• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Terlanjur Dieksekusi Mati, Eh.. Ternyata Dinyatakan Tidak Bersalah #KamisKriminal

marywiguna13Avatar border
TS
marywiguna13 
Terlanjur Dieksekusi Mati, Eh.. Ternyata Dinyatakan Tidak Bersalah #KamisKriminal


George Junius Stinney Jr., lahir pada tanggal 21 Oktober 1929 di Alcolu, South Carolina. Ayahnya bernama George Stinney Sr., sedangkan ibunya bernama Aimé Stinney. George juga memiliki empat orang saudara laki-laki dan perempuan yang bernama John, Charles, Katherine, dan Aimé. Ayah George bekerja disebuah pabrik pemotongan kayu, dimana pemiliknya menyediakan rumah sebagai tempat tinggal George dan keluarganya.

George Stinney Jr.

Alcolu sendiri merupakan sebuah kota kecil dimana orang kulit putih dan kulit hitam dipisahkan oleh jalur kereta api. Bahkan, sekolah dan gereja pun dibangun terpisah, sehingga komunikasi antar sesama penduduk kulit putih dan kulit hitam pun terbatas.
Betty June Binnicker dan Mary Emma Thames

Pada tanggal 24 Maret 1944, Betty June Binnicker yang berumur sebelas tahun dan Mary Emma Thames yang berumur tujuh tahun yang keduanya merupakan orang kulit putih, mengendarai sepeda mereka menuju perkampungan kulit hitam untuk mencari bunga.

Ketika Betty dan Mary melihat George dan adiknya Aimè yang sedang berada di luar rumah, mereka berdua kemudian berhenti dan menanyakan pada George dan Aimè tentang keberadaan sebuah bunga yang berjenis maypops.

Sejak saat itulah, Betty dan Mary terlihat untuk yang terakhir kalinya karena keduanya tidak pernah kembali ke rumahnya masing-masing. Mengetahui keduanya dinyatakan hilang, penduduk Alcolu termasuk ayah George, mencari keduanya hingga pada akhirnya mereka ditemukan tewas keesokan harinya disebuah parit dengan kepala yang hancur.

Seorang dokter forensik yang bernama A.C. Bozard kemudian melakukan otopsi terhadap mayat Betty dan Mary, dan menyatakan bahwa mereka tewas karena serangan yang dilakukan secara berulang dengan menggunakan benda tumpul yang diperkirakan berukuran seperti palu. Selain itu, juga dilaporkan bahwa pada tubuh keduanya tidak ditemukan tanda-tanda penyerangan seksual, walaupun pada bagian kemaluan mereka terdapat luka memar.

Petugas polisi Clarendon County kemudian melakukan investigasi dan menemukan fakta bahwa menurut saksi mata, Betty dan Mary terlihat terakhir kali sedang berbicara dengan George. Petugas polisi tersebut kemudian mendatangi rumah George, memborgol dia dan kakaknya yang bernama John, serta membawa mereka ke penjara Sumter County. Dari keduanya, hanya John yang dibebaskan.



Disana George diinterogasi selama berjam-jam di ruang terkunci, tanpa didampingi pengacara ataupun keluarganya. Dan menurut polisi, George mengaku telah membunuh Betty dan Mary setelah rencananya untuk melakukan hubungan seksual dengan salah satu diantaranya gagal. George juga mengaku mengetahui dimana dia menyimpan alat yang dipakai untuk membunuh Betty dan Mary. George mengaku menyimpannya disebuah parit yang letaknya hanya enam kaki dari tempat Betty dan Mary meletakkan sepeda mereka.

Sebulan setelah pembunuhan terjadi, George menjalani persidangannya yang hanya berlangsung satu hari di pengadilan Clarendon County, dimana seorang pengacara kulit putih yang ditunjuk oleh pengadilan yang bernama Charles Plowden, tidak berbuat banyak untuk membelanya. Terlebih ketika tiga orang saksi yang merupakan petugas polisi memberikan pernyataan bahwa George mengakui pembunuhan yang dilakukannya, Charles tidak sedikitpun melakukan perlawanan.

Selama persidangan yang memakan waktu selama dua jam tersebut, Charles juga gagal memanggil saksi kehadapan hakim atau menyajikan bukti yang bisa membatalkan tuntutan. Bukti paling signifikan yang diajukan terhadap George adalah dugaan pengakuannya, namun sayangnya tidak ada catatan tertulis dari George yang mengakui telah melakukan pembunuhan yang terjadi.

