• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yang Kini ditelan Zaman

cintadineAvatar border
TS
cintadine
Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yang Kini ditelan Zaman


Saat ini para musisi Indonesia lebih mudah memasarkan karyanya karena dunia teknologi sudah maju dengan adanya media platforn streaming atau pun bisa langsung di upload di Youtube bagi mereka yang doyan cover lagu. Meski demikian, rilisan fisik masih tetap ada walaupun peminatnya sudah tak sebesar dulu lagi. Namun untuk artis luar negeri seperti Korea dan Jepang, rilisan fisik dalam bentuk CD masin banyak peminatnya karena memiliki nilainya tersendiri. Bagi mereka yang beli CD, yang diincar bukanlah mendengarkan musiknya karena toh sudah sangat mudah untuk mengaksesnya di media streaming, melainkan untuk mengoleksinya.

Selain CD, dulu media untuk menyimpan dan menjual album adalah dalam bentuk kaset pita. Kini tentunya sudah tak ada lagi kaset pita baru yang dijual. Diketahui, di Indonesia kaset pita terakhir kali beredar pada 2008. Ketika Peterpan merilis album Sebuah Nama Sebuah Cerita.

Kaset Pita



Kaset Pita pertama kali diperkenalkan pada 1963 oleh Philips sebagai pengganti piringan hitam. Harga produksinya yang lebih murah memungkinkan industri musik untuk menjual karya lebih banyak menjangkau kalangan. Di era 70an, kaset mulai menjadi umum di industri musik hingga era 90an. Sedangkan di era 2000an, kaset berbarengan dengan CD menjadi media yang sangat populer sebagai penjualan album musik. Penggunaan kaset kian populer seiring dengan munculnya Walkman di era 90an.

Sedangkan di Indonesia, kaset menjadi hal yang umum sebelum zaman digital. Bahkan pembajakan kaset kala itu juga tumbuh pesat sampai para musisi bekerja keras untuk mencegah pembajakan tersebut. Di era kejayaan kaset di Indonesia, harga CD juga dinilai lebih mahal dan dianggap menyasar kalangan menengah ke atas.

Ada empat tipe kaset yang sempat beredar namun hanya tiga yang benar-benar bertahan lama. Yaitu:

Tipe I, disebut juga pita ferro. Kaset tipe ini terbuat dari film plastik berjenis poliester dan dengan lapisan magnetij. Menggunakan bahan dasar gamma ferric oksida atau Fe2O3, tipe ini paling sering diedarkan sebagai kaset kosong untuk berbagai keperluan. Selanjutnya tipe II disebut juga dengan kaset tipe chrome dan memiliki kualitas rekaman yang lebih baik. Tipe III tidak bertahan lama dan yang paling baik kualitasnya adalah tipe IV yang terbuat dari partikel logam metal.

Kaset Pita di Indonesia



Di era 50an merupakan awal industri musik tanah air dan mulai muncul perusahaan rekaman milik pemerintah. Di era tersebut tentu saja menggunakan piringan hitam dan hanya orang-orang kaya yang mampu membelinya. Barulah di era 70an, kaset mulai populer. Perusahaan rekaman bernana Remaco mengalami kerugian karena pembajakan piringan hitam yang disalin ke dalam kaset. Namun Remaco segera memproduksi kaset dan sejak saat itu kaset semakin banyak beredar di Indonesia.

Hingga di era 80an, piringan hitam semakin terkikis.

Kaset pita yang dulu digunakan memiliki dua side. Side A dan side B, ketika kita membeli kaset baru berupa album musik. Yang pertama kali bisa diputar adalah side A, dan ketika side A selesai diputar, maka kita harus membaliknya ke side B dan putar lagi.

Dulu pada umumnya para artis, perusahaan rekaman, atau musisi bisa menyisipkan 9 sampai 12 lagu dalam satu kaset. Major label yang sudah besae besar memesan pembuatan kaset agar dipaskan dengan jumlah lagu agar tak ada bagian yang kosong.

Kaset yang terbuat dari pita ini harus disimpan dengan hati-hati karena mudah kusut apabila kita iseng menyentuh bagian pitanya, apalagi sudah dijangkau oleh anak-anak.

Bajakan vs Original



Di era 2000an, harga kaset album musik original adalah sekitar 15 sampai 20 ribu rupiah. Ane masih ingat sodara ane saat itu beli album Dewa 19 yang Cintailah Cinta sekitar 2003 harganya kalau tidak salah 18 atau 20 ribuan. Sedangkan untuk kaset bajakan, harganya hanya 5 ribu perak dengan kualitas seadanya. Dulu sih ane lihat kaset bajakan ini suka nangkring di pinggir jalan seperti DVD bajakan dan bisa dicoba dulu sebelum dibeli karena tak ada segelnya.

Untuk yang original, kemasannya pun lebih berkualitas dan di dalamnya ada booklet eksklusif berupa ucapan terima kasih musisi, gambar, dan tentunya lirik lagu. Hal inilah yang memberikan kesan eksklusif bagi para penikmat musik saat itu.


Penurunan Popularitas



Band era 2000an seperti Peterpan, menjadi salah satu pelaku industri musik Indonesia yang merasakan masa akhir kejayaan kaset. Karena di era 2000an penggunaan kaset sudah mulai berkurang dan beralih ke CD yang harganya sudah mulai terjangkau. Sejak 2006-2008 kaset mulai menghilang di Indonesia. Terlebih, pemutar media digital seperti MP3 player mulai menjamur dan lebih praktis.

Bahkan di 2010an CD juga penjualannya menurun walaupun masih bertahan hingga sekarang.

Nah, gimana gan? Ceritakan pengalaman agan tentang kaset di sini. emoticon-Big Grin

Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pita_kaset
materaitempel
yasyah81
yasyah81 dan materaitempel memberi reputasi
2
3K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.