aghoraAvatar border
TS
aghora
SEUSAI FAJAR DI PENANJAKAN

(COC) SFTH 2022 - CLBK



PRELUDE
Sabtu sore di penghujung musim penghujan tahun kemarin, aku yang sedang menikmati rutinitas harian sore hari dengan segelas kopi hitam dan camilan serta rokok yang setia menemaniku, menikmati semilir sejuknya senja di teras rumah ibuku, tiap hari Sabtu aku emang kerapkali selalu pulang dan menginap menghabiskan waktuku disini dengan membawa anak dan istriku. Dikarenakan permintaan ibuku dulu, waktu memberiku syarat pas memutuskan untuk hidup mandiri. Beliau mengijinkanku keluar dari rumah untuk mandiri dengan keluarga kecilku tapi di akhir Minggu harus wajib pulang membawa anak istriku.
Sambil mengawasi putri kecilku yang asyik bermain di halaman depan. Sesekali aku mengingatkan dia agar tidak bermain dengan melempar kerikil taman secara sembarangan ke arah luar jalan raya. Mamanya masih belum juga pulang dari kerja, padahal biasanya kalau hari Sabtu, Rara istriku pulang agak siangan, tumben banget dia belum pulang menjelang sore hari. Tadi sewaktu istirahat siang, dia chatting denganku, mengabarkan kalo dia mau nge-mall bersama teman-teman kantornya untuk membeli baju hamil yang akan dikenakannya di hari-hari kerjanya. Ya.. kehamilan istriku untuk anak keduaku sudah masuk bulan kelima.
Tentu aku tak bisa melarang urusan pribadi istriku, walaupun di rumah ada anaknya yang selalu menantinya. Beruntungnya beberapa hari ini aku sedang off dari kerjaan dikarenakan kerjaan di proyekku untuk ke daerah pelosok belum sepenuhnya berjalan lagi. So...here I am... seorang ayah yang sedang gabut dan momong putri kecilnya yang baru bersekolah di TK.
" Yah, adik mau main bola aja...adik bosen main bunga... ga asyik..." Btari berbicara sambil memanyunkan bibirnya tanda dia mulai jenuh sama mainan yang selalu aku arahkan buat anak perempuan biasa bermain, karena sejatinya dia sedikit tomboy dari sejak kecil. Dia hanya menyukai permainan anak laki-laki seperti mobil-mobilan daripada boneka yang umum dimainkan anak perempuan seusianya.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dan tertawa aja melihat tingkah laku lucu putri kecilku ini, sungguh menggemaskan sekali.

