amethystiaAvatar border
TS
amethystia
Romance (GoodNovel) - Kesalahan yang tak terhindarkan - Ch 10.
Bunyi alarm di Hp Ana pagi itu sudah mulai berdering. "Sial gue belum tidur dari semalam!" Rutuk Ana pada dirinya sendiri.

Dia hanya menangis semalaman dibalik selimut tebalnya. Dengan langkah gontai Ana menuju kamar mandi. Dia berfikir lebih baik melupakan masalahnya dengan Rico terlebih dahulu dan fokus terhadap projeknya kali ini.

Setelah selesai mandi, dia bergegas melihat Hp nya. Belum ada satu pun pesan dari Rico membuatnya menjadi lebih sakit.

Dengan sisa tenaganya dia mulai memakai baju dan bersiap-siap untuk pergi ke taman kota.

Kali ini Ana pergi dengan ojek online, karena merasa bahwa dia tidak akan bisa mengendarai motornya dengan baik.

Tak berbeda jauh dengan Ana, Novan yang baru terlelap setelah lewat tengah malam. Bangun dengan sedikit lemas dan lebih murung.

"Gue harus minta maaf kali ini sama Ana." Dia sudah sangat membulatkan tekadnya untuk mengakhiri permainannya. Dia merasa tidak enak bila terus membuat Ana menjadi tidak nyaman.

Dilain tempat terlihat Rico yang masih tertidur diantara teman-temannya. Sepertinya semalam mereka melakukan pesta kecil-kecilan.

Terlihat dari beberapa minuman dan makanan yang berserakan dilantai.

Saat itu juga didekapan Rico tengah tertidur seorang wanita yang berbeda lagi dari kemarin.

Sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah salah satu dari para wanitanya Rico.

***

Satu persatu anggota sanggar hadir dipertemuan tersebut.

“Van, kamu lesu banget gitu kenapa?” ucap Fitri. Dia sedikit khawatir ketika Novan datang dengan mata yang kurang tidur.

“Biasa fit, abis main game kemarin malam begadang.” Novan tersenyum kecut. Dia sudah sangat capek hanya untuk berpura-pura tersenyum. 

Dia berbohong pada fitri. Novan tidak mau menyebarkan rumor yang merugikan Ana nantinya.

Ana pun tiba dengan penampilan yang sangat lesu. Dia menyapa dengan sangat lemas. “Pagi semua!”

Mendengar suara Ana, Novan pun segera berbalik. Dia melihat Ana begitu berantakan, matanya bengkak seperti habis menangis semalaman.

Tatapan mereka sempat bertemu namun Ana langsung mengalihkan pandangannya dan duduk.

“Pagi kak,” jawab Fitri semangat. Dia mengerutkan keningnya dan kembali bertanya. “Sekarang kak Ana pun datang dengan sangat lesu. Jangan bilang kak Ana main game juga sama dengan Novan?”

Mendengar ucapan Fitri membuat Ana menoleh kepada Novan. Dilihatnya penampilan Novan pun tidak lebih baik darinya.

“Pagi semua, sorry telat nih gw,” sapa Izal. Dia adalah orang yang terakhir datang.

Melihat Novan dan Ana yang sama-sama dalam keadaan muram membuat izal bertanya-tanya. ‘Nanti siangan deh gw tanya mereka kenapa.’ Dia pun duduk dan mulai membuka diskusi.

“Membahas pertanyaan yang kemarin. Untuk photographer nya, kita nanti  bakal collab sama komunitas foto yang Ana kenal yah.” Izal mulai menerangkan perlahan tentang konsep project mereka. 

Ana mengangguk pelan. Dia membalas dengan lemah. “Ah iya Zal, tar gw keep in touch lagi sama mereka buat mastiin lagi.”

“Sip Na santai, anak-anak juga masih dipersiapan awal kan?” tanya Izal.

“Iya kak, aku aja malah masih bingung milih perannya yang mana.” Novan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. 

“Tenang Van, santai aja rata-rata ini project pertama kalian. Jadi pastiin pilih yang bener-bener kalian suka yah.” ucap Izal. Dia pun melanjutkan perkataannya. “Oh iya kita break dulu yah satu  jam, makan dulu.”

“Nanti jam tiga kumpul lagi disini yah,” ucap Ana.

Novan yang hendak mendekati Ana harus mengurungkan niatnya terlebih dahulu. Novan pun pergi meninggalkan mereka untuk membeli makan siang.

Terlihat Izal sedang mencoba bertanya pada Ana. “Na, lu kenapa. Abis nangis semalam?”

“Gapap Zal, gw lagi banyak pikiran aja.” Ana tersenyum pada Izal. Berusaha menyembunyikan perasaannya. 

Izal menepuk bahu Ana pelan. “Lu kalau ada apa-apa ngobrol aja. Gw kan juga temen lu.”

“Iya Izal, udah yuk cari makan. Gw mau beli makan banyak buat naikin mood.” Ana kemudian berdiri mengajak Izal pergi.

Dia membeli banyak sekali makanan manis. Benar-benar terlihat seperti orang yang patah hati. Itulah yang ada dibenak Izal saat itu. Namun dia tidak berani menanyakan hal yang lebih pada Ana.

Izal adalah teman yang sangat menghargai privasi orang. Maka dari itu dia akan tetap diam dan menunggu sampai temannya itu bercerita.

Waktu istirahat sudah berakhir mereka pun kembali bertemu untuk membicarakan kesimpulan akhir. Tidak begitu lama akhirnya semua selesai pada jam enam sore.

