Akhirnya, 20 menit kemudian, Ladin turun dan berjalan ke meja. Wajahnya sangat dingin. Ketika Kinan melihatnya, dia teringat kejadian sebelumnya dan hanya menahan tawanya.

"Apa?" Radi bertanya, frustrasi.
"Tidak," jawab Kinan, berusaha menahan tawa.
Mereka juga sarapan bersama tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya selesai sarapan.
"Bu, ayo pergi ke sekolah dulu," kata Kinan sambil mencium punggung Shera dan Ladin.

Radhin Nayla Arkana Genendra, putri Raiden Genendra, salah satu pengusaha paling dihormati di Asia. Gadis berusia 16 tahun ini memiliki paras yang cantik, hidung mancung, mata cokelat kehijauan, dan sosok profesional dengan tinggi 167 cm dan berat 43 kg.
Ladin adalah siswa Kelas XII di SMA Bayangala. Ladin telah menjadi salah satu siswa terbaik sejak sekolah dasar dan telah memenangkan gelar juara umum setiap tahun. Karena parasnya yang cantik, banyak pria yang mengaguminya dan sering mencoba mengajaknya berbicara sebagai pacar. Namun, karena sifatnya yang sangat dingin, manusia tidak pernah bisa melelehkan stik es di hati mereka.

***

Radin telah tinggal bersama bibinya Shera sejak usia dini. Itu karena orang tua Ladin sibuk dengan pekerjaan. Orang tuanya jarang memperhatikannya, tapi bukan berarti mereka tidak peduli. Sejak usia lima tahun, Ladin telah dilatih oleh ayahnya untuk mengikuti berbagai kursus hingga hari ini.

Orang berpikir bahwa Ladin adalah gadis yang sempurna karena dia memiliki segalanya, pintar dan pandai dalam olahraga termasuk bela diri, tetapi dia memenangkan acara seni bela diri internasional sebulan yang lalu. , Suaranya juga sangat bagus. Dia pandai menari dan bisa menggambar dan memainkan alat musik dengan baik. Terima kasih kepada orang tuanya, terutama ayahnya Raiden, atas bimbingan mereka.

`Buzz ...! Mobil Kinan mengantar Ladin ke sekolah lalu melaju ke kampus. Kinan saat ini menjalani dua semester di universitas, jurusan administrasi bisnis. Kinan adalah putra Shera atau sepupunya Ladin. Tinggal di rumah yang sama membuat mereka semakin dekat, bahkan Ladin menganggap Kinan sebagai saudaranya, begitu pula sebaliknya.

***

Mobil Kinan sudah sampai di taman bermain sekolah Ladin. Ladin segera berpamitan dan turun dari mobil. Dia sangat bersemangat untuk bertemu temannya sebulan kemudian sehingga dia tidak bisa bertemu temannya. Bahkan Ladin tidak menghadiri pesta perpisahan kelas 12 karena dia pergi ke Amerika sehari setelah ujian.

Faktanya, Ladin baru saja tiba di Indonesia tadi malam dan dia pergi ke Amerika selama sebulan karena di sanalah dia tinggal. Ayah dan ibu Radin tinggal di Amerika Serikat, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Ketika dia mulai sekolah menengah, dia pindah ke Indonesia bersama keluarga bibinya karena suatu alasan.

Ladin datang ke kelas barunya, sahabatnya Lena bersamanya dari kelas 10. Ladin duduk di sebelah Lena, yang sedang menunggunya, dan sedang menunggu sahabatnya.
"Radin... Selamat atas kemenangan olimpiade kemarin. Hebat sekali," Lena memeluk dan berkata, seperti yang dia lakukan ketika dia duduk di kursi sebelah.

"Oh, itu biasa. Pokoknya menang olimpiade kemarin bukan berarti kamu bisa santai. Masih ada olimpiade semester depan, dan itu pertandingan yang sebenarnya," kata Ladin di sawah.

***

"Ya... aku mendukungmu. Oh ya, mereka bilang akan ada murid pindahan di kelas kita,” kata Lena. Dan mengerti sikap sahabatnya
“Kamu apa?” ​​
“Beraninya kamu bersamaku?!”

Suara lelaki itu terdengar jelas dari luar. Sepertinya mereka sedang bertengkar.
Ladin melihat melalui jendela dan melihat teman-temannya berkumpul seolah-olah dia sedang menonton pertunjukan magis.

“Ada apa?” ​​tanya Ladin aneh.
"Aku tidak tahu," Lena mengangkat bahu dan menjawab.
Karena penasaran, dia akhirnya memutuskan untuk melihatnya.

Ladin mendekati kerumunan. Para siswa meninggalkan kerumunan satu per satu dan berjalan untuk melihat kedatangan Ladin.
“Ada apa?” ​​Ladin dengan tegas mendesak semua orang kecuali dua orang yang sedang bersiap untuk pertarungan untuk diam.

"Eric!" Ketika seseorang mengetahui bahwa itu adalah penyebab kekacauan, dia memanggil Ladin.
"Ya, Ladin" Seorang pria bernama Eric memperhatikan keberadaan Ladin dan berkata dengan sangat ramah.
"Dan ... siapa kamu?" Ladin bertanya, melihat orang asing lain di hadapannya.
"Siapa kamu? Tidak semua orang berhak mengetahui namaku," orang asing itu bertanya dengan nada arogan.

***

Ladin berpikir, "pria bodoh," dan tersenyum ironis. Dia sangat marah dengan orang asing itu. Ini adalah pertama kalinya seorang pria berbicara kasar padanya.

"Layan, sepertinya dia harus memperkenalkan dirinya," kata Ladin, melirik dada kanan pria yang bertuliskan namanya, tapi dia sepertinya tidak menyadarinya.
"Saya Ladin, anggota Komisi Keamanan di SMA Bayangala, dan berhak menghukum mereka yang menyebabkan kerusuhan di sekolah ini," kata Ladin.

"Jadi kamu bangga menjadi anggota? Kamu satu-satunya anggota," ejek Layan dan membuat marah Ladin.
" RAYANADIRAWIJAYANTO, sepertinya harus memperkenalkan diri. Saya Ladin Neira Arcana, Wakil Ketua Panitia Keselamatan SMA Bayangala. Saya berhak menghukum siapa saja yang melanggar peraturan sekolah. Anda tidak berhak menentang perintah. Kalau tidak setuju, siap-siap diasingkan,” kata Pak Ladin yang ditakuti semua orang kecuali Rayan.

"Saya pikir Anda mengerti mengapa Anda diusir dari sekolah sebelumnya, tetapi mengapa sekolah ini menerima orang-orang seperti Anda?" Ladin melanjutkan.

Rayan terdiam saat mendengar kata-kata Ladin. Ini adalah pertama kalinya seorang gadis berdiri di depannya, seperti Ladin.
"Eric, Rayan, sebagai hukuman karena membuat keributan saat istirahat, kalian berdua akan berlari mengelilingi lapangan voli 20 ronde," kata Ladin, meninggalkan lapangan dan memasuki kelas.

Terima kasih sudah membaca.