bekticahyopurnoAvatar border
TS
bekticahyopurno
Suami VS Istri Saling Merasa Benar Sendiri, Itu Pernikahan atau Kompetisi?
Hati-ke Hati Seputar Masalah Rumah Tangga


Wanita selalu benar pria selalu salah, apakah itu lucu? Sekilas hanya dianggap sebuah percandan semata, sisanya sebagai sarkars. Nyatanya itu tidak lucu sama sekali, terlebih untuk membina rumah tangga bahagia.

Berapa banyak wanita diberbagai media sosial yang kerap menulis status hingga opini seakan paling benar dan selalu ingin diatas angin. Tidak sedikit dari mereka adalah seorang yang menjabat sebagai istri alias sudah menikah.

Menganggap kesetaraan itu sama persis pada pria padahal secara kodrat pria-wanita sudah berbeda. Misalnya buat apa mengambilkan makan suami kan bisa ambil sendiri. Gantian istri yang kerja suami di rumah urus anak dan memasak. Serta masih banyak lagi hal serupa bertebaran.

Adapula sebahagian berdalih emansipasi wanita sebagai dalil pembenaran sekalipun beda konteks dan diluar subjek permasalahan. Lucu 'kan?

Jika mindset istri seperti itu pada suaminya, biasanya memiliki rumah tangga seperti dalam neraka. Demikian juga pria dalam hal ini suami merasa paling tinggi sehingga wanita seakan begitu rendahan dimatanya.

Mulai dari gasligthing, pelecehan verbal hingga fisik. Padahal pria yang tidak bisa menghargai wanita adalah awal kehancuran.

Saat kedua kebiasan negatif bersatu dalam pernikahan dan keduanya sama-sama merasa paling benar. Maka akan membakar semuanya. Lantas kenapa semua itu bisa terjadi, mau tau atau mau tau banget?

Okey langsung saja, Saling Merasa Benar Sendiri, Itu Pernikahan Atau Kompetisi?

Seperti biasa jangan lupa ikuti akun penulisnya, tersebab itu gratis, cekidot!


1. Pernikahan itu Saling Melengkapi dan Menggenapi



Seorang suami mendapatkan anugrah sebagai pemimpin atau imam dan istri mendapatkan anugrah sebagai ibu atau perempuan.

Kesetaraan itu bukan berarti pria menjadi wanita atau sebaliknya wanita menjadi pria. Kesetaraan adalah menjalankan kewajiban dan tanggung jawab sesuai kodrat, situasi dan kondisi.

Karena sebenarnya pernikahan sendiri adalah sebuah tim kecil untuk membangun peradaban umat manusia, dalam hal ini keluarga. Bisa dikatakan peradaban itulah keluarga.

Hubungan dalam pernikahan terkadang semarak-semruyak bukan suatu masalah. Namun katakan tidak untuk merusak. Kesetaraan cinta artinya saling melengkapi dan menggenapi dari kurang-lebihnya pasangan.

2. Membina Rumah Tangga Bukan Kompetisi



Namanya kompetisi itu selalu ada yang ingin menjadi juara, selalu ada ingin menang. Bagaimana bisa suami dan istri berkompetisi?

Sangat tidak rasional dan jika itu dilakukan hasilnya hanya akan saling menyakiti. Tidak penting siapa benar dan salah, karena yang terpenting rumah tangga selalu bahagia.

Jadi istilah wanita selalu benar adalah mindset berbahaya dan penyakit pikiran. Adanya adalah pria seyogyanya menghargai wanita.

Karena itu sebagai suami ada kalanya diam walaupun dibentak istrinya jika itu bersifat kemesraan. Sementara untuk hal penting dan paling mendasar, harus bisa tegas dan terukur.

Begitu pula jika suami merendahkan istrinya harus diingatkan. Bagaimanapun juga seorang suami merendahkan istrinya sama dengan merendahkan dirinya sendiri.

Saat satya suci pernikahan diikrarkan, maka saat itu pula baik-buruk istrinya adalah tanggung jawab baik di dunia hingga keabadian.

