• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Gen Z Rentan Depresi, Benarkah Jadi Generasi Lembek dan Terlemah?

cintadineAvatar border
TS
cintadine
Gen Z Rentan Depresi, Benarkah Jadi Generasi Lembek dan Terlemah?


Banyak orang yang salah kaprah tentang kata "Milenial" yang di mana disematkan ke semua generasi muda termasuk yang masih bersekolah dan kuliah. Padahal keliru, Milenial atau Generasi Y adalah merekan yang lahir antara tahun 1980 sampai 1995. Sedangkan yang dari 1996 sampai 2010 ini disebut dengan Generasi Z atai Gen Z. Generasi Gen Z ini masih banyak yang kuliah sampai masuk awal dunia kerja.

Di Indonesia, Gen Z ini sering kali dicap sebagai generasi paling lemah dan gampang depresi. Generasi yang yang di Twitter terkenal melahirkan banyak istiliah seperti healing, overthingking, insecure, dan masih banyak lagi.

Jika dibandingkan dengan Baby Boomers dan Gen X yang terkenal dengan didikan kerasnya dan Milenial merupakan yang menjadi transisi, Gen Z memang dianggap yang paling mudah tertekan mentalnya dan rentan depresi. Kenapa demikian?

Media Sosial dan Standar Hidup


Gen Z langsung tumbuh ketika internet dan media sosial sudah maju, mereka yang lahir tahun 1996 ketika tahun 2014 sudah berusia 18 tahun dan pada 2014 era digital sudah dimulai. Media sosial sudah mendarah daging bagi mereka. Karenanya di Media Sosial yang serba terbuka, membuat para Gen Z hidupnya seakan harus terlihat seperti yang di Media Sosial. Penuh tekanan, penuh tuntutan, dan seolah harus mencapai target dan apabila tidak maka dicap sebagai orang gagal dan malu di Media Sosial kemudian iri melihat keberhasilan orang di Media Sosial.

Ambil contoh begini deh, tahu Jerome Polin yang merupakan mahasiswa Indonesia di Waseda University, Jepang? Ya, Youtuber dengan otak encer dalam hal matematika ini adalah ikon dari Gen Z. Subscriber dan followernya pun adalah Gen Z dan kebanyakan kaum hawa. Mereka menjadikan Jerome sebagai seorang panutan dan inspirasi serta motivasi (tentu saja tidak salah) dalam hal kesuksesan.

Dalam pemikiran Gen Z yang masih pada muda dan penuh kenaifan, mereka sangat optimis bisa sukses seperti Jerome yang bisa ke Jepang. Tapi mereka melupakan realitas kalau hanya sedikit orang yang bisa seperti Jerome alias kegagalan akan lebih besar peluangnya. Di sini kita lihat kalau Gen Z yang gagal akan rentan depresi dan tertekan, apalagi jika di media sosial mereka melihat keberhasilan orang lain.

Ya, hanya karena gagal dalam hal yang demikian saja, Gen Z ini bisa stres berat lalu curhat di media sosial dengan kata-kata "insecure, depresi, dan healing".

Jangankan itu, ane juga lihat salah satu acara tv yang memperlihatkan seorang pelajar yang baru saja akan lulus SMA dan mentalnya terpuruk. Terpuruk karena apa? Karena bingung menentukan jurusan kuliah. Ajigile, di saat orang lain enggak bisa kuliah karena tidak punya biaya, ini malah terpuruk karena bingung mau kuliah di mana.


Beda Zaman, Beda Didikan


Setiap zaman itu berbeda dan tidak bisa disamakan. Ane setuju karena memang demikian adanya. Tapi ini secara tidak langsung membentuk karakter suatu generasi.

Gen X kita kenal sebagai generasi yang dibesarkan oleh orang tua Silent Generation yang terkenal barbar dan keras. Kenapa? Karena para Silent Generation ini tumbuh besar ketika masa peperangan. Kemudian sebagian Milenial juga sempat merasakan didikan ala militer dari Baby Boomers dan menjadi transisi di mana para orang tua melakukan parenting dan didikan yang lebih modern.

Nah, Gen Z ini begitu lahir sudah di zaman yang berbeda. Mereka kebanyakan dididik dengan berbeda, tidak ada lagi kekerasan. Selain itu mereka hidup ketika semua dipermudah di zaman digital yang tinggal pencet sana pencet sini di smartphone.

Gen Z tak pernah merasakan kesulitan komunikasi jarak jauh seperti yang dialami Boomer, Gen X dan sebagian Milenial. Di saat semua serba mudah, tiba-tiba mereka dihadapkan dalam situasi yang sedikit sulit, maka yang terjadi adalah stres dan mudah tertekan atau mungkin depresi.

Kompetisi yang Lebih Gila


Di saat zaman digital yang lebih mudah seperti bisa bimbel online dan lain sebagainya, justru hal inilah yang membuat kompetisi dan persaingan lebih edan lagi. Ketika semua orang punya akses ke dalam dunia informasi yang luas, maka tingkat kompetitif dalam dunia pendidikan juga semakin tinggi. Begitu pun dalam dunia kerja, tingkat kompetisi semakin tinggi. Membuat orang-orang Gen Z harus gila-gilaan lagi agar dapat mencapai apa yang diinginkan. Kalau gagal? Balik lagi ke poin pertama tadi, yaitu media sosial.

Nah, gan. Kalau menurut agan bagaimana. Apakah benar Gen Z ini adalah generasi lemah? emoticon-Big Grin

Quote:
Diubah oleh cintadine 14-02-2022 12:35
screamo37
6666661234
bimapambudhi
bimapambudhi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
5.8K
158
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.