• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • US Airways 1549, Kecelakaan Pesawat Yang Menyelamatkan Banyak Nyawa

ashibnu
TS
ashibnu
US Airways 1549, Kecelakaan Pesawat Yang Menyelamatkan Banyak Nyawa

Sekitar pukul 15:24 pada tanggal 15 Januari 2009, pesawat US Airways 1549 lepas landas dari bandara La Guardia New York menuju Charlotte di North Carolina. Selang beberapa menit setelah lepas landas, pesawat mengalami serangan burung, yang mengakibatkan hilangnya daya di kedua mesin pesawat. Dengan 155 orang penumpang di dalamnya, pilot penerbangan 1549 tidak punya pilihan. Mereka harus mencoba melakukan pendaratan darurat yang sangat berbahaya di satu-satunya tempat yang mereka bisa capai yaitu Sungai Hudson di Kota New York yang padat merayap.

Misteri Mumi Guanajuato

Pada hari itu, penerbangan 1549 dikapteni oleh Chesley Sullenberger yang berusia 57 tahun, seorang mantan pilot pesawat tempur dengan pengalaman hampir 20.000 jam terbang. Bersama Co-pilotnya di kokpit Jeffrey Skiles, seorang pria berusia 49 tahun dengan jumlah total jam terbang yang sama, tetapi  dia belum memiliki pengalaman mengemudikan pesawat Airbus A320. Skiles mengambil kendali pesawat ketika lepas landas.

Jarak pandang pada waktu itu sangat bagus, sehingga pilot dengan mudah mengendalikan pesawat. Setelah 30 detik mengudara, nasib penerbangan 1549 akan berubah secara dramatis. Saat pesawat terus menuju ketinggian, burung besi itu berpapasan dengan kawanan angsa Kanada, beberapa di antaranya tersedot ke dalam mesin pesawat. Kapten Sullenberger sempat memberikan peringatan ada kawanan burung yang terbang. Suara ledakan keras terdengar yang diikuti oleh keheningan yang menakutkan.


Kedua mesin pesawat jadi bermasalah, pilot segera menyadari hal itu, mesin pesawat telah menelan seekor burung di masing-masing mesinnya dan mengakibatkan kegagalan sistem penerbangan. Saat bau avtur memenuhi ruang pesawat, Kapten Sullenberger segera mengambil alih pesawat, sementara Jeffrey Skiles dengan cepat memeriksa daftar kerusakan dalam upaya untuk memperbaiki kegagalan mesin pesawat.

Saat kapten bergulat untuk mengendalikan pendaratan pesawat, Kapten Sullenberger menggunakan radio untuk memberi tahu Kontrol Lalu Lintas Udara tentang apa yang telah terjadi. Kontrol Lalu Lintas Udara menawarkan izin untuk kembali ke La Guardia, tetapi Kapten Sullenberger menolak karena menyadari jaraknya yang terlalu jauh. Sebuah landasan pacu alternatif di Bandara Teterboro ditawarkan namun juga ditolak, Kapten Sullenberger menyatakan bahwa dia tidak mempunyai cukup waktu untuk menuju bandara terdekat.


Karena tidak ada bandara yang dapat dijangkau dari pesawat yang mengalami musibah itu. Upaya yang dilakukan untuk me-restart mesin juga telah gagal. Mereka kebingungan di atas langit kota New York, sebuah lanskap perkotaan yang padat. Hanya ada satu pilihan, Kapten Sullenberger terus berkomunikasi dengan Kontrol Lalu Lintas Udara sebelum akhirnya komunikasi terputus.

Dalam beberapa menit, Sullenberger memutuskan untuk menuju sungai Hudson. Sementara Kapten Sullenberger dan Jeffrey Skiles bekerja dengan panik di kokpit, para penumpang dan pramugari di kabin menjadi semakin waspada. Semua yang berada dalam pesawat menjadi panik, dengan tidak terdengarnya suara mesin dan bau avtur yang tercium semakin menyengat.


Selain itu, beberapa penumpang juga menyaksikan adanya kawanan burung yang terbang berpapasan dengan pesawat melalui jendela dan mereka juga dapat melihat dengan jelas mesin yang rusak. Kapten Sullenberger, berbicara kepada penumpang melalui pengeras suara, memerintahkan mereka untuk bersiap menghadapi benturan. Awak kabin, yang tetap tenang meskipun dalam keadaan seperti itu, memberikan instruksi lebih lanjut kepada para penumpang, mendorong mereka untuk tetap tenang, memasang sabuk pengaman dan bersiap untuk menghadapi guncangan.

Kapten Sullenberger memberikan satu perintah terakhir kepada Skiles. Kemudian, tanpa peringatan lebih lanjut, pesawat US Airways 1549 langsung diarahkan ke Sungai Hudson. Pendaratan yang kasar dengan suara tumbukan yang diikuti oleh perlambatan laju pesawat berlangsung secara dramatis. Pesawat berhenti dan mengambang di atas air, keadaan kembali tenang di permukaan sungai.


Tak lama setelah pesawat berhenti, kru mulai mengevakuasi penumpang. Beberapa penumpang mengalami cedera saat pendaratan, sebagian besar dari mereka masih bisa berjalan untuk dievakuasi. Petugas mengevakuasi penumpang secepat mungkin, menggunakan pintu keluar depan melalui atas sayap pesawat.

Salah satu pintu darurat di belakang pesawat juga dibuka tetapi bagian belakang pesawat terlalu rendah dan hampir menyentuh air, itu bukan jalan keluar yang layak bahkan bisa mempercepat tenggelamnya pesawat yang akan membiarkan lebih banyak air masuk. Penumpang dievakuasi melalui sayap pesawat dan seluncuran tiup dipasang di pintu keluar, yang dirancang untuk bertindak sebagai rakit penyelamat jika terjadi pendaratan di air.


