi online atau situs-situs lain yang kredibilitasnya meragukan? Meski demikian diblokirnya beberapa situs yang tidak mendaftar PSE ternyata menimbulkan sejumlah besar kemarahan di berbagai kalangan.
Dan seperti biasa, drama pun terjadi.
Satu drama yang cukup unik meski sudah sering terjadi adalah situs Kominfo yang diretas oleh seseorang yang tidak diketahui, kita sebut saja Mr. Hacker. Kejadiannya sudah cukup lama sih, tanggal 24 Juli, tetapi pesan dibalik serangan ini menarik untuk dibicarakan karena pesannya benar-benar menusuk tepat di kandung kemih.
Mr. Hacker meretas situs kominfo dan mengeluarkan keluh kesahnya di sana. Tidak seperti hacker kebanyakan yang mungkin tidak tahu tata krama, hacker satu ini menyampaikan keluhannya dengan bahasa yang begitu halus sampai-sampai saya yakin dia pasti punya gelar S di belakang namanya (just kidding).
Mr. Hacker menyarankan dalam komentarnya agar Kominfo memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengurus situs-situs lain yang (menurut mereka) tidak pantas. Mr. Hacker dengan terang-terangan menyebut bahwa situs Kominfo sangat tidak aman dan mudah diretas, buktinya dia bisa melakukannya seorang diri. Menurut Mr. Hacker, situs Kominfo yang katanya butuh dana hingga trilyunan untuk membuatnya amat sangat mudah dibobol.
Buat yang belum tahu, situs PSE milik kominfo ini dibuat dengan anggaran senilai 963 Milyar, nyaris satu trilyun. Teguh Aprianto, pendiri Ethical Hacker Indonesia, menyebut bahwa peretasan situs kominfo ini sangat berbahaya sekaligus konyol. Menurutnya sebuah website dengan anggaran hampir satu trilyun seharusnya sangat sulit diretas bahkan untuk sekelompok orang. Dia menambahkan, situs yang mudah dibobol (apalagi tampilannya tidak menarik) seharusnya tak sampai memakan biaya ratusan juta.
Well, tampaknya bukan rahasia lagi kalau kebanyakan website pemerintah itu tidak memiliki kualitas sesuai harganya. Saya punya teman seorang freelancer yang pernah diminta untuk membuat situs Pemda. Saat membuat itu dia disuruh untuk membuatnya semurah mungkin, yang penting bisa diakses, tak perlu keamanan yang terlalu kuat, apalagi tampilan yang menarik. Kira-kira berapa anggaran yang cair untuk website itu? Apakah memang sesedikit itu sampai-sampai meminta seorang freelancer untuk membuatnya semurah mungkin?
Kembali ke Mr. Hacker. Ternyata beliau bukan sekedar orang yang hanya menebar kritik, dia juga memberikan saran bagi Kominfo. Pesannya berbunyi seperti ini; Don’t be a hypocrite, be an example instead. Jangan jadi munafik, jadilah contoh.
Memang ironis, Kominfo bertujuan untuk memblokir situs-situs yang tidak aman tetapi situs Kominfo sendiri sangat rawan dijebol. Bukan tidak mungkin jika seseorang meretas dan mendapat kendali selevel admin lalu melakukan segala hal yang dia ingikan dengan kekuasaan itu. Karena itulah Kominfo perlu berkaca sebelum mengurusi situs lain.
Bagi saya pesan yang disampaikan Mr. Hacker benar-benar mengena. Kritik tidak harus disampaikan dengan barbar, Mr. Hacker menyampaikan saran dan kritiknya dengan cara yang benar-benar tidak bisa diabaikan. Sopan, tapi sangat-sangat membuat malu pihak Kominfo.
Jadi dari sini kita bisa tahu bahwa Kominfo tak bisa diharapkan dalam penanganan internet di Indonesia. Bagaimana bisa mereka menangani internet jika situs mereka sendiri sama sekali tidak aman? Ini sama saja seperti orang paling gemuk menyuruh orang lain untuk diet. Sekali lagi Mr. Hacker benar, munafik.
Sekian dan terima kasih.
sumursumur
... 
