albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
GARA-GARA STATUS EMAK #COMEDY
GARA-GARA STATUS EMAK #COMEDY

DI CARI, LELAKI SOLEH, TIDAK SUKA MEROKOK, SUDAH BEKERJA (apa saja yang penting halal), BERAKHLAK BAIK.

UNTUK PUTRI SAYA, YANG TERCINTA. USIA sudah 28 TAHUN, JOMBLO, TIDAK PERNAH PACARAN, KARENA DIJAGA EMAKNYA.

Sebuah status lewat di berandaku. Pertama kali, aku hanya melewatinya saja dan bergumam. 'Ada-ada saja, kelakuan emak-emak jaman sekarang!'

Terus menscroll FB, entah mencari apa. Bersenang-senang, dengan membaca status yang berseliweran. Ada berbagai karakter di dalamnya, terkadang membuatku tersenyum.

Baru saja, ponsel kuletakkan di atas nakas. Pesan datang banyak sekali, hingga notifikasinya tidak berhenti terdengar. Belum juga kubaca pesan yang masuk, satu panggilan telepon mengalihkan rasa penasaran.

"Ris, kenapa lo kagak bilang kalau jomblo. Gue lamar, lo, ya!"

Suara cempreng di ujung sana membuatku mengernyitkan dahi.

"Lamar ... Lamar! Lo pikir gue apaan!" sentakku.

Langsung saja, kuakhiri panggilan dari Ardi, teman kuliahku dulu.

Baru saja kumatikan layar ponsel, sudah ada lagi yang menelepon.

"Assalamu'alaikum, Risma. Apa kabar," sapa Joni, mantan yang belum bisa kulupakan.

"Waalaikumsalam, baik. Ada perlu apa!" jawabku ketus.

Ah, ada apa dia menelponku tiba-tiba, rasa sakit ditinggalkan olehnya masih terasa di sini, ya, di sini di hatiku.

"Bolehkah saya bersilaturahmi ke rumah orang tua kamu, besok?" tanya lagi.

Nyeri, tapi bahagia. Itu yang kurasakan saat ini. Ada rasa tidak percaya dia menghubungiku lagi dan ingin ke rumah. Nyalinya sekarang sudah mulai berkembang, berbeda jauh ketika kami masih bersama. Aku memohon padanya untuk singgah di rumahku, tapi dia selalu banyak alasan. Terlihat, kan ketidak seriusannya. Aku hanya bisa menghela napas panjang.

"Boleh!" jawabku singkat.

Sebenarnya ingin ngobrol lebih lama, tapi ada rasa kesal yang tersisa. Aku pun harus jual mahal dengannya yang telah menyia-nyiakanku.

Rasa haus tiba-tiba, menyerangku. Aku pun berjalan ke dapur dengan memegang ponsel yang masih melekat di telinga.

Bagaimana mana mau kuletakan ponsel ini, di ujung sana hanya diam saja. Aku pun canggung untuk memulai berbicara. Waktu berpisah yang cukup lama, membuat kami tidak banyak berbicara.

"Aduh, Risma. Kamu itu anak gadis! Sesekali kalau hari minggu itu dandan. Ini malah baru bangun!" Duh, ibu ratu sudah memulai ceramahnya.

"Eh, hmmm, ada yang mau di bicarakan lagi?" tanyaku, sembari tangan mengambil gelas.

"Boleh saya berbicara dengan ibu kamu?" pintanya yang cukup aneh.

Karena aku kesusahan, mengambil minum, akhirnya ponsel kuberikan pada ibu ratu tercinta.

"Bu, ada penggemar ibu!" Ponsel pun langsung berpindah tangan.

Satu gelas air dingin menyegarkan tenggorokanku yang kering seperti padang pasir yang tandus, sama seperti hatiku, yang kosong dan hampa, tanpa ada yang melirik.

Langkahku gontai, menuju ke kamar. Tempat yang paling nyaman sedunia. Eh, tapi. Kenapa ibu belum selesai ngobrolnya, apa jangan-jangan Joni jatuh hati pada ratu yang sudah lama menjanda. Apakah aku kalah saing dengan ibuku sendiri.

Dari luar terdengar suara Naya, yang memanggil namaku. Ibu keluar, dan masih mengobrol dengan Joni. Sesekali nampak serius, sesekali terdengar gelak tawa.

"Woii! Kesambet apa lo?" Naya menyapaku.

"Emak gue!" ujarku miris.

Naya menatapku, lalu ke arah ibu secara bergantian. Menelisik apa yang terjadi.

"Naya, gue kayaknya mau punya bokap baru, deh! Tapi calon bokap gue terlalu muda!" Dengan suara serak aku berbicara.

Naya melongo tidak percaya, dengan apa yang baru saja didengarnya. Kemudian dia menarikku masuk ke dalam kamar dan menguncinya.

"Serius, lo? Sumpah demi apa? Enggak bohong, kan?" Pertanyaan beruntun terlontar dari bibir mungil Naya.

Aku mengangguk, dan terisak. Saat ini, aku benar-benar tidak percaya, jika ibuku dan Joni sedang ....

Tidak bisa kubiarkan, aku harus mencegah mereka. Bagaimana mungkin, aku menciun tangan mantanku dan aku harus memanggilnya bapak.

"Tidak bisa dibiarkan, Nay! Gue harus gaet itu laki, biar enggak jadi sama emak gue!" tekadku.

Kulipat kaos lengan hingga pundak, lalu keluar kamar dengan cepat.

"Bu, mana ponsel Risma," Nada suaraku terdengar garang.

"Tu!"  tunjuk ibu, ke arah ponselku yang ada di atas nakas.

"Bu, kalau mau nikah lagi, ibu harus bilang aku! Jangan cari yang usianya setara denganku!" Aku mulai memberi ultimatum pada ibu.

Suara ketukan pintu terdengar, membuatku dan ibu diam sejenak dan kami langsung keluar untuk melihat ada siapa di luar sana.

Begitu aku membuka pintu, banyak orang yang datang. Termasuk Pak Rt dengan anaknya yang sudah menjadi duda dua tahun yang lalu. Laki-laki itu, dengan malu-malu melirik diriku, membuat bulu kudukku meremang. Baju kodok berwarna hijau dan rambut yang dipotong dengan gaya bowl cut membuatku hilang respect dengannya. Bukan kenapa-kenapa, di usianya yang sudah dewasa, tapi gayanya ingin terlihat menarik perhatian.

"Dek, Risma. Mas Pandu mau melamar kamu!"  ucap lelaki di hadapanku.

Sejenak aku terfokus pada giginya yang berkilau, membuat mata sedikit silau.
bukhorigan
penikmatbucin
tumiskecap
tumiskecap dan 15 lainnya memberi reputasi
16
3.1K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.