izhmashtomoeAvatar border
TS
izhmashtomoe
Dibalik lukisan pegunungan, mengapa sangat populer?
Disaat TK atau SD, bahkan saat SMP. Kita pasti pernah yang namanya menggambar gunung kembar. Ya, gunung kembar yang memiliki jalan di tengahnya, dengan sawah di sekitar, dan matahari diantara gunung-gunung tersebut. Biasanya dilengkapi dengan burung dan sebuah gubuk/rumah. Jika dilihat dari banyaknya anak-anak yang pernah menggambar kayak gini, kita pasti bertanya-tanya "nih gambar darimana sih asal usulnya?"


Well, jika dilansir dari wikipedia. Asal-usul gambar ini bisa dilacak dari artis ternama tanah air yang bernama Tino Sidin. Beliau mengajarkan anak-anak bagaimana menggambar secara mudah dan sederhana. Dari situlah, gambar gunung kembar lahir. 



Gambaran ini menyebar kontroversi di kalangan masyarakat. Mereka berpendapat bahwa gambar tersebut membuat anak-anak menjadi tidak kreatif. 



Walaupun begitu, gambar gunung kembar sudah muncul sebelum Tino Sidin memperkenalkan karya-nya.




Dari pengamatan saya, ada pola-pola yang membuat tema pegunungan di gemari pelukis-pelukis.

Kita imajinasikan ada 3 pola yaitu pola bawah, pola tengah, dan pola atas.

Pola bawah biasanya berupa lahan hijau, atau bisa berupa sungai. Di pola ini bisa dijumpai objek makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, dan manusia.

Pola tengah adalah pola berikutnya yang berupa unsur pendukung dalam sebuah pegunungan. Misalnya hamparan hutan yang menyelimuti sebuah gunung, atau awan-awan yang berada disekitar gunung.

Pola terakhir yaitu pola atas, yang merupakan gunung itu sendiri. Pola ini sangatlah penting. Tanpa background pegunungan, maka sebuah gambar terasa hampa.


Beberapa gambar, pola bawah dan pola tengah sering dilupakan. Karena sang pelukis ingin memfokuskan pada satu objek.


           

Beberapa lukisan populer karya seniman Eropa biasanya berlatar pegunungan. Seperti dimana Napoleon mendaki gunung dengan kudanya.



Coba perhatikan kesan anda ketika melihat lukisan diatas? Secara pribadi, saya menganggap bahwa pose Napoleon menaiki kuda ketika mendaki Pegunungan Alpen terkesan berani, karismatik, dan masih banyak yang saya tidak bisa sebutkan. Ya, gunung bisa menjadi sebuah background untuk menunjukkan kesan kepemimpinan yang mutlak





Coba tebak siapa pelukis gambar diatas ini? Ya, jika anda menjawab pelukisnya adalah Leonardo Da Vinci, anda salah besar. Jawabannya adalah Adolf Hitler. Siapa sangka seorang diktator kejam dari Jerman ini menggambar sesuatu yang bagus. Hal ini membuktikan bahwa topik pegunungan tidak pandang bulu. Dari gambar diatas, saya bisa menyimpulkan kenapa background pegunungan menjadi primadona khalayak. Karena terasa bersih ketika dilihat.



Pegunungan menggambarkan kesan fantasi didalamnya. Sebuah gunung yang menjulang tinggi. Dimana tidak ada yang bisa mendakinya. Menjadi primadona artis pada saat itu untuk menggambar sebuah gunung yang dianggap mistis oleh masyarakat sekitar.

Gunung dianggap sebagai latar belakang yang bagus. Biasanya pelukis bingung dalam menggambar background. Sebuah background bisa menambah suatu kesan dalam lukisan, dan pegunungan menjadi salah satu background yang cocok untuk semua situasi. Ingin menambah kesan romantis? kesan pemberani? kesan menakutkan? pegunungan, adalah pilihannya.



Entah di malam hari, atau di siang hari. Sebuah puncak yang menjulang dari sebuah gunung menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi pada zaman dulu kamera beresolusi tinggi masih belum ada.

Seperti itulah alasan mengapa gambar bertema pegunungan sangatlah populer. Maafkan saya jika ada perkataan yang tidak berkenan. Semua ini adalah opini saya semata.

sekian, terima kasih. Wassalammualaikum Wr Wb.




noekoe19
EriksaRizkiM
Ikan.Seluang
Ikan.Seluang dan 16 lainnya memberi reputasi
17
7.8K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.