source : foto pribadi

! SPOILER ALERT !

Buku ini berjudul Sandekala, ditulis oleh Risa Saraswati dengan tebal buku 203 halaman dan diterbitkan oleh MLD Spot publisher.

Alasan saya membaca buku ini karena saya sudah percaya dengan kualitas setiap cerita yang penulis bawakan. Pengalaman-pengalaman yang Ia alami menjadi acuannya untuk menciptakan karya yang hebat. Dan sejak tahun 2016, saya pun mulai mencantumkan nama beliau dalam daftar penulis favorit saya. Dan dibuku yang ia terbitkan pada tahun 2018 ini, beliau berhasil menarik sebagian dari uang tabungan saya .

Buku ini berisi antalogi cerpen mengenai kejadian kejadian janggal yang terjadi pada waktu petang. Sandekala. Berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni Sande yang artinya pergantian dan kala artinya waktu. Jadi, sandekala adalah waktu pergantian dari siang hari menuju malam hari. Dan salah satu cerita sandekala ini dialami sendiri oleh saudara Teh Risa Saraswati.

Namanya Iyan. Waktu itu, ia merupakan seorang anak kelas 5 SD yang hiperaktif. Tiada hari tanpa bermain dan bergerak. Pada suatu Jumat yang cerah, ibunya memerintahkan ia untuk langsung kembali ke rumah setelah pulang sekolah. Namun, Ia dengan sengaja melewatkan kewajiban shalat jumat dan memilih untuk bermain dengan teman-temannya di pematang sawah.

Mereka bermain dengan ceria, saling melempari tubuh dengan lumpur sawah. Hingga waktu sore tiba, semua teman-teman Iyan kembali ke rumah. Namun Iyan tetap memilih untuk diam disana dan tertidur hingga ada yang membangunkannya. Seorang wanita dengan paras yang cantik dan suara yang menenangkan. Wanita itu memberinya makan dan baju bola yang selama ini Iyan idam-idamkan. Wanita itu akan memberikan apa pun untuk Iyan, kecuali permintaan untuk pulang.

Di waktu yang bersamaan, kampung Iyan telah geger dengan hilangnya dirinya. Tak ada yang tahu dimana sosoknya berada. Orang tuanya sudah kewalahan, mereka telah menghubungi polisi namun tak kunjung membuahkan hasil. Hingga pada hari ke tujuh, seorang lelaki tua dengan pakaian serba putih bernama Amron mendatangi rumah orang tuanya. Amron meminta baju Iyan, lalu ia menciuminya seraya berkeliling rumah sambil mengucapkan bacaan-bacaan yang seperti mantra. Katanya, Iyan masih ada disini. Amron pun meminta warga untuk membawa peralatan dapur mereka, benda apa pun, asalkan bisa menimbulkan suara yang bising.

Warga pun menuruti perintah lelaki tua itu, dan di malam hari mereka berbondong-bondong meneriaki nama Iyan ke pematang sawah. Amron memerintahkan warga untuk mendekati pohon besar di depan mereka dan memukul perabotan lebih keras lagi. Tak lama dari itu, seorang anak lelaki yang kurus tak terawat dan linglung muncul dari balik pohon. Ibunya langsung memeluk Iyan yang kebingungan. Ia sudah tak lagi memakai baju bola, tapi tubuhnya diselimuti kain goni yang jelek.

Ketika warga hendak kembali ke kampung mereka, tiba-tiba saja sesosok wanita besar dengan rambut panjang, dan wajah yang menyeramkan terbang dari balik pohon seraya berteriak, "Kembalikan anakku! Kembalikkan anakku!" Amron dan para warga mulai membaca doa yang mereka ketahui, dan sosok wewe gombel tersebut menghilang di langit malam sambil tertawa.

Sejak hari itu, tak ada lagi warga yang membiarkan anak-anak mereka berkeliaran di waktu sandekala. Semakin hari, kondisi Iyan semakin membaik. Ia hanya hilang beberapa jam, namun di dunia nyata, ia telah hilang selama berhari-hari. Dan makanan yang disodorkan oleh sosok tersebut, bukanlah mie goreng ataupun makanan enak lainnya. Melainkan cacing dan dedaunan kering.

Amanat yang kita bisa dapatkan dari cerita ini adalah untuk tidak bermain sampai lupa waktu. Dimana pun kita berada, jangan pernah lewatkan kewajiban untuk beribadah. Dan yang terpenting adalah patuhi setiap yang diperintahkan oleh orang tua kita. Karena ridho orang tua berada di tangan Tuhan.

Ditulis tahun 2019, Arsip Resensi Lama.
~muthialaqilah