Setelah diskusi yang dilakukan hanya selama 10 menit, para juri yang kesemuanya berkulit putih itu menyatakan bahwa George bersalah atas pembunuhan tingkat pertama. Dan pada hari yang sama, hakim menjatuhkan hukuman mati pada George dengan menggunakan kursi listrik.

Pada tanggal 16 Juni 1944, sambil memegang Alkitab, George berjalan menuju ruang eksekusi yang terdapat di South Carolina State Penitentiary di Columbia. George yang hanya memiliki tinggi 155 cm dan berat sekitar 40 kg, dituntun menuju ke sebuah kursi listrik berukuran orang dewasa dan kemudian diikat. Sebuah masker yang terlalu besar juga dipasangkan untuk menutupi wajahnya.

Ketika seorang petugas penjara menyalakan sakelar, 2.400 volt arus listrik kemudian mengaliri tubuh George dan sempat menyebabkan masker yang menutupi wajahnya terlepas. Matanya yang terbuka lebar dan berkaca-kaca, serta air liur yang keluar dari mulutnya terlihat oleh semua orang yang berada di ruangan eksekusi. George dinyatakan meninggal pada jam 7.30 malam, empat menit setelah eksekusi dimulai dan 83 hari setelah pembunuhan terjadi. Dan ketika itu, George masih berumur 14 tahun.

Pada tahun 2004, seorang sejarawan yang bernama George Frierson yang tumbuh di Alcolu, mulai melakukan pencarian terhadap kasus George Stinney setelah dia membaca sebuah artikel tentangnya di koran lokal. Usaha yang dilakukannya menarik perhatian dua orang pengacara di South Carolina yang bernama Steve McKenzie dan Matt Burgess.

Bersama dengan rekan pengacara lainnya, seorang pihak dari kejaksaan yang bernama James Moon, dan pihak lain yang ikut berkontribusi, mereka kembali melakukan pencarian dan penelitian dan menemukan saksi-saksi dan bukti-bukti yang dapat membebaskan George Stinney dari tuduhan.

Kemudian pada tanggal 25 Oktober 2013, beberapa pengacara yang mengatasnamakan keluarga Stinney secara resmi mengajukan banding. Mereka mengklaim bahwa pembunuhan yang diakui oleh George pada saat itu adalah sesuatu yang dipaksakan. Mereka juga memiliki alibi bahwa dihari Betty dan Mary hilang dan kemudian dibunuh, George sedang bersama saudara perempuannya yang bernama Aimé.

Katherine Stinney

Aimè Stinney

Selain itu, mereka menerima informasi bahwa seorang pria yang bernama Wilford Hunter, yang mengaku sebagai teman satu sel George ketika dia berada di penjara Sumter, mengatakan bahwa George membantah telah membunuh Betty dan Mary.

Sebagai tambahan, pernyataan tertulis juga muncul dari seorang pendeta yang bernama Francis Batson. Pendeta tersebutlah yang menemukan mayat Betty dan Mary dan menarik mereka berdua dari parit, dan menurut pengakuannya, saat itu dia tidak melihat ceceran darah diparit itu. Hal ini mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Betty dan Mary dibunuh di tempat lain, namun mayatnya dibuang di parit tersebut.

Setelah melalui masa pertimbangan selama satu tahun, pada 17 Desember 2014, Hakim Carmen T. Mullen membatalkan tuntutan terhadap George Stinney, dan menyatakan bahwa hukuman yang diterimanya merupakan hal yang kejam serta tidak biasa. Selain itu, Hakim Carmen T. Mullen juga menyebutkan bahwa terdapat pelanggaran terhadap hak proses hukum prosedural terdakwa yang menodai penuntutannya.

Saudara-saudara George tentunya sangat senang mengetahui bahwa saudara mereka dibebaskan dari hukuman setelah 70 tahun, walaupun kenyataanya George sudah terlanjur dieksekusi.


Sedangkan pelaku yang sebenarnya menurut Frierson adalah seseorang yang mungkin saat ini sudah meninggal. Orang tersebut kemungkinan berasal dari keluarga kulit putih ternama yang berhasil memerintahkan juri untuk menyatakan George bersalah dan dieksekusi.
Sekian dan terimakasih.


*
*
*
*
*

sumber 1
sumber 2

screamo37
flying_fox
flying_fox dan screamo37 memberi reputasi
63
15.3K
425
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.