Meskipun sebagian besar penumpang menyelamatkan diri salah satu dari dua rute ini, sejumlah kecil dari mereka ada yang berakhir di air, baik karena mereka terpeleset dan jatuh atau karena takut akan adanya ledakan yang terjadi, mereka ingin menjaga jarak aman antara mereka dan pesawat. Awak kabin membantu semua penumpang di pesawat untuk dievakuasi, termasuk satu penumpang yang menggunakan kursi roda.

Sebelum menyalamatkan dirinya, Kapten Sullenberger memeriksa ke seluruh pesawat sebanyak dua kali untuk mencari jika ada penumpang yang pingsan atau tertinggal. Bahaya dari dampak kecelakaan itu sekarang ada di belakang mereka yang akan segera muncul. Saat itu bulan Januari dan suhu di luar ruangan sangat dingin. Penumpang yang berada di sayap dan seluncuran tidak memakai pakaian tebal untuk menghadapi cuaca dingin dan semuanya berisiko terkena hipotermia. Untuk beberapa penumpang yang terjatuh ke dalam air, bahayanya jauh lebih besar. Untungnya, ada bantuan sedang dalam perjalanan.


Ada dua kapal feri New York Waterways berada di dekatnya ketika pesawat itu tenggelam di sungai. Bersama dengan beberapa kapal lain, mereka berkumpul mengelilingi pesawat yang jatuh dan mulai menyelamatkan para korban. Para penumpang yang telah masuk ke air dibawa keluar dan segera dirawat untuk mencegah hipotermia, sementara yang berada di sayap dibawa ke geladak kapal feri menggunakan tangga kapal.


Kapten Sullenberger memerintahkan agar penumpang yang berada di sayap dievakuasi terlebih dahulu. Perosotan bisa mengambang di air saat pesawat tenggelam, tetapi sayap pesawat bisa tenggelam lebih cepat. Untuk memastikan bahwa tidak ada korban tewas membutuhkan waktu yang lama, karena penumpang diselamatkan oleh sejumlah kapal yang berbeda. 95 orang diberi perawatan medis karena mereka terserang hipotermia. Lima orang lagi dirawat di rumah sakit akibat luka serius. Di antara penumpang dan awak pesawat, tidak ada korban yang meninggal.

Penyeledikan segera dilakukan atas kejadian tersebut. Tertelannya seekor burung ke dalam kedua mesin pesawat dipastikan menjadi penyebab utamanya. Beberapa saran yang diajukan pada Kapten Sullenberger untuk mencoba mendaratkan pesawat di La Guardia atau Teterboro, tetapi ditolak. Setelah Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menjalankan beberapa simulasi. Hasil penyelidikan ditemukan bahwa upaya mencapai bandara akan berakhir dengan bencana total. Meskipun kecelakaan tersebut dapat dihindari, beberapa pelajaran dapat dipetik dari kejadian tersebut. Daftar periksa yang diberikan kepada pilot untuk digunakan jika terjadi kerusakan mesin sebelumnya telah diperbarui, yang ternyata tidak sesuai setelah terjadi kegagalan di kedua mesin pada ketinggian yang relatif rendah.


Penumpang menerima surat permintaan maaf dari maskapai US Airways dan semuanya ditawarkan kompensasi. Meskipun semua penumpang di pesawat itu selamat, kecelakaan itu memang tidak memakan korban jiwa, dengan banyak dari mereka yang selamat menderita gejala Gangguan Stres Pascatrauma. Kapten Sullenberger muncul sebagai pahlawan. Keputusannya yang cepat dan ketenangannya di bawah tekanan telah mencegah terjadinya bencana yang jauh lebih buruk dan tidak diragukan lagi dia berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang. Dia menyatakan bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk membawa penumpang selamat sampai tujuan. Dia dianugerahi medali keberanian oleh Distrik Perlindungan Kebakaran Lembah San Ramon dan diberi kunci kota New York.

Di tengah semua perhatian itu, Kapten Sullenberger menelepon perpustakaan kota untuk meminta maaf karena kehilangan buku yang dia dipinjam. Sebuah buku non-fiksi tentang keselamatan dan akuntabilitas penerbangan, sayangnya buku tersebut tertinggal di kokpit selama evakuasi pesawat dan rusak akibat ikut tenggelam bersama pesawat. Perpustakaan membebaskan denda semua biaya yang terkait dengan kerugian tersebut.


Seluruh awak pesawat juga sempat diundang dalam beberapa acara. Mereka menerima tepuk tangan meriah di Super Bowl dan juga dilantik ke International Air and Space Hall of Fame. Pesawat itu sendiri dibeli oleh museum penerbangan di Charlotte, Carolina Utara. Baik Kapten Sullenberger dan Jeffrey Skiles telah pensiun dari pekerjaan mereka sebagai pilot, tetapi dia juga masih aktif menyuarakan tingkat standar dalam pelatihan pilot dan keselamatan penerbangan.


Peristiwa pada 15 Januari 2009 itu kemudian disebut sebagai peristiwa kecelakaan pesawat tanpa korban jiwa. Untuk melakukan pendaratan air di tengah salah satu kota terbesar di dunia tanpa kematian adalah sebuah prestasi yang fenomenal. Insiden kecelakaan pesawat US Airways 1549 dikenal sebagai peristiwa The Miracle on The Hudson.


KOLEKSI THREAD MENARIK

Quote:
Diubah oleh ashibnu 24-02-2022 07:39
agusrezapratam4rurryadrianprovocator3301
provocator3301 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
6.7K
52
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.