" Ya udah sana ambil bolanya.. ! Tapi nanti kalo mama pulang, kamu berhenti main bolanya ya ! Mama kan ga suka anak ceweknya jadi Messi..hahaha..." aku coba mengabulkan segala permintaan putri kecilku yang sangat kusayangi ini karena dialah harta paling berharga melebihi apapun yang kumiliki di dunia ini.
" Asyiiikkk..." Dia berlari melompat kegirangan masuk ke dalam rumah neneknya mengambil bola yang emang sengaja aku taruh semua mainannya yang berbau laki-laki di rumah ibuku.
" Ric..Rico.." ibuku memanggilku untuk masuk sebentar ke dalam rumah.
" Kemaren papanya Siska mampir kesini sama mamanya...ya mampir untuk silaturahmi seperti biasanya...mereka cerita kalo Siska bakalan dipindahkan tugasnya kembali disini, jadi dia bakalan balik ke kota ini lagi. " Ibuku menceritakan ihwal tentang Siska, sahabatku dari remaja sekaligus mantan pacar yang telah kupacari selama hampir 4 tahun.
Aku cuma bisa menghela nafas, terasa begitu berat mengumpulkan kembali memori masa lalu, potongan fragmen-fragmen akan kenangan tentang indahnya tumbuh dewasa bersama orang yang kita sayang, disaat melalui masa sulit kehidupanku menuju fase pendewasaan, dimana kehidupanku berjalan melenceng di jalan yang kata orang adalah jalan "gelap" karena permasalahan kehidupan keluarga yang kualami, sekelebat sekuel-sekuel kenangan tentang sakitnya dikhianati olehnya kembali terlintas, dan yang utama adalah ingatanku tentang sebuah janji yang waktu itu pernah terucapkan bersama.
Siska pernah menjadi sandaran buatku saat aku membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah, dan berbagi beban tentang bagaimana beratnya aku harus menjalani hari-hariku untuk pembuktian kepada keluargaku tentang pilihan hidup yang sudah aku ambil. Siska selalu ada buat mendukungku dengan curahan cinta, waktu dan kasihnya.
Sayangnya...hubungan kami akhirnya menjadi hambar saat dia telah memasuki pertengahan masa kuliah. Aku yang disibukkan dengan pekerjaan full time untuk membiayai kuliahku di malam hari tak punya banyak pilihan untuk selalu menemaninya tiap waktu. Akhirnya dia mencoba mencari pelarian dengan teman kuliahnya di kelas karyawan, seorang pria yang mapan secara karir dan kehidupan. Berbanding terbalik denganku yang hanya bekerja di perusahaan advertising yang kala itu masih membutuhkan jasa tenaga tukang gambar manual, waktu itu emang belum trend digital printing seperti sekarang ini, maka jasa tukang gambar dibutuhkan untuk membuat reklame besar Billboard di jalan-jalan, maupun banner buat spanduk di jalanan.
Maka dengan itu untuk mengisi kesepian waktunya, Siska mencari teman untuk berbagi, dia adalah tipe orang yang harus berbagi cerita, keluh kesah dengan seseorang, dan bukan tipe introvert sama masalah yang dihadapinya . Aku yang awalnya hanya menduga mungkin dia udah bosan dengan keadaan hubungan kami yang seperti ini, juga tak punya banyak pilihan. Aku hanya ingin memperbaikinya nanti saat dia berulangtahun, aku berpikiran akan memberikan kejutan yang akan membuatnya terkesan dan membuat surprise yang tak terlupakan...tapi apalah dayaku...malah akulah yang dibuat surprise dengan situasi di malam kejutan ulangtahun itu...aku yang ingin memberikan kejutan di hari ulang tahunnya harus menerima kenyataan pahit, kekasihku ternyata baru pulang dinner dengan teman prianya itu..waktu memasuki halaman rumahnya, mereka turun dari mobil , berbagi payung bersama dengan bergandengan tangan dan terlihat mesra sekali, serta sangat bahagia. Aku yang sekian lama menunggunya dari sebelum Maghrib, waktu itu hanya bisa menyaksikan dalam deraian hujan deras dari luar depan rumahnya dengan kondisi shock tak terkira. Tak bisa kupungkiri selama berpacaran hampir 4 tahun itu aku belum pernah merasakan kondisi sesakit ini. Maka dengan itulah akhirnya aku memutuskan buat mengakhiri cerita kami yang selama hampir 4 tahun menghabiskan hari-hari bermakna yang terkadang aku kenangkan.
Cukuplah sekelebatan drama air hujan di awal penghujung tahun itu sukses membuatku mellow. Alunan musik saxophone Kenny G yang kusetel sebagai ringtone ponselku berbunyi... seketika itu membuyarkan lamunanku akan kejadian masa lampau dan kembali membawaku kembali di keadaan sekarang.
Ah... rupanya Rara yang menelpon, dia mengabarkan bahwa dia ga bisa mampir ke rumah ibuku, sepulang dari mall bersama teman-temannya dia menumpang temannya dan pulang ke rumah orang tuanya dan menunggu aku dan anakku disana untuk menjemputnya.
-- \m/ --

" Ting tong"
Bel rumahku berbunyi, agak sedikit mengagetkan kondisiku yang sedang agak blank.Oh..aku berpikir ada tamu, mungkin temannya keponakanku, maklum di sebelah rumahku adalah rumah kakak pertamaku, anaknya 3 orang lelaki semuanya, kadang rumahnya dijadikan base camp para remaja-remaja penghobi modifikasi motor, aku berpikiran biarin dia aja yang membuka pintu pagar depan, lagian halaman depan rumah ibuku dengan ruang tamu jaraknya lumayan jauh, buat aku yang sedang malas gerak ini. Di depan juga ada anakku yang sedang main bola dengan anak sepupuku.

