tadihujan007Avatar border
TS
tadihujan007
Sebuah Kisah Pendek Misteri Berjudul "Salah"
Siang ini tepat hari kamis, gue bersama tiga kawan seperjuangan gue sedang merencanakan perampokan yang entah keberapa saking banyaknya pencurian yang kita lakukan jadi tak bisa dihitung.
 
Kami sekarang sedang berdiri melingkari meja bulat agak besar  yang di tengahnya telah tersedia peta hologram bergambar denah rumah yang akan kita rampok.
 
----
 
Jam di tangan gue menunjukkan pukul 00.01. Kami berada di mobil yang melaju dikendarai si Coki salah satu kawan gue sama si Rana yang duduk di sampingnya, sementara gue sama Si Tora merebah pantat di kursi belakang.
 
"Jor, udah mau tiba, siap-siap," ucap si Rana tiba-tiba. Gue yang fokus menatap kaca samping langsung ngangguk paham.
 
Kuda bermesin kami berhenti di depan gerbang besar sebuah rumah. Segera gue keluar—dengan muka yang telah ditutupi topeng badut—untuk mengecek situasi sekitar.
 
Mata gue memandang dari balik pagar, tepat di sana ada bangunan dua lantai persis dengan foto yang pernah dipotret si Coki. Keadaan di dalam rumah itu gelap cuman lampu depan yang nyala. Mungkin benar kata si Rana kalau pemiliknya sedang pergi ke luar negeri, tapi gue harus mengeceknya dahulu.
 
Ketiga kawan gue turun dari mobil terus menyorot pakai senter, gue yang merasa kondisi sudah aman langsung mengacungkan jempol. Si Tora, si Coki, sama si Rana menghampiri sambil bawa peralatan.
 
Kami sudah masuk ke halaman berumput ini dengan mudah. Anehnya enggak ada satupun kamera canggih di rumah segede ini. Biasanya juga kalau bangunan mewah yang selama ini kami rampok dipasang banyak alat keamanan, makanya kami punya benda-benda canggih. 
 
"Wah beruntung banget, gue di sini kagak usah ngurusin kamera," ujar si Rana kegirangan.
 
"Woi, nanti aja ngerayainnya," timpal si Tora ngomel. 
 
"Kagak ada alarm juga," ujar si Rana lagi sembari memainkan tablet canggihnya.
 
Sesampainya di depan bangunan, si Coki mengisyaratkan kalau kami harus berpencar. Tanpa harus diperintah lagi, sesuai rencana gue sama si Tora harus langsung ke lantai atas, ssmentara si Coki sama si Rana masuk lewat pintu depan.
 
si Coki telah melubangi pintu dengan laser. Mereka segera duluan masuk.
 
"Sial, kenapa gue lupa minta alat buat manjat," gumam gue sembari menunggu si Tora cari tangga.
 
"Ketemu nih," ucap si Tora yang entah muncul dari mana sembari memanggul benda panjang. Gue sedikit terkesiap. Dia bergegas memasang tangga besinya. Kami segera naik buru-buru.
 
Kebetulan enggak ada alarm, gue pukul saja kaca jendelanya. si Tora duluan masuk, gue membuntuti.
 
Baru kali ini gue terperanjat karena lampu ruangan kamar ini nyala otomatis. "Padahal gue udah biasa ngeliat lampu kaya gini masih aja kaget,” gumam gue ngomel sendiri.
 
Mata si Toro berkilau setelah melihat barang mahal dan langsung menggasaknya, tapi gue harus terus memperhatikan sekeliling supaya fokus pada target.
 
"Ayo, kamar ini bukan buruan kita," ajak gue. Si Tora malah sibuk memilih-milih barang.
 
Gue dorong daun pintu, lalu keluar. Gue pandang ke bawah, si Coki sama si Rana sibuk sedang melaser beberapa pintu. Padahal gue barusan membukanya mudah.
 
Si Tora kali ini sudah pindah ke ruangan berikutnya. Gue ikut masuk, kemudian melirik sekeliling enggak ada yang rahasia di sini.
 
Sekarang peta sudah gak berguna karena cuman menunjuk ruangan-ruangan yang telah kami buka. Kalau sudah begini, satu-satunya cara adalah mencari ruangan yang ada jalan rahasianya, kata si Coki saat rapat kemarin.
 
Tak berapa lama, ketika gue sama si Tora sibuk membuka sisa pintu-pintu ruangan atas si Coki bicara lewat alat yang menempel di kuping, gue lupa nama alatnya apa.
 
"yoi," balas gue singkat
 
"Gue udah nemu jalannya. Ganti."
 
"Gue ama Jordi segera ke sana. Ganti," serobot si Tora.
 
Cepat-cepat gue sama si Tora turun lewat tangga pualam.
 
Kami berempat sudah masuk ke bawah tanah lewat tangga besi yang kini di atas kepala gue. Tangan gue yang penasaran menyentuh dinding, gue langsung tahu kalau terowongan agak sempit ini terbuat dari baja. Kali ini kami berjalan sambil berbaris.
 
Tiba di ujung lorong kami langsung terdiam. Gue terbelalak saat melihat gunungan emas di sebuah ruangan besar. 
 
"Kita masukin kantong sebanyak-banyaknya!" teriak ketiga kawan gue sambil lari. Tanpa pikir panjang gue mengikuti mereka.
  
Gue pun memasukan benda mahal ini ke dalam tas gendong sebanyak yang bisa dibawa, tak terkecuali si Tora, si Coki, sama si Rana.
 
----
 
[Itu catatan cerita perampokan terakhir gue. Gue buat catatan ini setelah kami berempat tidak bisa keluar dari ruang bawah tanah. Dan, gue yang terakhir di sini. Siapapun yang nemuin HP ini berarti gue udah mati.]  

Setelah membacanya, aku masukkan ponsel transparan ini kembali ke laci lemari. Telepon jadul itu aku temukan di dalam tumpukan tengkorak, ketika aku merobohkan serta menggali rumah tua terbengkalai kemarin.
 
- Salah -

 Boleh sih mikirin sendiri apa yang sebenar nya terjadi ama keempat perampok itu.
embillbelle
scorpiolama
nevav
nevav dan 4 lainnya memberi reputasi
5
875
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.