• Beranda
  • ...
  • Movies
  • Review KKN di Desa Penari (2022) Adaptasi Viral yang Sayangnya Hambar

cintadineAvatar border
TS
cintadine
Review KKN di Desa Penari (2022) Adaptasi Viral yang Sayangnya Hambar

Agustus 2019 sebuah thread di Twitter yang dibuat oleh akun SimpleMan dengan cepat menggemparkan netizen Indonesia apalagi setelah ramai dibahas oleh para Youtuber tenar seperti Raditya Dika dan Nessie Judge. Sebuah cerita horor yang menggegerkan Indonesia sampai dibaca dan didengarkan oleh puluhan juta orang. Keviralan tersebut lantas terendus oleh studio film dalam hal ini MD Pictures yang mengangkatnya ke layar lebar, tentu saja untuk menuai cuan.

Ketika proses syuting selesai, sialnya pandemi malah melanda dunia dan mengakibatkan perilisannnya harus tertunda selama dua tahun. Akhirnya KKN di Desa Penari yang dirilis pada 30 April 2020 yang artinya berani head to head dengan Dr Strange in the Multiverse of Madness. Lalu, apakah KKN di Desa Penari mampu menjawab ekspektasi penonton?

KKN di Desa Penari disutradarai oleh Awi Suryadi dan skenarionya ditulis oleh Lele Laila dan Gerald Mamahit berdasarkan thread yang dibuat oleh SimpleMan. Ada pun para pemainnya antara lain adalah Tissa Biani, Adinda Thomas, Achmad Megantara, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, Fajar Nugraha, dan Kiki Narendra serta penampilan dari Diding Boneng.

Kisahnya sama persis seperti thread di Twitter. Mengisahkan enam orang mahasiswa yang melakukan KKN di desa terpencil pada tahun 2009. Mereka adalah Nur, Widya, Bima, Ayu, Anton, dan Wahyu. Singkatnya di antara mereka mendapatkan berbagai keanehan di desa tersebut sampai sesuatu yang fatal terjadi. Bagi yang sudah tahu cerita threadnya, maka dalam film ini ceritanya tidak berubah sama sekali, semua plek ketiplek seperti yang ada di thread Twitter dan menjadi salah satu alasan kenapa film ini mendapatkan kritikan.

Pengambilan Gambar dan Teknis yang Memukau

Kita ke yang manis-manisnya dulu alias keunggulan dari film ini yaitu secara teknis seperti desain produksi dan sinematografi yang cakep abis. Mungkin buget besar untuk film ini digunakan sebagian besar untuk itu. Bagaimana mengekspos suasana desa yang terpencil dan sunyi, semuanya berhasil dilakukan.

Penceritaan dan Pengembangan Karakter yang Hambar

Sayangnya, sisi teknis saja tidak cukup. Kelemahan terbesar untuk film ini adalah naskah yang begitu hambar seperti loncat-loncat sehingga penceritaannya menjadi kurang padat, mungkin karena terlalu mengikuti versi threadnya sampai-sampai lupa mengembangkan dan memperbaiki yang harusnya diimprovisasi. Kemudian kelemahan lainnya adalah dari segi pengembangan karakter. Penonton sulit untuk bersimpati dan mengikuti perasaan setiap karakter penting karena memang setiap karakternya tidak dikembangkan dengan baik.

Penonton sulit memahami kenapa tiba-tiba Bima bisa jadi begitu, begitu juga dengan karakter lainnya seperti Ayu. Kemudian hubungan antar karakter juga tidak diekspos lebih dalam lagi, sehingga itu gagal mendapatkan simpati dari penonton. Mungkin tiga puluh menit terakhir lah yang merupakan bagian terbaik dari film ini.

Akting para pemain pun dirasa kurang dapat kecuali para aktor senior seperti Kiki Narendra dan penampilan spesial dari Diding Boneng yang mencuri perhatian.

Sementara itu tokoh Anton dan Wahyu yang diplot sebagai comic relief juga tidak terlalu banyak menonjol kecuali pas bagian Wahyu yang terjebak "genjutsu" di hutan bersama Widya.

Yang paling banyak disorot tentu saja Nur dan Widya karena cerita threadnya sendiri diambil dari sudut pandang mereka berdua.

Tempo yang Lambat dan Sketsa Horor khas era 2000an


Film horor yang bagus adalah yang mampu membuat penonton merasa mengenal dengan baik dan peduli terhadap kerakter utamanya, contoh saja Perempuan Tahan Jahanam (2019) yang mampu memberikan efek psikologi yang ngeri kepada para penontonnya. Nah, itu yang film ini gagal melakukannya. Tempo yang lambat sebenarnya tidak masalah asalahkan berisi dan tak membosankan. Nah, ini isinya adalah adegan yang benar-benar lambat dan banyak adegan ala film horor Indonesia era 2000an yang buang-buang waktu. Ditambah lagi dengan formula jump scare medioker yang banyak salah tempat.

Gimmick versi Uncut dan Cut

MD Pictures merilis film ini dalam dua versi yaitu versi reguler dan versi uncut. Ane nonton yang uncut dan adegan itunya hanyalah sebatas ciuman doang, ya itu saja tidak lebih. Gimmick seperti ini nyaris tidak berguna.

Tetap Layak Tonton

Meski demikian, KKN di Desa Penari tetaplah layak ditonton dan masih lebih baik kalau dibandingkan dengan film horor Indonesia di kelas medioker. Hanya saja turunkan ekspektasi serendah mungkin. Jika agan tak keberatan dengan film horor yang cenderung slow burn ditambah lagi dengan pengembangan karakter meh, maka agan tetap dapat bisa menikmatinya.

Skor dari ane: 6/10

Itu saja review dari ane, semoga kualitas film horor Indonesia bisa lebih baik lagi ke depannya ya gan. emoticon-Big Grin

Referensi
xperyod
ziandika
majaj
majaj dan 29 lainnya memberi reputasi
28
23.7K
148
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Movies
Movies
19.9KThread17.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.