SEA Games sudah digelar lagi di Vietnam dan menjadi edisi ke 31 sejak ajang olahraga multi-event ini diselenggarakan pertama kali pada tahun 1959 di Thailand. Ajang SEA Games sebenarnya adalah ajang yang ditujukan untuk kompetisi olahraga agar prestasi di negara-negara Asia Tenggara dapat semakin meningkat dan jadi ajang pemanasan menuju Asian Games dan Olimpiade.

Karena negara Asia Tenggara hanya 11 negara maka hampir semuanya pernah merasakan menjadi tuan rumah kecuali Kamboja dan Timor Leste. Sementara itu Kamboja sudah ditunjuk sebagai tuan rumah untuk edisi 2023 mendatang.

SEA Games Vietnam tahun ini sedianya digelar akhir tahun lalu namun ditunda akibat pandemi yang lucunya saat ini kasus lonjakan COVID-19 di Vietnam sedang menggila dan jadi nomor satu di Asia Tenggara.

Ada satu hal yang cukup penting untuk dibahas yaitu apakah SEA Games ini masih menarik dan bergengsi? Mengingat ajang ini terasa serba nanggung dan dalam beberapa edisi selalu hanya menguntungkan tuan rumah saja.

Serba Nanggung


SEA Games tentu saja berbeda dengan Asian Games. SEA Games hanya mempertemukan 11 negara di Asia Tenggara dan yang dapat berbicara banyak di ajang ini negaranya hanya itu-itu saja. Negara lain seperti Kamboja, Laos, dan Timor Leste selalu jadi negara penggembira. Semuanya serba nanggung dan yang mendominasi negaranya itu lagi, itulagi.

Hal itu membuat SEA Games kurang menarik untuk ditonton. Pihak televisi pun hanya menyiarkan cabor-cabor populer saja.

Jadi Ajang "Masturbasi" tuan Rumah

Nah, inilah yang menjadikan ajang SEA Games menjadi dipandang sebelah mata dan tidak menarik lagi bahkan tidak seru. SEA Games kerap menjadi ajang "masturbasi" tuan rumah dengan menjadikannya overproud dan tentu saja melakukan berbagai cara agar menjadi juara umum. Ya, semenjak SEA Games 2001 di Malaysia, tuan rumah hampir selalu menjadi juara umum termasuk Indonesia saat jadi tuan rumah pada 2011.

Edisi yang di mana tuan rumah tidak menjadi juara umum adalah 2009 di Laos, 2013 Myanmar dan 2015 di Singapura. Ketiganya Thailand yang menjadi juara umum. Namun, perlu diingat kalau Laos, Myanmar, dan Singapura bukanlah negara dengan power yang besar untuk memenangkan banyak emas walaupun sudah jadi tuan rumah.

Saat salah satu negara menjadi tuan rumah, mereka memasukan cabor unggulan mereka sendiri untuk mendulang emas sebanyak mungkin sampai mengirimkan atlet dengan jumlah yang sangat banyak.

Sehingga kalau negara unggulan jadi tuan rumah, maka hampir dipastikan akan menjadi juara umum. Ditambah lagi jumlah raihan emasnya juga sangat jauh selisihnya dengan peringkat kedua. Nah, hal-hal seperti inilah yang membuat orang semakin malas mengikuti antuasiasme SEA Games. Yang antusias hanyalah pihak tuan rumah yang mungkin heboh sendiri dan merasa bangga karena sudah jadi tuan rumah dan juara umum, itulah yang dimaksudkan menjadi ajang "masturbasi". Padahal negara lainnya tidak ada yang peduli dengan prestasi yang didapat hanya dengan menjadi tuan rumah.

Saat thread ditulis saja, Vietnam sudah mengantongi 40 emas sedangkan di peringkat kedua dan ketiga ada Filipina dan Indonesia dengan 14 emas. Berbeda jauh sekali bukan? Yang senang dan heboh hanyalah rakyat tuan rumah.

Selain hal di atas, SEA Games juga sering dikritik karena terlalu banyak memasukan cabor yang sebenarnya bukan cabang olimpiade.

Prestasi Indonesia di SEA Games

Menurunnya prestasi olahraga Indonesia memang sudah jadi rahasia umum, apalagi kita sudah kalah oleh Thailand yang olahraganya semakin maju. Terakhir kali Indonesia menjadi juara umum adalah pada 2011 saat menjadi tuan rumah dengan segala carut marutnya.

Sedangkan Indonesia terakhir kalinya menjadi juara umum saat tidak menjadi tuan rumah adalah pada tahun 1993 yang saat itu digelar di Singapura. Sudah sangat lama sekali bukan?

Di saat gelaran SEA Games sudah kurang sehat dan terlalu berpihak pada tuan rumah, maka target tertinggi Indonesia adalah berada di peringkat kedua di bawah tuan rumah.

Nah, gan gimana. Apakah SEA Games ini masih penting dan menarik?

Referensi