albyabby91
TS
albyabby91
Pengkhianatan Itu Ada Di Mana-Mana, Bahkan Oleh Orang Dekatmu!
Pengkhianatan Itu Ada Di Mana-Mana, Bahkan Oleh Orang Dekatmu!

Cerita ini adalah pengalaman pribadi saya sendiri. So, basically this is a true story. Sebelum memulai bercerita, saya ingin mengatakan satu hal. Jangan pernah mempercayai siapapun selain Tuhan dan dirimu sendiri.

Baiklah, saya akan memulai cerita ini berdasarkan kronologis. Saya adalah seorang pegawai di sebuah instansi pemerintahan. Sehari-hari bekerja mengurusi persoalan administrasi dan surat-surat penting di kantor. Awalnya, saya mengira ini adalah sebuah takdir yang baik. Dimana saya kemudian mendapatkan pekerjaan yang bisa dianggap sangat layak dan juga prestisius bagi sebagian besar orang. Ya, bekerja sebagai pegawai pemerintah memang dambaan setiap orang. Apalagi bagi mereka yang secara ekonomi tergolong pelik dan terlunta-lunta. Pilihan yang paling mudah dan masuk akal adalah dengan mengikuti tes untuk bekerja di pemerintahan. Saya adalah salah satunya. Saya yang oleh Tuhan diberikan kesempatan untuk mengecap pahit dan manisnya dunia pemerintahan ini.

Seperti halnya kebanyakan orang, semua rutinitas awalnya saya jalani dengan sangat bahagia dan tentu saja sedikit jumawa. Dengan seragam yang saya kenakan, muncul kebanggaan dan rasa angkuh. Meskipun hanya dalam hati tetapi rupanya itu berdampak pula secara signifikan pada perubahan tingkah laku dan pola pergaulan dalam hidup saya. Banyak peristiwa yang sebenarnya tidak seharusnya terjadi. Banyak hal-hal yang jika dikenang kembali membuat saya heran, bingung, malu bahkan menertawakan diri sendiri. Sebegitu naifnya saya, sebegitu rendahnya pengendalian diriku. Waktu mengajarkan tentang kedewasaan. Kedewasaan berpikir, berbicara dan bertindak.

Hari demi hari berlalu bagai tak dirasa. Aku dihadapkan pada beberapa peristiwa yang menyebabkan titik balik dalam sejarah perjalanan hidupku. Oleh sebab kemampuanku yang mungkin bisa dibilang lumayan, aku kemudian oleh atasan dipercayakan mengerjakan beberapa kegiatan yang tidak diberikan pada rekan kerjaku yang lain. Boleh dikatakan aku semacam dianak emaskan di kantor waktu itu. Tentu saja, aku merasa sangat bangga, kemudian muncul perasaan superior, memandang orang lain tidak ada apa-apanya. Saya mulai menunjukan sikap acuh tak acuh dan berbuat suka-suka. Kadang tak ada satupun dari nasihat dan masukan rekan-rekan di sekitarku (yang sebenarnya sebagian ada yang peduli dan simpati) kuterima dengan baik. Mereka kuanggap hanya angin lalu, sebab aku sendiri sedang berada diatas angin. Di lain sisi, dengan keadaan yang demikian tentu pada akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial diantara rekan-rekan kerja yang lainnya. Banyak yang mulai mencari cara untuk menjelek-jelekkan (yang sebenarnya saya memang sudah jelek dalam artian sikap dan tindakan) dan berupaya menjatuhkanku. Seperti sebuah ungkapan, air yang diteteskan pada sebuah batu yang keras jika terus-menerus berlangsung dan dalam masa yang lama, lambat laun akan membuat hancur juga batu itu. Itulah yang akhirnya terjadi. Itulah yang akhirnya saya alami dan rasakan. Dan tragisnya, yang melakukan itu adalah sekelompok orang yang selama ini sangat dekat, bahkan sudah saya anggap seperti keluarga sendiri.

Apakah saya menganggap mereka jahat? Apakah ini kesalahan mereka? Apakah saya harus membalas apa yang mereka perbuat? Jawabannya tidak! Sama sekali tidak. Saya malah merasa bersyukur telah mengenal dengan sangat dekat orang-orang dengan berbagai karakternya yang berbeda-beda. Terkadang timbul perasaan sedih, marah, sesal dan rindu yang campur aduk menjadi satu. Bertarung dalam benak dan sanubari yang iramanya menghentak - hentak, mengantarkan pada sebuah kebijaksanaan yang dihasilkan dari sebuah peristiwa maha dahsyat. Mungkin juga ini teguran dari Yang Maha Kuasa, Dia menegur dengan cara yang agak keras. Sebab selama ini semua inderaku seakan tertutup untuk mendengarkan kata-kata hikmah. Hatiku diselubungi nafsu dan noda hitam dosa-dosa yang terus-menerus menjadi hijab, menutupi tabir yang indah, dulu aku pernah merangkainya bersama Tuhanku.
Apa hendak dikata, nasi telahpun menjadi bubur. Kaca yang pecah tetaplah akan menjadi serpihan yang tak bisa di runut dan disatukan ulang. Hanya lapang dada dan kebijaksanaanlah yang membuat saya tegar dan kuat menerima segala hadiah dan bentuk kasih sayang Khalik padaku. Semoga esok, masih ada cahaya baru yang terang - benderang. Tirai ini telah kututup sebagai kenangan. Yang lalu, biarkanlah pergi. Yang kini, biarkanlah menjadi. Terima kasih untuk semua orang dan peristiwa yang pernah berjalan bersamaku. Maafkanlah jika selama kebersamaan kita, aku telah menancap banyak duri. Maafkanlah !!

***
provocator.3301provocator3301bukhorigan
bukhorigan dan 8 lainnya memberi reputasi
9
3.8K
38
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.