perojolan14Avatar border
TS
perojolan14
Pajak & Utang Bikin Cadev RI Naik, Rupiah Siap Hadapi "Badai"


Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia kembali mengalami kenaikan di bulan Oktober setelah menurun di bulan sebelumnya akibat pembayaran utang pemerintah.

Meski mengalami kenaikan, cadangan devisa tersebut masih agak jauh dari rekor tertinggi yang dicetak pada September lalu.

Bank Indonesia (BI) pada Selasa (7/2) melaporkan cadangan devisa pada akhir November sebesar US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar. Sementara rekor tertinggi sepanjang masa tercatat sebesar US$ 146,9 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.

[img]https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2021/12/07/cadev.png?w=1240[/img[]

Dengan cadangan devisa yang tinggi dan kembali mengalami peningkatan, BI memiliki lebih banyak amunisi menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak di pasar finansial yang bisa membuat rupiah tertekan. Sebabnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

The Fed sendiri akan mengumumkan kebijakan moneternya pada pekan depan, dan rupiah hingga Senin kemarin sudah 12 hari tidak pernah menguat. Rinciannya, 10 kali melemah dan 2 kali stagnan.

Kemungkinan The Fed akan mempercepat tapering memicu terjadinya capital outflow dari Indonesia. Capital outflow tersebut bisa semakin besar jika The Fed mengumumkan tapering dan ada indikasi akan menaikkan suku bunga lebih awal. Hal tersebut bisa menjadi "badai" yang harus dihadapi rupiah.

BI mencatat non-residen di pasar keuangan Tanah Air jual neto Rp 12,5 triliun hanya dalam 4 hari saja pada periode 29 November hingga 2 Desember.

"Dari jumlah tersebut, aliran modal asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 9,82 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 2,68 triliun," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam laporan resminya, Jumat (3/12).

Alhasil, Sepanjang bulan November lalu, rupiah mengalami pelemahan lebih dari 1%, dan masih berlanjut di awal bulan ini.

Dengan peningkatan cadangan devisa, artinya amunisi BI untuk melakukan intervensi agar rupiah stabil semakin besar. BI memiliki beberapa instrumen yang dikenal dengan nama triple intervention, baik di Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).





Dalam keterangan resminya, BI menyatakan peningkatan penerimaan pajak serta penarikan utang pemerintah menambah cadangan devisa di bulan November.

"Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2021 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," tulis BI.

Penerimaan pajak di tahun ini memang jauh membaik ketimbang tahun lalu.

Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati, melaporkan penerimaan pajak per akhir Oktober 2021 adalah Rp 953,6 triliun. Tumbuh 15,3% dari Januari-Oktober 2020. Dibandingkan Januari-September 2021 juga membaik, karena kala itu setoran pajak tumbuh 13,2%.

"Terjadi perubahan yang cukup dinamis. Merefleksikan pemulihan ekonomi dan dunia usaha mampu membayar pajak karena kondisi bisnis mereka pulih kembali," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi November 2021, Kamis (25/11/2021).

Selain penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai juga mencatatkan pertumbuhan 25,5% menjadi Rp 205,8 triliun.

"Penerimaan bea masuk dan bea keluar yang alami momentum sangat tinggi akibat pemulihan ekonomi khususnya ekspor impor," ujarnya.

Bea Keluar (BK) pada periode Januari-Oktober 2021 mengalami kenaikan hingga 868,61% dibandingkan periode yang sama tahun 2020, dipicu oleh kenaikan tajam harga komoditas.

Harga batu bara meski sudah turun jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa, tetapi sepanjang tahun ini masih mencatat kenaikan lebih dari 75%. Begitu juga dengan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) meski belakangan ini terkoreksi dari rekor tertinggi, tetapi masih mencatat kenaikan 35% sepanjang tahun ini.

Sementara itu untuk penarikan pinjaman luar negeri, hingga Oktober 2021 mencapai Rp 47,3 triliun berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

link


Kemungkinan The Fed akan mempercepat tapering memicu terjadinya capital outflow dari Indonesia. Capital outflow tersebut bisa semakin besar jika The Fed mengumumkan tapering dan ada indikasi akan menaikkan suku bunga lebih awal. Hal tersebut bisa menjadi "badai" yang harus dihadapi rupiah.



"Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2021 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," tulis BI.
0
610
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.