• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Beberapa Syarat Penting yang Perlu Dimiliki sebelum Belajar Ilmu Kebatinan

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Beberapa Syarat Penting yang Perlu Dimiliki sebelum Belajar Ilmu Kebatinan
Resiko Belajar/Praktek Ilmu Kebatinan (Meditasi, Yoga, dsb).

TS masih ingat waktu masih kecil dan dengerin cerita bapak TS tentang ilmu kebatinan. Salah satu pesan bapak TS waktu itu, "Jangan coba-coba belajar ilmu kebatinan kalau belum cukup umur."

Kemudian dia menceritakan beberapa kejadian, di mana seseorang jadi gila setelah mencoba belajar ilmu kebatinan.

Lepas dari pengalaman TS pribadi, setelah TS banyak membaca, ternyata ucapan bapak TS itu ada benarnya. Bahkan sebenarnya bukan memandang dari segi usia, tetapi lebih pada faktor kedewasaan seseorang dan seberapa jauh dia menekuni apapun itu yang sedang dia tekuni.

Agak kontras dengan cara media populer menggambarkan praktek-praktek ilmu kebatinan seperti meditasi, yoga, dsb; yang lebih banyak menunjukkan sisi positifnya saja. Sebenarnya praktek-praktek seperti itu bukannya tidak memiliki resiko.

Tentu saja kalau dilakukan secukupnya, sebagai bagian dari rutinitas harian yang tidak terlalu mendalam, minim kemungkinannya, si praktisi bisa merasakan sisi negatif dari praktek-praktek tersebut. Apalagi di jaman sekarang ini, ketika praktek-praktek tersebut sudah banyak dikupas dari segi kesehatan dan minim sangkut pautnya dengan sisi kebatinannya.

Menurut TS, mungkin itu juga menjadi faktor yang mengurangi resiko negatif dari latihan tersebut.

Meskipun demikian, menurut TS tetap perlu diingat juga, bahwa resiko itu ada. Terutama bagi mereka yang memang sudah memiliki masalah mental, sebaiknya lebih berhati-hati ketika memutuskan untuk mencoba praktek kebatinan tertentu.

Bagi yang masih tertarik, maka menurut TS ada beberapa hal yang harus disiapkan/dipertimbangkan sebelum GanSists mau terjun ke dunia spiritual.


1. Sifat/Karakter Tatag.

Tatag, dalam artian bukan hanya tidak gampang takut, tapi juga tidak gampang gumun, tidak gampang terkagum-kagum pada sesuatu, tidak gampang euforia, dst.

Atau mungkin lebih tepatnya, punya keteguhan dalam berpikir dan merasa, tidak mudah terombang-ambing oleh fenomena yang terjadi di luar dirinya. Sudah mantap pada kebenaran yang diyakini.


2. Sifat sabar/ikhlas.

Membiasakan diri, dalam berproses itu untuk tidak menuntut hasil yang instan. Butuh kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani sebuah laku. Tidak mengharapkan sesuatu yang lebih, daripada yang memang didapatkan dari laku itu sendiri.


3. Kemampuan untuk peka terhadap gejolak dan perubahan di dalam dirinya sendiri.

Sedikit kontras dengan tatag, karena kadang-kadang orang yang tatag hatinya itu tidak peka.

Masalahnya kalau tidak peka, bisa saja, terkadang terjadi perubahan dalam diri kita (yang negatif) tanpa kita menyadarinya. Kita baru tersadar, ketika perubahan itu sudah terlalu besar dan sulit untuk diperbaiki.

Jadi peka akan tetapi tidak kemudian saking pekanya jadi mudah takut pada apa yang terjadi.

Peka dan tatag, saling menyeimbangkan.


4. Skeptis.

Sifat skeptis itu biasanya dianggap bertolak belakang dengan sesuatu yang sifatnya spiritual. Cuma secara pribadi, TS berpendapat bahwa sikap skeptis itu ada perlunya juga dalam menjalani olah kebatinan.

Skeptis yang sehat, membuat seseorang tidak mudah terjatuh dalam "ilusi" atau "halusinasi".

Misalnya, contoh saja, sewaktu meditasi kemudian merasa merinding ketakutan. Orang yang tidak skeptis, mungkin dengan cepat menyimpulkan ada sesuatu yang "jahat" yang sedang menyerang dia.

Padahal kalau dia tatag dan tidak langsung mengambil kesimpulan, melainkan mengamati fenomena dan bagaimana proses "merinding" tadi timbul, bisa jadi hal itu terjadi karena kombinasi dari fisik yang : lapar (sedang puasa),  ngantuk, hawa udara yang dingin, dst. Sehingga muncul perasaan yang demikian. Sesuatu yang bisa dijelaskan secara sederhana secara ilmu pengetahuan yang sewajarnya, tanpa perlu dibumbui sesuatu yang mistis.


5. Pola hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani, kehidupan sosial dan pribadi, dst.

Ini pendapat TS pribadi, bahwa untuk menjalani laku batin, itu sebaiknya orang yang sudah memiliki keseimbangan dalam hidupnya.

Meskipun mungkin dalam menjalani laku batin, seseorang butuh waktu untuk menyendiri, tetapi seorang yang penyendiri punya resiko lebih besar untuk "tersesat" saat menjalani sesuatu seperti ini.

Demikian juga orang yang mager, meskipun kebanyakan laku kebatinan itu menuntut seseorang untuk diam.

----------o---------

Mungkin ada masukan dari GanSists yang lain?







Sumber referensi



1. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17848828/
2. https://www.northpointwashington.com...urvival-guide/
3. [url=https://www.nami.orgS E N S O RNAMI-Blog/December-2016/The-Mental-Health-Benefits-of-Religion-Spiritual]https://www.nami.orgS E N S O RNAMI-Blog/December-2016/The-Mental-Health-Benefits-of-Religion-Spiritual[/url]
4. https://www.livescience.com/52197-re...lth-brain.html
Diubah oleh lonelylontong 04-07-2022 07:22
T2Y
T2Y memberi reputasi
13
6.2K
201
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.