Kita sering mendengar, membaca dan melihat berita tentang artis yang terlibat prostitusi online. Harganya bisa dibilang cukup fantastis, terlebih artis yang cukup banyak penggemar pasti bisa menjadi simpanan para pejabat, setidaknya lebih bermartabat dibandingkan harus menjalani kehidupan sebagai wanita kencan semalam.

Dalam dunia pejabat menurut orang awam adalah hal lumrah bila di dalam transaksi gratifikasi, kolusi, korupsi menyelipkan psk untuk memperlancar tujuan yang disepakati bersama. Tapi itu katanya orang awam, belum terbukti dan memang susah mencari bukti karena setiap psk yang terjaring nama pemesan tidak pernah diangkat dalam berita, entahlah padahal yang harus diputus demandnya namun yang diurus lebih banyak ke supliernya.



Masih kata orang awam, transaksi ilegal adalah permainan kotor para koruptor, agar tidak terdeteksi sedang ada deal proyek-proyek yang sedang dijalankan.

Kenapa psk bisa berada dilingkaran koruptor?

Suap kepada pejabat bila dengan uang akan beresiko tinggi, kalau tertangkap tangan bisa repot urusan. Maka jasa psk dipakai untuk memuluskan cara transaksi ilegal, tentu saja fasilitas ditanggung pengusaha yang ingin memenangkan tender, atau apapun itu tujuannya.

Disini Robby Abbas membuka tabir gelap psk dengan level high class, namanya juga cari uang, cari untung.





Ini sedikit cerita pengakuan dari mantan mucikari kelas wahid, tentu saja apa yang dikatakan orang awam itu bisa benar, bisa juga salah!

Karena sekali lagi disini yang kita bahas adalah benarkah pejabat di pusaran gratifikasi prostitusi online?

Jawabannya susah untuk diterka, karena mucikarinya ditangkap, psknya pun namanya tersebar, namun yang menjadi masalah sekali lagi pelanggannya tidak ada sama sekali yang dibuka ke depan publik.



Maka publik pun bertanya siapakah pelanggan psk kelas atas ini? Begitu bijakkah penegak hukum hingga tak mau membuka tabir dari pelanggan yang sudah berjasa bagi nusa dan bangsa, karena di tangan mereka roda ekonomi berjalan dengan cepat.

Sebenarnya penegak hukum itu bingung kalau masuk gratifikasi sex bisa dijerat, tapi kalau memakai uang pribadi tak ada hukumnya, karena walau dibilang negara ini religius tapi penerapan hukumnya lebih sekuler dari negara sekuler. Hal ini karena kiblat KUHP adalah negara Belanda. Pembuktiannya itu yang berat, lalu bagaimana dengan seksnya apakah menyalahi aturan hukum?



Di Indonesia tak ada hukum yang mengurusi seks suka sama suka, hanya saja ada hukum adat dan tradisi, kecuali dari seks tersebut ada pihak yang dirugikan baru bisa mengajukan delik aduan ke kepolisian terdekat.



Walau orang awam geram, kenapa nama pelanggan tak pernah diungkap! Yah, jawabannya sih simple, mafia dan uang bisa berkuasa menjadi Tuhan di manapun kamu berada.



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik
Pic : google