jalantengah132Avatar border
TS
jalantengah132
Sekarang, kita semua geeks

JON Katz punya versi tersendiri menggali akar dari kolonisasi dunia online dan konflik yang terjadi saat ini. Ia menjelaskan hal itu melalui kisah Jesse, Eric, Jason dan para “geeks” di era 90-an dalam bukunya “Geeks, How Two Lost Boys Rode The Internet Out of Idaho” yang diterbitkan tahun 2000.



“Geeks”, artinya di google translate adalah “kutu buku”, atau dalam konteks ini lebih tepatnya adalah “kutu komputer”. Gambaran umum geeks, secara fisik biasanya bertubuh kecil, ringkih, dan umumnya berkacamata. Di sekolah-sekolah Amerika, geeks adalah sasaran empuk korban bully atau kekerasan yang dilakukan teman-temannnya sendiri.

“Satu hari waktu kelas dua,” tulis Jason pada Katz, “Saya duduk di kantin sekolah, menyaksikan anak-anak di meja lain tertawa dan bergembira, saya hanya ingin cepat pulang bermain Quake. Tiba-tiba saya sadar. Saya adalah geeks. Saya tidak akan bisa seperti mereka.”

Bagi yang lain, tulis Katz, kesadaran itu bisa lebih dini atau karena setelah mendapat pengalaman buruk. Saat masih SMP, kita menjadi objek kelakar, dan kita berdoa bisa selamat dari tindakan  bully saat pelajaran olah raga. Keterasingan itu bisa berlangsung sebentar, atau bisa seumur hidup.

Hanya ketika berada di kamar, komputer dengan segala kekuatannya menjadi jalan keluar dan status baru, atau lebih dari itu.  Akumulasi kesendirian, kecewa dan luka, membuat para geeks membangun dunianya sendiri, dunia teknologi dan jejaring. 

Bersamaan dengan itu, teknologi semakin berkembang dan menjangkau hampir seluruh ruang kehidupan nyata. Di bukunya tersebut, Katz memaparkan bahwa di akhir 90-an saja, industri teknologi di Amerika saja, mempekerjakan 4,3 juta orang, dan memerlukan 190 ribu tenaga kerja baru per tahun. Secara nyata, tulis Katz, geeks kemudian membangun ekonomi global baru, mengkonstruksi dan mengembangkan internet dan world wide web, sekaligus menjaganya.

Katz menyebut fenomena ini sebagai kebangkitan kaum geeks. Geeks diberinya definisi baru, yaitu masyarakat yang berpusat pada teknologi dan tetap menyimpan kekecewaan pada sistem sosial.

Kekecewaan pada sistem sosial pada masyarakat geeks, antara lain menelurkan sebuah istilah populer, yaitu hack, dan pelakunya disebut hackers. Hack atau hackers ini memiliki makna tersendiri di kalangan geeks yang sangat berbeda, dibanding arti negatif umumnya sebagai sesuatu yang merusak.

Di kantor facebook, misalnya, coretan-coretan di dinding bisa berganti, tetapi kata ‘hack’ tidak dihapus hingga beberapa tahun berdirinya perusahaan geeks terbesar di dunia itu.  Dalam sebuah wawancara televisi yang diunggah ke situs youtube sekitar tahun 2011, pewawancara bertanya pada pendiri facebook, Mark Zuckerberg. “Saya melihat kata ‘hack’ di mana-mana, bukankah ini berkonotasi negatif?”

Zuckerberg, kemudian menjawab, “Ketika kami bilang hackers, definisinya berbeda, bagi kami ini sebuah pujian... melakukan hack sesuatu berarti membangun sesuatu yang baru dengan cepat.”

**

Setelah dua dekade berlalu, geeks bukan lagi orang seperti Jesse, Eric atau Jason. Komputer dan internet, tulis Katz, mentransformasi semuanya. Nyaris tidak satu orang atau institusi pun yang tidak tersentuh, ilmuwan, akademisi, artis, pengacara, wartawan, dokter hingga pelajar sekolah.

Komputer tidak lagi terbatas pada wilayah milik para ‘kutu komputer’, tetapi menjadi tempat masyarakat berinteraksi. “Mereka semua adalah geeks,” kata Katz.
Dunia yang terbangun bersama dengan “kebangkitan geeks” meluas, dan mengkolonisasi sistem-sistem sosial yang telah lama ada. Sistem transportasi publik yang telah lama dikeluhkan, misalnya, di-hack: dibangun ulang dengan cepat melalui sistem online.

Namun, kolonisasi ini bukannya tanpa perlawanan. Di garis depan antara kolonisasi teknologi dan sistem lama yang berupaya  mempertahankan diri terjadi konflik – nyata dan bahkan bersifat fisik. Pada awal ada ojek online, beberapa tahun lalu di Tangerang misalnya, konflik terjadi sampai berdarah-darah, sebelum akhirnya diberitakan menandatangi kesepakatan damai.

Pada konflik ini, respon masyarakat sangat rasional, dengan menuntut perbaikan sistem angkutan massal, dan sejauh ini tidak yang berani bersuara menuntut penghapusan total sistem online. Bagaimanapun kolonisasi teknologi ini memang sulit dihindari, apalagi jika sistem yang di-hack melahirkan sistem yang lebih baik. 


Sekarang, sebagian kita telah menjadi bagian dari masyarakat geeks itu sendiri.***
telu.suri
sukmasenja
tukangtato
tukangtato dan 2 lainnya memberi reputasi
3
804
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Out Of Topic
Out Of Topic
20.7KThread1.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.