• Beranda
  • ...
  • Sundul Bola
  • Mengenal Arrigo Sacchi Sang Pelatih Maestro Dibalik Era Keemasan AC Milan

peteradis
TS
peteradis
Mengenal Arrigo Sacchi Sang Pelatih Maestro Dibalik Era Keemasan AC Milan

Arrigo Sacchi saat melatih AC Milan

Di dunia ini banyak pelatih sepak bola hebat dan ternama, baik karena banyaknya trofi yang diraih maupun karena filosofi serta strategi permainan yang diciptakannya. Salah satu diantaranya ialah Arrigo Sacchi sang maestro dibalik era keemasan AC Milan. Thread ini dibuat untuk para pecinta sepak bola secara umum dan secara khusus untuk para Milanisti yang sedang berbahagia setelah klub idolanya meraih scudetto setelah lama sekali absen juara Serie A. Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.

Arrigo Sacchi terlahir pada 1 April 1946 (saat ini berusia 76 tahun). Sosok bertinggi 1,7 meter tersebut lahir di wilayah Fusignano, Italia.

Sacchi tumbuh besar dengan menyaksikan permainan sepak bola menyerang ala Budapest Honved, Real Madrid, Brazil, dan Belanda. Menyadari bahwa dirinya tidak cukup bagus sebagai pemain, Sacchi memutuskan memulai karir kepelatihannya di usia yang tergolong muda yakni di usia 26 tahun. Sacchi melatih klub lokal, Baracca Lugo. Sebagai pelatih, dia harus berurusan dengan para pemain yang usianya lebih tua dibanding dirinya.

Selanjutnya, pada rentang 1973-1978, Sacchi melatih sejumlah klub seperti Fusignano, Alfonsine, dan Bellaria. Kemudian pada rentang 1978-1982, Sacchi bergabung dengan klub Serie B, Cesena sebagai pelatih tim muda klub tersebut.

Pada 1982-1983, Sacchi mengambil posisi sebagai pelatih kepala klub Serie C1, Rimini. Sacchi hampir saja mengantar klub tersebut meraih gelar liga.

Terobosan karir kepelatihan Sacchi tercipta pada 1 Juli 1983 ketika dia dipercaya menangani tim Fiorentina U19. Keberhasilannya melatih Fiorentina U19 membuat Parma yang bermain di Serie C1 tertarik untuk merekrut Sacchi.

Ketika melatih Parma pada rentang 1985-1987, Sacchi berhasil membawa Parma promosi ke Serie B di musim perdana melatih. Semusim berikutnya, Sacchi hampir berhasil membawa Parma promosi ke Serie A dengan hanya tertinggal 3 poin dari tim yang mendapat jatah promosi terakhir. Saat melatih Parma, Sacchi memimpin timnya dua kali mengalahkan AC Milan di ajang Coppa Italia, 1-0 di babak grup dan 1-0 secara agregat di babak gugur pertama. Silvio Berlusconi yang saat itu menjadi pemilik AC Milan tertarik merekrutnya sebagai pelatih.

Arrigo Sacchi menjabat sebagai manajer AC Milan dalam dua periode terpisah. Periode pertamanya dimulai pada rentang 1 Juli 1987 hingga 30 Juni 1991. Sementara periode kedua dijalaninya pada rentang 1 Desember 1996 hingga 1 Juni 1997.

Ketika pertama kali ditunjuk secara resmi sebagai manajer AC Milan, sejumlah media meragukan kapabilitas Sacchi. Sejumlah media berpendapat bahwa seorang pemain sepak bola yang tidak handal tidak mungkin menjadi pelatih yang sukses. Sacchi membalas ujaran media tersebut dengan ungkapan, ‘saya tidak pernah berpikir bahwa untuk menjadi seorang penunggang kuda handal, seseorang harus menjadi kuda terlebih dahulu.’

Sacchi mampu membuktikan ucapannya dengan langsung membawa AC Milan meraih scudetto di musim perdana melatih, sebelumnya AC Milan telah nirgelar selama sembilan musim. Selain itu, Sacchi juga mampu mempersembahkan gelar Supercoppa Italiana 1988 untuk AC Milan. Lebih hebatnya lagi, Sacchi mampu membawa AC Milan meraih gelar Piala Eropa (kini Liga Champions Eropa) dua musim beruntun 1988-1989 dan 1989-1990.