" Om, ada tamu tuh buat kamu...tuh orangnya lagi ngobrol sama anakmu di depan.." keponakanku yang paling kecil bicara sambil mencomot sebuah pisang goreng di meja ruang tamu yang disajikan ibuku buat aku.
Dengan agak malas aku berbenah merapikan rambut panjangku yang emang selalu aku urai kalo pas berada di rumah ibuku. Sambil menyalakan sebatang rokok aku bergegas berjalan ke depan menemui siapakah gerangan tamu itu? Dari kejauhan aku lihat nampak sebuah mobil Honda jazz terparkir tepat di pagar depan rumahku.
" Siapa ya?" Batinku bertanya-tanya.
" Yah....ada temanmu nih...adik barusan dikasih pizza, es krim dan kado boneka tuh sama tante ini..." Btari anakku bicara sambil mulutnya sibuk mengunyah pizza yang didapat dari seseorang yang sedang berdiri membelakangiku. Seorang perempuan tinggi semampai berambut panjang.
Ah...aku merasa deg-degan karena aku hapal betul aroma parfum yang semerbak memenuhi udara ini yang sering dipake oleh seseorang yang pernah sangat dekat denganku di masa lampau.
" Hmm...Siska.?? " Terbata-bata aku mencoba mengucapkan namanya, dia membalikkan badan dan tersenyum padaku. Ah... senyum itu... ternyata masih tetap seperti yang dulu, senyuman yang selalu dapat menenangkanku di kala aku merasa sedih, resah, gelisah dan penuh amarah.
" Hai, Erico.. apa kabar?" Dia mencoba maju selangkah ke depan untuk memelukku namun aku memundurkan badan dan itu sudah cukup sebagai tanda buat mengisyaratkan kepadanya agar dia menjaga jarak. Bukannya apa-apa, sekarang situasinya sudah benar-benar berbeda dengan waktu kita masih bersama dulu. Aku adalah pria yang telah menjadi ayah, dan mempunyai komitmen untuk menjaga sikap setia kepada istriku, wanita yang telah kupilih menjadi pendamping hidupku. Walaupun yang aku hadapi itu adalah sahabatku sendiri dan mantan pacarku dulu, yang bagi kami, hal berpelukan adalah sesuatu yang lumrah kami lakukan dulu sewaktu masih bersama. Tapi kalo sekarang..
" Baik..." Kujawab pertanyaannya masih dengan rasa kecanggungan yang luar biasa.
" Tante...ayahku itu ga suka lho sama pizza yang pake keju, katanya ga enak...ayah kan ga doyan sama susu...hahaha..." Untung ada Btari anakku yang mencairkan bekunya pertemuan suasana ini. Mulutnya sibuk mengunyah pizza yang belum juga habis, tapi di tangannya udah memegang 1 potongan pizza lagi.
" Iya,sayang..Tante juga tau kok!" jawab Siska sambil tersenyum manis sekali, dia mencoba meraih dan menggandeng tangan anakku untuk diajak mendekat padanya.
" Yuk.. masuk... ngobrol di dalam aja ya, Sis. " Ajakku sambil beranjak masuk ke ruang tamu.
" Iya, aku ingin sekali ketemu ibumu..sudah lama sekali aku ga mampir ke rumah ini lagi." Siska lagi-lagi menjawab dengan senyuman khasnya sambil bergegas beranjak melangkah ke dalam rumahku sambil menggandeng anakku di tangannya.
Aku coba menenangkan perasaanku yang tak karu-karuan ini, dengan masuk ke belakang rumah mencari ibuku.
Ah... berapa lama ya aku tak bertemu dengan dia? Kami hanya bertukar kabar dan mengetahui info masing-masing melalui kedua orang tua kami yang masih sering bersilaturahmi kalo pas momen hari raya tiba.
" Kamu apa kabarnya? " tanyaku basa-basi ga penting sembari mengambil posisi duduk di hadapannya yang kini sedang memangku anakku di pangkuannya.
" Hmm..kalo dikatakan baik... tidak juga..tapi kalo dikatakan dalam keadaan buruk ya ga buruk amat sih ya... hehehe " jawabnya lagi-lagi dengan senyuman maut itu.
Aku cuma terdiam dan tak bereaksi dengan perkataannya itu, padahal aku ingin sekali menanyakan kepadanya kenapa dia pulang ke kota ini sendirian dan tanpa ditemani suaminya yang notabene aku juga kenal baik, karena suaminya adalah kakak tingkatku di fakultas yang sama denganku.