3. Pernikahan Itu Bukan Penjajahan



Sebuah pernikahan seyogyanya suami dan istri berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Menarilah kalian sesuka hati hanya jangan saling menguasai.

Maka disinilah pentingnya kedewasaan keduanya dan sikap saling pengertian. Menerima segala kurang lebihnya pasangan.

Karena bagaimanapun juga kita adalah manusia bukan dewa yang selalu benar, bukan pula iblis pasti salah. Kadang tobat kadang kumat, biasa namanya juga manusia.

Suami jangan taunya minta jatah mulu tanpa peduli kondisi istrinya. Istrinya juga jangan hanya cuan dan cuan belanja saja tanpa tau kondisi pemasukan suaminya.

Semuanya harus bisa memahami dan menyadari tanggung jawab dan tugas masing-masing. Tersebab cinta itu saling memberi bukan menuntut.


4. Komunikasi Adalah Kunci Bahtera Rumah Tangga


Setiap individu itu unik dan berbeda. Oleh karena itu tidak ada satupun rumus pasti yang bisa menjadi neraca rumah tangga ideal.

Masa lalu berbeda, karakter berbeda, segalanya berbeda, bahkan jenis kelamin juga berbeda. Perbedaan itu akan menjadi satu kekuatan saat komunikasi dari hati ke hati terbangun secara intens.

Baik komunikasi secara lesan, komunikasi secara psikologis dalam hal ini pikiran dan komunikasi secara biologis atau bergaul rapat.

Komunikasi juga bisa menjadi jembatan segala perbedaan untuk mahligai dalam satu tujuan. Bersama hingga menua, baik di dunia hingga sesurga.

Komunikasi akan berjalan baik jika keduanya memahami situasi dan kondisi masing-masing pasangan. Jangan sampai suaminya baru pulang kerja, capek. Istrinya lapor yang bukan-bukan ya ujungnya berantem.

Komunikasi juga perlu waktu tepat. Sehingga ujungnya menjadi nikmat.

5. Sabar Adalah Pondasi Rumah Tangga Tangguh



Semua pasangan menikah sudah pasti ingin hidup bahagia. Hanya saja fakta kerap membohongi mimpi, kenyataan tidak sesuai ekspektasi.

Oleh karena itu bersabarlah. Saat pasangan melakukan kesalahan, jangan mencoba langsung berlari pergi. Tersebab kehidupan itu bukan pelarian melainkan perjalanan.

Berikan kesempatan sampai batasan ditentukan. Kecuali sudah tidak bisa diperbaiki ya balikin dealer secara bermartabat.

Sabar itu tidak terbatas, jika terbatas itu bukan sabar melainkan penjara. Artinya mindset sabar bisa dipahami sebagai melepaskan untuk mendapatkan, mengetuk untuk terbukanya pintu, memberi untuk menerima.

Sabar juga merupakan sebuah jalan dharma survival pada diri sendiri. Guna merengkuh pilihan bahagia tanpa batas.

Quote:



Apa Kesimpulannya?

Konten Sensitif


Adalah pernikahan bukan sebuah kompetisi. Setengah dari Siva adalah Sati. Bahkan Adam di surga pun tidak akan bisa menikmati keindahan agung tanpa Eve yang tercipta dari tulang rusuknya.

Artinya menikah itu bukan dua tapi satu. Satu kesepakatan, satu tujuan dan penyatuan penyempurnaan.

Setiap pasangan menikah punya kebahagiaan dan permasalahannya sendiri. Jadi tidak perlu membanding-bandingkan. Jalani saja serta nikmati prosesnya. Ciptakan komunikasi secara intens.

Kebahagiaan itu dipilih bukan pemberian. Bersabarlah sebagai solusi segala masalah dan perbanyak syukur agar rumah tangga lebih makmur.

Bagaimana menurut sahabat kaskuser, punya pendapat lain? Yuk diskusikan di sini. Pembaca bijak meninggalkan jejak agar lebih semarak. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih.

Sumber: Opri
Image : vk
knoopy
cheria021
MOl3nk
MOl3nk dan 16 lainnya memberi reputasi
15
3.4K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & Family
icon
8.8KThread9.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.