• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Diiringi Irama Kendang Dangdut Koplo, Si Lumba-Lumba Membelah Hutan Ngawi

deni.ka
TS
deni.ka
Diiringi Irama Kendang Dangdut Koplo, Si Lumba-Lumba Membelah Hutan Ngawi
Hallo gan sist berjumpa lagi dengan TS gan sist, jadi thread ini adalah lanjutan dsri thread naik bus yang sebelumnya. Setelah tiba di Sragen pukul 14.30, saya akan kembali pulang ke Maospati, tentunya masih menggunakan bus. Yang belum baca thread sebelumnya klik di sini.

Perjalanan saya waktu itu bertepatan pada hari Minggu, 16 Januari 2022. Saya turun di pertigaan lampu merah Pungkruk di kota Sragen. Saya kemudian menyebrang ke sisi utara jalan bersama ibu dan seorang anaknya, yang kebetulan meminta bantuan saya untuk menyebrang jalan tersebut.

Setelah sukses menyebrang jalan tiba-tiba seorang bapak yang memakai jaket ojol menawari saya dan ibu yang menyebrang dengan saya jasa ojek. Kami pun kompak menolak, si ibu itu berencana akan mengambil motor di tempat penitipan. Sementara saya berniat mencegat bus untuk kembali ke Maospati.

Waktu itu sudah sore, jadi saya agak was-was karena langit mulai mendung. Meski pepatah mengatakan mendung bukan berarti hujan, tapi terkadang mendung bisa menandakan akan datangnya hujan dan angin kencang. Saya pun meninggalkan pertigaan Pungkruk setelah sempat berbasa-basi dan menolak rayuan gombal ojek pangkalan yang memakai jaket ojol tersebut.

Niatnya ingin leyeh-leyeh di pertigaan Pungkruk sambil menunggu bus, karena terganggu oleh rayuan sang ojek pangkalan, saya pun memutuskan untuk pergi. Tujuan saya adalah mencari minuman dingin waktu itu, setelah menemukan toko penjual minuman saya pun duduk-duduk di depan toko tersebut. Kebetulan toko itu tepat berada di depan jalur bus.

Lima belas menit kemudian belum ada bus berlogo lumba-lumba atau bus dengan tulisan "Mira" lewat, justru banyak bus malam yang berseliweran untuk memasuki pintu tol Pungkruk. Tak lama setelah itu muncul bus Sugeng Rahayu dengan bodi Discovery, saya pun bergegas berdiri sambil melambaikan tangan, tapi sialnya bus tersebut tak mau berhenti. Meski saya sudah mencoba berlari untuk menghampiri.

Saya pun memutuskan untuk pindah tempat mencegat, kali ini saya mencegat di pertigaan yang berada dekat dengan akses tol Pungkruk. Saya berharap dapat naik Mira waktu itu, eh ternyata jodohnya malah lumba-lumba lagi, dan dapat bodi Jetbus lagi emoticon-Nohope

Bus yang saya nailki bernopol W7198UP, dengan baner di kaca depan bertulisakn Kapten Tatto, sepertinya ini bus artisnya SR. Ketika bus datang saya melambaikan tangan dan bus melaju pelan, bus tak benar-benar berhenti jadi saya harus cepat naik ketika Pak Kondektur membuka pintu belakang. Saat naik bus ternyata sudah penuh penumpang, saya pun mengambil duduk di bangku 2-3 yang ada di tengah. FYI gan sist bus yang saya naiki kali ini adalah Sumber Selamat dengan gambar lumba-lumba. Saat ini memang banyak armada Sumber Selamat yang dirubah liverynya menjadi gambar lumba-lumba.


Quote:



Diiringi Irama Kendang Dangdut Koplo



Bus yang saya naiki kali ini dipacu lebih kencang dibandingkan bus yang sebelumnya saya naiki dari Maospati, meski dipacu kencang, bus tidak ugal-ugalan. Beberapa kali Pak Sopir membunyikan klaksonnya, sepanjang Sragen sampai Ngawi, bus yang saya naiki cukup sering membunyikan klakson.

Menyusuri jalur ring road kota Sragen sekitar pukul 14.50 yang sebenarnya cukup kecil menurut saya, karena jalur ini dilewati kendaraan besar seperti bus dan truk. Para pemotor yang hendak menyebrang dari gang-gang kecil di sekitar jalur ini tentu wajib diwaspadai. Saat naik bus ini para penumpang disuguhi lagu "Pamer Bojo" yang diselingi dengan senggakan "cendol dawet", irama kendang dangdut koplo tersebut menjadi pengiring perjalanan para penumpang sampai lepas Pilangsari.