Sukses besar yang diraih Sacchi di AC Milan di periode pertama kepelatihannya turut dipengaruhi oleh trio pemain Belanda yang dibelinya yaitu Frank Rijkaard, Marco van Basten, dan Ruud Gullit. Selain itu, sejumlah pemain hebat lainnya seperti Roberto Donadoni serta empat pemain bertahan yaitu Alessandro Costacurta, Franco Baresi, Mauro Tassotti, dan Paolo Maldini turut berperan penting dalam sukses tersebut.

Keberhasilan Sacchi membawa AC Milan meraih dua gelar Eropa beruntun menjadikan Milan tim pertama yang mampu melakukannya setelah Nottingham Forest pada 1978-1979 dan 1979-1980. Setelah 27 tahun, Real Madrid menjadi tim pertama yang mampu mengikuti jejak AC Milan.

Kehebatan Sacchi sebagai pelatih tidak berhenti hanya dengan raihan dengan dua gelar Piala Eropa. Dia juga berhasil membawa Milan meraih serta mempertahankan gelar Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental dua musim beruntun yakni pada 1989 dan 1990.

Secara keseluruhan, pada periode pertamanya melatih Milan, Sacchi mempersembahkan satu gelar Serie A, satu gelar Supercoppa Italiana, dua gelar Piala Eropa, dua gelar Piala Super Eropa, dan dua gelar Piala Interkontinental.

Berkat capaian fenomenalnya tersebut, Sacchi mendapat predikat sebagai salah satu manajer terhebat sepanjang masa. Sementara tim yang dilatihnya mendapat predikat sebagai salah satu tim terhebat yang pernah dimiliki AC Milan serta salah satu tim terhebat sepanjang masa.

Saat melatih Milan, Sacchi memperkenalkan strategi anti-Italia. Sacchi menerapkan filosofi permainan menyerang dengan pergerakan pemain tanpa bola yang dinamis. Filosofi yang diperkenalkan Sacchi kala itu diyakini menjadi dasar pengembangan gaya bermain sepak bola modern yang ada saat ini.

Keberhasilannya bersama AC Milan membuat Sacchi dipercaya menangani timnas Italia per 31 Oktober 1991. Saat menangani Italia, Sacchi lebih memprioritaskan pemilihan pemainnya dari para pemain AC Milan, khususnya untuk pemain bertahan yang dihuni oleh Franco Baresi dan Paolo Maldini. Beberapa pemain lain yang juga dipercaya Sacchi untuk memperkuat timnas Italia yakni Roberto Baggio (Juventus), Gianluca Vialli, Giuseppe Bergomi, Roberto Mancini, dan Walter Zenga.

Sacchi berhasil membawa Italia lolos ke Piala Dunia 1994 yang diselenggarakan di Amerika Serikat. Italia mengawali kiprahnya di ajang tersebut dengan tidak mulus, mereka harus mengakui keunggulan Republik Irlandia dengan skor 1-0. Namun akhirnya Italia mampu terus melaju hingga ke final turnamen (pertama kali sejak 1982). Sayangnya, Italia harus mengakui keunggulan Brazil dengan skor 3-2 melalui babak adu penalti.

Selepas Piala Dunia 1994, Italia dibawa Sacchi lolos ke Euro 1996. Namun, sayangnya Italia gagal melewati babak grup setelah kalah bersaing dengan Jerman dan Republik Ceko, dimana kedua negara tersebut mampu terus melaju hingga ke final turnamen.

Sacchi mengakhiri kiprahnya di timnas Italia pada 31 Oktober 1996. Setelah itu, Sacchi bertualang ke sejumlah klub antara lain AC Milan (1996-1997), Atletico Madrid (1998-1999), Parma (2001-2003), dan Real Madrid (2004-2005). Di sejumlah klub tersebut, Sacchi mengemban jabatan sebagai pelatih maupun direktur klub.

Sacchi mengakhiri kiprahnya di duni manajerial pada 2014 dengan posisi terakhir sebagai manajer akademi timnas Italia. Atas sumbangsihnya dalam memperkenalkan filosofi permainan menyerang nan dinamis serta berbagai prestasi yang diraihnya, Sacchi mendapat julukan ‘Sang Nabi dari Fusignano’.

Itulah sosok Arrigo Sacchi sang pelatih maestro dibalik era keemasan AC Milan. Sosoknya serta filosofi permainan yang diperkenalkannya mampu menginspirasi sejumlah pelatih top seperti Jose Mourinho, Pep Guardiola, Juergen Klopp, hingga Jupp Heynckes.


Spoiler for Referensi:


Spoiler for Sumber Foto:
Diubah oleh peteradis 25-05-2022 18:42
provocator3301anggrekbulanemineminna
emineminna dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.2K
12
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sundul Bola
Sundul Bola
icon
5.4KThread5.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.