Sudah 15 tahun lebih lumpur Sidoarjo menjadi cerita yang masih berlanjut. Meskipun ceritanya tidak selalu ramai diulas di media. Tragedi lumpur Sidoarjo merupakan tragedi yang tidak terlupakan bagi orang Indonesia, bahkan bagi dunia, terkhusus bagi orang Sidoarjo yang terdampak.
Meskipun ini adalah sebuah bencana yang katanya ada keteledoran dari prosedur pengeboran, ada pula yang menganggap ini terjadi karena faktor alam.[1] Biarlah itu diurus oleh para ahli yang lebih kompeten untuk menemukan apa penyebab pastinya bencana nasional ini.

Semburan lumpur panas di lokasi pengeboran milik PT Lapindo Brantas yang terjadi sejak tanggal 29 Mei 2006 ini, berakibat menenggelamkan sejumlah desa di Sidoarjo, Jawa Timur, dan kemudian dijadikan tempat wisata bagi mereka yang ingin melihat secara dekat bagaimana dahsyatnya bencana alam ini terjadi.
Masalah ganti rugi yang rumit menjadi salah satu masalah yang lebih dari 10 tahun tidak kunjung selesai. Kurang tahu lagi di umur 15 tahun ini, apakah sudah selesai semua atau belum.
Dengan adanya lumpur yang begitu banyak dan terus keluar dari dalam perut bumi, banyak sekali penelitian yang mengkaji kandungan lumpur lapindo ini. Tujuannya jelas, untuk memanfaatkan lumpur ini menjadi sesuatu yang ekonomis. Kalau bisa, menjadi sesuatu yang bisa diekspor ke negara lain.
Dengan adanya penelitian yang berkelanjutan dan dilakukan oleh banyak ilmuwan, baik itu oleh mahasiswa untuk keperluan penulisan jurnal ilmiah, atau ilmuwan yang fokus meneliti lumpur lapindo ini. Akhirnya Badan Geologi Kementerian ESDM Temukan Kandungan Logam Langka di Lumpur Sidoarjo ini dan ini menjadi kabar yang sedikit menggembirakan bagi Indonesia. Karena lumpur yang tidak tahu mau dibuat apa ini, memiliki kesempatan bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis.
Para peneliti menemukan adanya kandungan logam tanah jarang di lumpur lapindo ini.[3] 

Emang seberapa bernilainya logam tanah jarang ini? Sangat bernilai agan aganwati. Logam tanah jarang ini diperlukan untuk membuat baterai isi ulang untuk mobil listrik dan hybrid, membuat keramik canggih, membuat komputer, pemutar DVD, turbin angin, katalis dalam mobil dan kilang minyak. Masih banyak lagi kegunaan dari logam tanah jarang ini.[2]

Para ilmuwan dari Badan Geologi Kementrian ESDM ini sebenarnya sudah menduga adanya kandungan ini pada tahun 2020. Namun, pada tahun 2021, mereka mulai mengkaji lebih detail lagi apa kandungan di dalam lumpur lapindo ini. Meneliti lebih jauh lagi, ada berapa ton kandungan logam tanah jarang di dalam lumpur lapindo ini.
Jika memang ada banyak, bisa jadi Indonesia bisa menyaingi China sebagai negara pemasok 82% logam tanah jarang di dunia. Sisanya adalah Australia, Rusia, Brasil dan India.