Satu persatu anggota kelompok mulai berpamitan untuk pulang.  Akhirnya Izal memberanikan diri bertanya pada Ana. “Na lu pulang sendiri? Gak dijemput Rico?”

Mendengar nama Rico, membuat raut wajah Ana yang tadinya mulai membaik menjadi muram kembali. “Gak Zal, gw balik sendiri.”

“Yaudah lu hati-hati yah gw duluan,” ucap Izal.

Novan masih menunggu kesempatan yang pas untuk berbicara dengan Ana. Kini hanya tinggal Novan dan Ana yang tersisa.

Novan merasa ini waktu yang pas untuk menyelesaikan semua nya. Dia pun mendekati Ana. “Kak Ana aku mau ngom.” Belum sempat Novan menyelesaikan perkataannya.

Ana segera menyela perkataan Novan. “Van, bisa kita bicara berdua?”

Novan kaget. Dia sudah sangat oasrah dengan apa yang akan terjadi. “Oke kak, mau dimana? Disini aja?” 

Ana melihat sekeliling. “Kita cari tempat yang agak sepi, disini terlalu rame.” 

“Oke kak kalau gitu,” jawab Novan lesu. 

Mereka pun pergi ketempat yang lebih sepi berdua. ‘Apa kelakuan ku kemarin membuatnya berantem dengan pacarnya yah. Aku harus benar-benar minta maaf telah menganggu hubungan mereka’ pikir Novan. 

Setelah menemukan tempat yang pas kini mereka berdua duduk dibangku taman. Tidak ada dialog apapun diantara mereka berdua.

Sambil menarik nafas panjang dan mendongakan kepalanya keatas, Ana mulai memejamkan matanya. Dia seperti sedang meyakinkan dirinya dengan apa yang akan dia katakan pada Novan.

Novan hanya bisa menatap Ana dalam-dalam. Novan berfikir, mungkin ini adalah momen terakhir mereka bisa duduk berdua bersama menikmati sore hari yang begitu damai ini.

Sama seperti awal mereka bertemu. Akhirnya Ana pun terlihat sudah yakin dengan apa yang dia pikirkan sejak tadi. Kini Ana berbalik dan menatap Novan.

Dia yang sedari tadi menatap Ana pun terlihat seperti maling yang baru saja kepergok. Melihat hal itu tanpa sadar Ana tersenyum tipis.

“Sebenarnya,” ucap Novan dan Ana berbarengan. Mereka kemudian terdiam sejenak. 

“Kamu dulu Van,” sambung  Ana.

Novan memainkan jari-jari tangannya. Itu adalah kebiasaan ketika dia sedang gugup. “Aku mau meminta maaf sama kak Ana. Kayaknya aku selama ini udah bertingkah keterlaluan. Terutama saat terakhir kita ketemu. Aku udah lancang sama kakak, aku siap kok kakak maki saat ini.” 

Ana menatap Novan yang sedang tertunduk lesu. “Apa kamu beneran nyesel Van?” 

“Iya Kak, aku gak akan lakuin itu atau ganggu kakak lagi.”  Novan tertunduk. Dia tidak berani menatap Ana. 

“Kalau gitu coba angkat kepalamu. Ucapin itu sekali lagi sambil lihat aku,” pinta Ana.

Novan pun mengangkat kepalanya, dia kaget dengan pandangan Ana padanya.

Tidak ada sedikitpun kemarahan nampak diraut muka Ana. Kini mereka saling bertatapan satu sama lain.

Ana mulai mengangkat tangannya, dia mengelus muka Novan pelan. Sangat lembut, membuat seluruh tubuh Novan memanas.

Tepat ketika sentuhan tersebut berhenti dibibir Novan, Ana mulai berbicara. “Apa tawaranmu yang kemarin masih berlaku Van?”

Mendengar hal itu mata Novan membulat tak percaya.

Ditengah keputus asaannya, Ana malah memberikan jawaban yang benar-benar dia harapkan. “Udah gak bisa yah?”

Alih-alih menjawab. Novan bertanya kembali kepada Ana. “Aku boleh mencium mu kak?”

“Eh, kenapa kamu,” belum sempat Ana menyelesaikan perkataannya.

Novan telah mencium bibir Ana dengan sangat cepat. “Apa itu bisa menjadi jawaban kak?”

Dia segera menggenggam kedua tangan Ana. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Seakan tahu apa yang sedang diinginkan masing-masing.

Ana mulai menutup matanya ketika Novan mendekatkan dirinya.

Kini bukan lagi ciuman lembut seperti tadi. Tangan Ana mulai merangkul leher belakang Novan, begitupun Novan yang mulai mendekap tubuh Ana.

Seakan tak memberi kesempatan untuk Ana bernafas. Dia mulai menjejalkan lidahnya kedalam mulut Ana dalam sekejap.

“Haaa, hmmmm,” erang Ana pelan.

Novan terus menghisap mulut Ana, membuat mereka benar-benar terlarut dalam ciuman.

Dia terus melumat lidah Ana seakan-akan bahwa itu hanya untuknya. Tangan Novan yang satu kini menangkup pipi Ana, sedangkan yang satunya mulai mengelus punggung Ana.

Itu adalah ciuman terdalam dan terlama yang mereka lakukan dan terjadi terus menerus berulang kali.

Pintu neraka pun telah benar-benar terbuka dihadapan mereka kali ini.


***
Hallo
Akhirnya update lagi juga
Buat yang gak sabar nunggu update selanjutnya
Bisa langsung baca di apk/ web GoodNovel yah

Kesalahan yang tak terhindarkan
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
462
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.