Sekitar 10 menit bus melewati jalur ini, pukul 15.00 bus sampai di perempatan Pilangsari, biasanya bus ekonomi dari arah Jogja akan ngetem di sini, karena mereka tidak akan masuk ke terminal. Di Pilangsari ada beberapa penumpang naik dan turun.

Di Pilangsari tidak sampai 5 menit, bus kembali dipacu ke arah timur menuju Mantingan. Di sini jalannya sudah cukup lebar, tapi masih ada beberapa titik perbaikan. Kalau tidak salah bus ini waktu itu dikemudikan oleh Mas Benny, salah satu sopir yang dikenal kencang di Sumber Group yang masih bertahan. Ciri khasnya memakai topi merah. Biasanya bus ini dikemudikan oleh Mas Hari, mungkin waktu itu beliau sedang libur.


Quote:



Selepas Pilangsari ini saya pindah ke bangku 2-2 di samping bangku saya sebelumnya, dan setelah itu tiba-tiba kantuk menghampiri, alunan dangdut koplo yang cepat serta sexynya pakian para penyanyi yang tampil di televisi di hadapan saya nyatanya tak membuat saya melek. Beberapa kali saya merem melek setelah lepas Pilangsari. Pandangan ke depan yang terhalang baner dan sekat kaca membuat saya lebih memilih untuk tidur waktu itu.

Setelah sempat tertidur, akhirnya saya terbangun saat tiba di lampu merah Mantingan. Saat saya melihat jam ternyata sudah pukul setengah empat kurang lima menit. Selepas lampu merah, bus kembali dipacu kencang. Di Mantingan tidak ada penumpang yang naik atau turun.

Selepas Mantingan bus kembali melaju kencang menembus kawasan hutan Ngawi, di sini bus menyalip konvoi truk-truk muatan besar. Di kawasan hutan ini cuacanya mendung, tapi tidak hujan. Sekitar jam 15.40 bus tiba di Gendingan, di sini ada beberapa penumpang yang naik dan turun.

Selepas Gendingan saya kembali tertidur, ada yang bilang rasa ngantuk itu menular,dan setelah melihat penumpang di kanan dan kiri saya tertidur. Saya pun ikut tidur juga emoticon-Hammer (S) Terbangun lagi saat sampai Sidowayah, di sini tampak ada SR Disvovery yang saya tadinya hendak saya ingin naiki berhenti menaikkan penumpang. Bus yang saya naiki lalu bablas mendahului bus tersebut, ternyata cukup kencang juga Mas Benny kali ini dalam mengemudi, sampai bisa menyusul bus di depannya.


Quote:



Saya terbangun saat sampai di kawasan Glodok, yang merupakan kawasan pabrik gula. Itu artinya sebentar lagi saya akan tiba di tujuan, saya melihat jam dan menunjukkan pukul 16.20. Selepas Glodok ini bus dipacu santai, dan sekitar pukul 16.30 bus tiba di terminal Maospati.

Bus waktu itu tidak masuk terminal, hanya parkir di dekat lampu merah. Saya pun mengakhiri perjalanan tanpa tujuan ini di Maospati, untungnya waktu itu belum hujan, meskipun cuacanya mendung.

Oh ya gan sist, tarif Maospati-Sragen adalah Rp 27.000. Sedikit saran, bagi yang ingin naik bus ke arah Surabaya dari Sragen, saya pikir lebih baik menunggu di perempatan Pilangsari. Karena di sana bus sudah pasti berhenti, kalau di sekitar Pungkruk agak rawan, karena bus benar-benar belum berhenti sempurna saat penumpang hendak naik, jadi wajib untuk berhati-hati.

Saya menikmati perjalanan kali ini, sesuai ekspektasi, karena Sragen-Maospati hanya satu setengah jam saja. Bagi yang perjalanan cepat dan nyaman, SS dengan nopol W7189UP ini TS rekomendasikan di jalur Surabaya-Jogja.

Murah, cepat, nyaman, tidur nyenyak. Nikmat mana lagi yang kau dustakan ?




Quote:




Sumber Tulisan: opini dan pengalaman pribadi
Sumber Foto: milik pribadi
Diubah oleh deni.ka 26-01-2022 13:52
bromocoolemineminnacheria021
cheria021 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
5.9K
49
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.