" Anakmu cantik banget ya...mirip sekali sama kamu cuma beda di mata aja.. matanya khas seperti mata kakak-kakak kamu ya.." Siska memberi sanjungan yang bagiku adalah sebuah sindiran karena dia dulu sangat akrab dengan semua anggota keluargaku tanpa terkecuali, karena bahwasanya dia dulu pernah dianggap sebagai bagian dari keluargaku ini.
" Ehm... Kabarnya kamu kembali ditugaskan balik kesini, Sis?" Aku mencoba mengalihkan topik pembicaraannya yang mengarah padaku.
" Iya..aku balik dimutasi di kantor regional disini.. untuk sementara aku numpang di rumah orang tuaku dulu, sebelum dapat rumah kontrakan yang jaraknya ga terlalu jauh dari kantor."
" Suamimu mana? kok kamu sendirian yang repot mengurus kepindahan, apa dia tetap tinggal di Jakarta? " akhirnya pertanyaan yang mengganjal di pikiranku akhirnya dengan sedikit berani kutanyakan padanya.
" Ehm..aku baru sekitar 4 bulan ini udah resmi bercerai sama Bima, aku ngerasa omonganmu dulu bener banget, waktu aku minta pendapatmu saat mau menikah, mungkin aku terburu-buru mengambil keputusan." Siska menghela nafas berat seakan melepaskan beban yang selama ini dipikulnya.
" _ "
" Dulu itu aku panik sewaktu tau kamu memutuskan buat menikahi Rara, padahal yang aku tau di waktu itu kamu masih putus nyambung dengan dia, padahal aku waktu itu udah berharap akan memperbaiki hubungan kita kembali dan kamu masih memberikan aku kesempatan untuk memperbaikinya.
Apalagi kabarnya orang tuanya Rara kan ga merestui pernikahan kalian karena mereka ga bisa mentolerir perbedaan agama, jadi aku beranggapan peluangku untuk menikah denganmu bisa besar, keluarga kita sudah saling mengenal dari kita remaja
." Siska berbicara sambil melirikku dengan sinis.
" Maafkan aku...kenapa aku dulu yakin buat berjuang bersama Rara untuk menikah.? Kamu kan tau, walaupun dulu aku ga direstui orang tuanya, tapi aku sama dia pacarannya lebih lama daripada waktu kita pacaran..dan dia serius mau berjuang dari nol, dia ga pernah berpacaran maupun berhubungan sama lelaki lain, krn aku adalah yang pertama dan terakhir bagi dia dan yang utama dan yang paling krusial adalah status sosial keluarga kita jauh berbeda, aku hanyalah berasal dari keluarga biasa, sedangkan keluargamu itu hanya bisa dijangkau dengan yang sederajat dengan keluargamu." jawabku dengan intonasi serendah mungkin, biar ga menyinggung perasaannya.
" Oke, aku akuin kok.. aku dulu emang pernah berbuat salah sama kamu..tapi apakah kamu ga ingat? siapa dulu yang mendampingi kamu waktu kamu jatuh di jurang gelap hidupmu? Siapa yang ngertiin siapa kamu waktu kamu menjauh dari lingkungan sosialmu dan dijauhi sama orang-orang dekatmu?
" Terimakasih buat segala yang kamu lakukan padaku dulu, kalo emang itu yang kamu mau meminta imbalan atas segala upayamu dulu..aku bakalan melakukannya..kamu mau minta apa, aku akan mencoba mengabulkan, walaupun kalo secara materi aku yakin kamu ga membutuhkan itu.. " dengan sedikit tersenyum getir, aku jawab semua omongan Siska yang mengingatkan aku pada jatuh bangunnya aku dulu dalam titik nadir karena kehilangan sosok ayahku yang waktu itu begitu krusial di masa remajaku. Emang aku akuin, dialah sosok yang paling sangat berjasa dalam menemani dan menolongku melewati beratnya ujian hari-hari itu.
" Aku hanya mau menagih janji kita itu...karena kalo untuk aku bersaing mendapatkan cintamu kembali..itu tidaklah mungkin, dan mustahil bisa kamu kabulkan." Siska tersenyum sinis, tipis, seakan mengingatkanku pada sebuah janji yang pernah kita ucapkan dulu bersama.
" Tentang menanti matahari pagi di puncak Penanjakan? " Aku terkesima dengan apa yang dia coba arahkan kemana pembicaraan kita. Bagaimana dia masih ingat dengan janji yang terucap lebih dari 10 tahun yang lalu itu?
" Iya, karena ada sesuatu yang ingin kulakukan disini sebelum aku beranjak move on ke kehidupanku selanjutnya, aku ingin menikmati indahnya fajar di puncak Penanjakan bersama orang yang kita sayangi seumur hidup kita, dan itu adalah kamu...." Siska bicara sambil tersenyum getir padaku.
Quote:



" Ndukk..!"Suara ibuku memecah keheningan yang ada antara aku dan Siska
" Ibuuu..." Siska berdiri dan menyambut memeluk ibuku sambil dia menangis sesenggukan, seperti anak yang udah ketahuan orangtuanya berbuat salah.
" Kamu baik-baik saja kan? " Ibuku bertanya sambil tangannya mengelus rambut panjang Siska di punggungnya.
Siska hanya mengangguk tak pasti menandakan jawabannya itu ambigu antara emang baik saja atau enggak keadaannya.
Aku seperti berada di persimpangan jalan antara masa lalu dan masa sekarang.
" Byari..byari...nih ada temannya ayah...kamu sudah salim belum sama tante..? " Ibuku memanggil anakku yang ada di dalam rumah untuk keluar.
" Udah kok,uti...tante tadi malah bawain byari itu pizza, es krim..sama kado itu tuh..." Jawab anakku sambil dia menggelendot manja di belakang pinggang ibuku.
" Hmm..ibu? Ric..? kalo boleh ya.. walaupun sekarang aku belum ketemu istrimu dan belum sempat meminta ijin darinya.. tapi aku minta ijin sama kamu dan ibu, kalo boleh anakmu jangan manggil aku tante ya? Bolehkan ya? Biarin dia manggil aku dengan panggilan mami aja...biarlah dia menganggap aku juga mamanya juga... walaupun mama yang bukan ngelahirin dia...rasanya aku ngerasa anakmu seperti anak kandung yang belum sempat aku lahirkan.."
Siska berbicara dengan terbata-bata sesenggukan seperti menahan emosi yang tertahankan sekian lamanya.
Ibuku yang mendengar itu, akhirnya runtuh juga pertahanannya buat tak menangis di hadapan Siska, bagaimanapun juga Siska pernah dianggap anak oleh ibuku... Dengan terpaksa ibuku juga meneteskan airmata walaupun dipaksakannya untuk tetap tersenyum.
Sedangkan aku? Aku hanya bisa menatap putri kecilku yang cengengesan ga tau apa-apa, belum mengerti bagaimana situasi membingungkan yang menimpa ayahnya ini.
Dilema..ya aku bakal mendapatkan dilema yang sangat berat dalam ujian perjalanan hidupku, Ah...biarlah Tuhan yang maha tahu yang mengetahui segala urusanku, yang penting aku punya niat membayar janjiku, bukan untuk bernostalgia apalagi sampai balik ke urusan percintaan dengan mantan kekasih di masa lalu.
" Baik, aku akan mencoba menepati janjiku padamu, walaupun untuk masalah yang satu ini aku belum bercerita pada Rara. Nanti pada saat yang tepat aku bakalan menceritakan padanya, untuk saat ini aku lebih baik diam dulu karena istriku sedang mengandung di semester kedua. "
" Kita akan berangkat Minggu depan setelah segala urusan kepindahanmu di kantor yang baru selesai. Dan ini menggunakan caraku,dimana ga ada akomodasi ala turis, yang biasa kamu lakukan bila kamu dan keluargamu berlibur, kita bakal melakukannya seperti caraku kalo aku naik gunung, kita akan berkemping di alam terbuka. Setuju ga setuju kamu harus siap, maaf aku bukan orang kaya seperti keluargamu yang bisa seenaknya booking fasilitas hotel untuk mendapatkan liburan
. " ujarku sedikit emosional.
" Kamu kok ngomongnya gitu sih...dulu waktu kita jadian di puncak Penanjakan, kan kita juga berkemping... bukan menginap di hotel .." Siska tersenyum sinis.
" Setelah aku tunaikan janjiku sama kamu apa aku udah dianggap ga punya utang lagi sama kamu..?" tanyaku tertunduk lesu.
" Jangan kuatir..aku ga bakal mengganggu hidupmu lagi, walaupun seharusnya aku memperjuangkan kembali apa yang menjadi hakku dulu.." Siska menjawab dengan mantap.
" Maksudmu? " tanyaku dengan ragu-ragu.
" Aku udah mencoba membuka kembali hatiku pada pria lain..tapi apa yang aku cari selama ini, tak ada aku temukan sama semua laki-laki lain. Cuma kamu pria yang aku butuhkan dan bisa membuatku bahagia seperti dulu.."
" _ "

This is 👉NEXT CHAPTER


NB. Ini adalah true story dari seorang kaskuser, sohib ane, akun dia sedang berhibernasi, ane pernah dpt tantangan dari dia buat menceritakan kisah ruwetnya, istrinya jg kenal baik sm istri ane, tulisan ini dari pov dia yg diceritakan ke ane.

Diubah oleh aghora 06-07-2022 23:30
bukhorigan
akukiyut
akukiyut dan bukhorigan memberi reputasi
22
3.4K
112
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread•41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.